Karma & Jalan Karma


Selanjutnya, Lamrim Agung menyatakan bahwa klesha yang terlibat dalam tahap pemikiran sebuah tindakan tak mesti sama dengan klesha dalam tahap penyelesaiannya. Bisa jadi sebuah klesha dalam tahap pemikiran sebuah tindakan berbeda dengan klesha dalam tahap penyelesaiannya, tapi bisa pula keduanya sama. Jadi, kita bisa membedakan antara klesha yang mendorong terjadinya sebuah tindakan dan klesha yang terlibat pada saat penyelesaian.

Sehubungan dengan pembunuhan, ucapan kasar, dan niat jahat, kita bisa saja melakukannya karena didorong oleh salah satu dari 3 racun mental, tapi penyelesaiannya haruslah berupa klesha sikap bermusuhan atau amarah. Ini cukup mudah dipahami. Ketiga jenis perbuatan tersebut adalah tindakan yang kasar atau keras, sehingga membutuhkan sikap bermusuhan atau amarah agar tindakannya mencapai penyelesaian.

Terkait pencurian, perilaku seksual yang salah, dan keserakahan, ketiganya bisa dipicu oleh salah satu dari 3 racun mental, namun penyelesaiannya hanya bisa terjadi melalui klesha kemelekatan. Sedangkan untuk berbohong, ucapan memecah-belah, dan omong-kosong, kita bisa melakukan dan merampungkannya dengan salah satu dari 3 racun mental. Pandangan salah bisa dilakukan dengan dorongan dari salah satu 3 racun mental, tapi penyelesaiannya hanya bisa terjadi melalui klesha ketidaktahuan.

Dengan demikian, kita bisa menganalisis 10 jalan karma untuk membedakan antara karma dan jalan karma. Suatu tindakan dimulai dari niat, dan niat sendiri adalah karma, tapi niat tak sama dengan jalan karma. Ketujuh ketidakbajikan fisik dan ucapan merupakan karma dan jalan karma, sedangkan 3 ketidakbajikan mental adalah jalan karma, bukan karma.

Apa itu karma dan jalan karma? Secara umum, karma terbagi menjadi 2: karma mental dan non-mental (faktor komposisional tak berasosiasi). Penjelasan dalam Lamrim Agung terkait pandangan mendalam mengikuti aliran Prasangika[1], sedangkan seluruh penjelasan sebelum pandangan mendalam mengikuti pandangan umum, yaitu Cittamatra[2] dan Madhyamaka[3]. Jadi, karma bisa merupakan fenomena mental yang merujuk pada niat, atau karma bisa berupa faktor komposisional tak berasosiasi yang merujuk pada jejak karma. Karya Je Tsongkhapa ini sangat luar biasa karena memaparkan penjelasan yang sangat rinci, gamblang, dan jelas, dengan didukung oleh sejumlah besar daftar pustaka, antara lain karya-karya Arya Asanga, Arya Nagarjuna, serta aneka jenis Sutra.

Tadi sudah disinggung sekilas bahwa niat adalah karma tapi bukan jalan karma. ‘Niat’ di sini bukan merujuk pada faktor mental niat yang hadir pada setiap tahapan, tapi niat di balik sebuah perbuatan, bukan perbuatannya sendiri. Kalau kita letakkan pada konteks pembagian berdasarkan basis, pemikiran di balik tindakan, tindakan, dan penyelesaian, kita tahu bahwa pemikiran di balik tindakan terdiri dari identifikasi, motivasi, dan klesha. Motivasi di sini merujuk pada niat, yaitu kehendak untuk melakukan perbuatan, yang muncul sebelum melakukan suatu perbuatan. Niat ini adalah karma, tapi bukan merupakan jalan karma. Motivasi merujuk pada niat atau karma, tapi bukan jalan karma.

Tujuh jalan karma hitam, yang bukan hanya karma tapi juga merupakan jalan karma, merujuk pada faktor mental “niat” ketika seseorang sedang membunuh, mencuri, melakukan tindakan seksual tak pantas, berbohong, mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, mengucapkan kata-kata kasar, dan melontarkan omong-kosong. Faktor mental “niat” yang terjadi pada saat tersebut merupakan karma sekaligus jalan karma. Di sisi lain, 3 tindakan mental tak bajik, yaitu keserakahan, niat jahat, dan pandangan salah, adalah jalan karma, tapi bukan karma. Mengapa mereka bukan karma? Karena mereka termasuk ke dalam kategori klesha, yang merupakan faktor mental yang berbeda dari faktor mental “niat.”

Selanjutnya, penjelasan untuk poin “perbedaan dalam bobotnya” dalam teks Lamrim Agung terbagi menjadi 2:

  1. Bobot dari 10 jalan karma hitam
  2. Kriteria untuk perbuatan yang kuat

[1] Aliran tertinggi dalam filsafat ‘Jalan Tengah’.

[2] Filsafat ‘Batin Semata’.

[3] Filsafat ‘Jalan Tengah’.

Dikutip dari pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Biezenmortel, Belanda pada 21-24 Februari 2013.

Transkrip lengkap dapat dibaca dalam buku “Karma dan Akibatnya”.
Buku fisik ini dapat didapatkan di sini. Tersedia juga dalam bentuk ebook di sini.