Berita

Dagpo Rinpoche

Sanggupkah Kita Mengalami Penderitaan di Alam Rendah?

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 9-10 April 2022

Ditulis oleh Kevin

Pada kesempatan yang sangat baik ini, Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma secara daring. Pengajaran ini merupakan lanjutan dari penjelasan dan transmisi Lamrim Jalan Cepat (Nyurlam) karya Yang Maha Suci Panchen Lama Losang Yeshe. Setelah Guru Dagpo Rinpoche mengajarkan topik perenungan terhadap Trisarana bulan lalu, kali ini Beliau memberikan penjelasan tentang cara merenungkan penderitaan di alam rendah.

Sabtu, 9 April 2022

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi dengan mengutip Arya Chandragomin:

“Dengan kelahiran sebagai manusia ini, kita bisa menyeberangi lautan penderitaan samsara dan menanamkan benih pencerahan. 
Kelahiran ini jauh lebih berharga ketimbang permata pengabul harapan. 
Ketika kita sudah mendapatkan kesempatan untuk terlahir sebagai manusia, 
siapa yang akan menyia-nyiakannya begitu saja?”

Dengan tubuh manusia ini, kita memiliki kesempatan untuk menyeberangi lautan penderitaan dari samsara. Kesempatan ini bisa kita gunakan untuk menanam benih pencapaian Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Hanya seorang praktisi Dharma serius yang akan benar-benar menghargai kelahiran sebagai manusia yang sangat berharga ini dan membangkitkan rasa suka cita terhadapnya. Oleh karena itu, Guru Dagpo Rinpoche meminta kita untuk mengingat dan merenungkan hal ini dan bertekad untuk menarik manfaat dan makna sebesar-besarnya dari kelahiran ini.

Untuk menarik manfaat sebesar-besarnya, penting sekali bagi kita untuk mengenali perbedaan dari sebab penderitaan dan kebahagiaan dalam batin kita. Langkah selanjutnya adalah menghentikan segala bentuk pikiran yang menghasilkan penderitaan dan berusaha membangkitkan pikiran yang menghasilkan kebahagiaan. Secara khusus, salah satu caranya adalah melalui praktik atau doa harian kita, Enam Praktik Pendahuluan misalnya. Sebagai contoh, lewat Enam Praktik Pendahuluan, kita melakukan praktik visualisasi ladang kebajikan. Ketika kita mempraktikkan hal ini, kita mampu menghadirkan kebajikan dalam batin kita dan menjaga agar ketidakbajikan berupa klesha tidak muncul. Ketika kita melakukan Enam Praktik Pendahuluan, kita juga sekaligus merenungkan bahwa kita sedang memberikan makna pada kelahiran sebagai manusia yang sangat berharga ini. 

Setelah perenungan tersebut, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan penjelasan mengenai perenungan terhadap penderitaan di alam rendah. Beliau menjelaskan bahwa alam rendah terbagi menjadi tiga, yakni alam neraka, binatang, dan hantu kelaparan. 

Ada empat jenis pembagian alam neraka, yakni neraka besar, neraka bersebelahan, neraka dingin, dan neraka sementara.

Neraka besar, terbagi menjadi delapan jenis, yakni:

  1. Neraka Pembangkitan Kembali, di mana penghuninya memiliki berbagai macam senjata dan saling menyerang satu sama lain dengan kekuatan yang ditentukan oleh karma mereka. Ketika mereka pingsan dan terjatuh ke tanah, ada suara dari langit yang memerintahkan mereka untuk kembali bangkit dan saling menyerang.
  2. Neraka Garis Hitam, di mana para penjaga neraka menandai penghuninya dengan garis-garis hitam, lalu menggunakan senjata untuk memotong mereka sesuai garis-garis tersebut hingga berkeping-keping.
  3. Neraka Peremukan, di mana penghuninya dikirim bersama-sama dan ditempatkan di satu tempat. Kemudian, mereka saling menyeruduk satu sama lainnya layaknya kambing gunung. Mereka mati dan kemudian bangkit kembali dan mengulang penderitaan yang sama.
  4. Neraka Lolongan, di mana penghuninya terbakar dalam rumah besi yang berkobar.
  5. Neraka Lolongan Besar, di mana penghuninya terbakar dalam sebuah rumah besi berdinding ganda.
  6. Neraka Panas, di mana penghuninya terbakar dalam sebuah pot tembaga besar sedalam beberapa yojana. Di dalam pot tersebut, besi-besi menusuk mereka dari bagian bawah tubuh hingga menembus kepala sampai api berkobaran melalui semua lubang tubuh mereka.
  7. Neraka Sangat Panas, di mana penghuninya ditombak dengan trisula yang menusuk lubang bagian bawah tubuh mereka hingga tembus ke kepala dan bahu. Tubuh mereka juga dilalap oleh kobaran lidah api dan terbujur rata di punggungnya. Mulut mereka dibuka paksa dengan penjepit besi. Kemudian, lelehan besi dituangkan ke dalam mulut mereka hingga api berkobar dimulai dari mulut, tenggorokan, usus, hingga bagian bawah tubuh mereka. 
  8. Neraka Siksaan Tanpa Henti, di mana penghuninya terjebak dalam sebuah rumah besi yang terlalap api dengan angin kencang berhembus dari keempat penjuru mata angin yang mengipasi api tersebut sehingga tubuh mereka dan apinya tidak dapat dipisahkan.

Selama kumpulan ketidakbajikan kita belum habis, kita tidak akan bisa lolos dari kelahiran di neraka. Bila dihitung menggunakan masa hidup di alam manusia, satu masa kehidupan di alam besar sama dengan satu triliun enam ratus dua puluh miliar tahun. Lama hidup penghuni di neraka-neraka yang lebih rendah mencapai dua kali lipat lamanya. 

Di samping neraka besar, Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan mengenai kengerian neraka bersebelahan dan neraka dingin. Secara umum, apabila seseorang melakukan salah satu dari sepuluh jalan karma hitam, disebutkan bahwa ia akan jatuh ke alam neraka. Kita sendiri sebenarnya tahu seberapa banyak tindakan-tindakan tidak bajik yang tidak sempat dipurifikasi sebelum kita mati. Apabila kita mati mendadak pada esok hari, maka kita tidak punya pilihan lain selain terlahir di neraka. Kita harus merenungkan bahwa jika kita terlahir disana, apakah kita sanggup untuk menahan penderitaannya? Lalu, pertahankan renungan ini kita merasakan ketakutan yang jelas.

Setelah merenungkan penderitaan di alam neraka, Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan mengenai penderitaan di alam hantu kelaparan. Ada tiga penderitaan di alam tersebut, yakni kelaparan dan kehausan, keletihan dan ketakutan, serta panas dan dingin. Cara merenungkannya sama dengan sebelumnya, yakni dengan membayangkan bahwa kita sendiri terlahir di alam tersebut dan mengalami penderitaan sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya.

Berikutnya adalah penderitaan di alam binatang. Ada lima penderitaan di alam ini, yakni penderitaan saling memakan satu sama lain, ketidaktahuan dan kebodohan, kepanasan dan kedinginan, kehausan dan kelaparan, serta penderitaan karena dieksploitasi. 

Terkait perenungan akan penderitaan di alam rendah, kita perlu merenung dengan perlahan tapi pasti agar kita mendapatkan penggambaran yang sangat jelas. Kita harus meyakini kata-kata Buddha agar mendapatkan kejelasan terkait gambaran tersebut.

Minggu, 10 April 2022

Guru Dagpo Rinpoche mengawali sesi dengan nasihat dari Acharya Shantidewa: 

“Tanggalkanlah perahu tubuh manusia ini, 
seberangilah sungai derita nestapa. 
Tiada waktu untuk tidur, oh bodoh.
Perahu seperti ini akan sangat sulit untuk diperoleh kembali.”

Oleh karena itu, kita harus bisa menarik esensi dari kemuliaan untuk terlahir kembali sebagai manusia saat ini. Keberhasilan kita menarik esensi tersebut bergantung pada cara kita berpikir dan mengembangkan arus kesinambungan batin kita. Kita harus mewaspadai tiga racun utama (klesha akar: keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan) dan berlatih untuk menaklukkan batin kita. Dengan cara ini, kita harus membangkitkan sebuah tekad untuk menolong diri sendiri dan semua makhluk. 

Berbicara tentang menaklukkan batin kita, dalam sebagian besar waktu, kita seringkali kalah oleh batin kita sendiri. Kita selalu jatuh dalam ketidakbajikan walaupun kita sedang ingin menuju pada kebajikan. Ketika batin kita ada dalam kondisi tidak bajik, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa kita harus berhenti sejenak dan berupaya untuk mengarahkan batin kita dari yang tidak bajik menjadi bajik. Jika sudah bajik, kita harus mempertahankan dan meningkatkannya terus-menerus. Guru Dagpo Rinpoche kembali merujuk pada kutipan Acharya Shantidewa, bahwa praktik memeriksa batin sendiri adalah praktik yang paling penting. Jika kita mampu memeriksa batin kita, barulah kita bisa menerapkan metode berikutnya, yaitu belajar, merenung, dan meditasi.

Jika kita melakukan segala praktik seperti doa harian semata-mata hanya karena komitmen atau kewajiban, tapi tidak benar-benar memeriksa batin kita sendiri, itu tidak akan membawa manfaat yang besar. Jika kita sanggup memeriksa dan menaklukkan batin kita, barulah hal tersebut akan membawakan hasil yang bajik.

Selanjutnya, Guru Dagpo Rinpoche mengulang kembali deskripsi setiap jenis neraka besar yang dijabarkan pada hari sebelumnya. Cara merenungkan penderitaan di alam ini adalah membayangkan kita sedang mendekati proses kematian di atas ranjang kematian. Kemudian, kita mengalami proses peleburan dan amat bergantung pada karma pelempar kita. Muncul semacam klesha yang mendambakan sesuatu. Selanjutnya, kita masuk ke alam bardo. Di alam tersebut, kita masuk ke sebuah periode seolah kita sedang bermimpi. Ketika bangun dari mimpi tersebut, kita mendadak sudah terlahir kembali di alam yang baru, misalnya di Neraka Pembangkitan Kembali. Begitu sadar, kita sudah dikelilingi oleh kobaran api. 

Ketika terlahir di alam neraka, tidak ada kebajikan sama sekali yang dapat muncul di dalam batin. Kalaupun kita berhasil bebas dari alam tersebut dan terlahir di alam manusia, kemungkinan besar sudah tidak ada lagi ajaran Buddha yang tersisa. Lebih lanjut, Buddha penerus dan para siswanya juga sudah tidak bersisa sama sekali. Segala hal yang berkaitan dengan Buddha dan ajarannya sudah habis sama sekali saking lamanya kita terlahir di neraka. 

Kita bisa bandingkan dengan kondisi kita saat ini. Bayangkan ketika kita sedang marah, selama kemarahan ini ada di dalam batin kita, selama itu pula tidak ada yang namanya kebahagiaan. Kondisi ini sama seperti makhluk di alam neraka yang bahkan durasi hidupnya lebih lama lagi. Oleh karena itu, penderitaan di alam neraka ini sangatlah panjang.

Setelah itu, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan penjelasan tentang neraka dingin yang terletak 10.000 yojana jauhnya dari neraka-neraka panas dan neraka singkat atau sementara, alam hantu kelaparan, dan alam binatang. Terkait sebab-sebab terjatuh di alam rendah secara umum, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan jika seseorang melakukan salah satu dari sepuluh jalan karma hitam secara berat, ia akan terjatuh ke alam neraka. Untuk golongan sedang, ia akan terjatuh ke alam hantu kelaparan. Sementara itu, untuk golongan ringan, ia akan terjatuh ke alam binatang. 

Meskipun sulit membayangkan penderitaan di alam neraka ketika kita terlahir di alam manusia, kita harus tetap merenungkannya dengan meletakkan keyakinan pada kata-kata Buddha yang tercantum dalam penjelasan di Sutra. Kita juga perlu memanjatkan permohonan kepada Triratna dan guru spiritual lengkap dengan visualisasi dan purifikasi. 

Guru Dagpo Rinpoche juga berpesan bahwa sebenarnya semua penjelasan mengenai alam rendah tidaklah sulit untuk dipahami. Namun, perenungannya amat tergantung pada apakah kita ingin mempercayainya atau tidak. Jika keyakinan sulit timbul, kita dapat memanjatkan permohonan kepada Guru Istadewata sehingga kita bisa membangkitkan kualitas keyakinan untuk percaya pada penjelasan itu.

Di akhir penjelasan, Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita semua untuk merenungkan mengenai keabsahan Dharma. Meskipun ada kemungkinan kesalahan pada ilmu pengetahuan yang akan dikoreksi di kemudian hari, banyak sekali orang yang dengan mudah mempercayainya begitu saja. Ilmu pengetahuan bersumber dari ilmuwan yang masih mungkin mengandung kesalahan karena tidak semua ilmuwan merupakan seorang Arya. Beda halnya dengan Dharma. Dharma tidak mengandung kesalahan karena bersumber dari Buddha yang telah meraih kemahatahuan. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat membangkitkan keyakinan pada ajaran Buddha.

Pengajaran Dharma selama dua hari ini kemudian ditutup dengan doa dedikasi untuk pencapaian Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna demi semua makhluk. Dedikasi juga ditujukan agar pandemi bisa segera berakhir.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *