Kualitas Buddha


Kualitas-kualitas Buddha adalah tak terbatas. Untuk memudahkan Anda merenungkannya, mereka dibagi ke dalam empat kelompok:

  1. Kualitas tubuh Buddha
  2. Kualitas ucapan Buddha
  3. Kualitas batin Buddha
  4. Kualitas aktivitas Buddha

Ketika merenungkan kualitas tubuh Buddha, sesungguhnya Anda harus merenungkan tiga puluh dua tanda utama dan delapan puluh tanda sekunder tubuh seorang Buddha. Dengan jumlah yang besar tersebut, ini bukanlah sesuatu yang dapat Anda pelajari dengan cepat. Ini memerlukan sejumlah pembelajaran sebelumnya. Satu contoh dari berbagai tanda ini adalah tanda roda Dharma pada tangan dan kaki Buddha. Karakteristik dari tubuh Buddha ini adalah hasil dari menjaga disiplin sila yang murni pada umumnya, namun pada khususnya, tanda ini merupakan hasil dari seorang makhluk yang ketika masih dalam latihan untuk menjadi Buddha, telah menemani gurunya dari satu tempat ke tempat lainnya atau ketika gurunya tiba, telah menyambut dan menemaninya ke mana pun Beliau pergi.

Contoh lain yang menggambarkan tubuh Buddha adalah kehalusan dari telapak kakinya. Telapak kaki Anda melengkung dan ada bagian yang menyentuh tanah dan ada yang tidak. Namun, kaki seorang Buddha diibaratkan dengan dada seekor kura-kura. Kakinya sepenuhnya halus dan tidak terdapat bagian yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ciri-ciri tubuh Buddha ini sama seperti karakteristik lainnya, yang merupakan hasil dari menjaga sila dengan murni dari Buddha yang akan datang ketika Beliau masih dalam latihan. Namun, hal tersebut khususnya merupakan hasil dari menjaga sila yang diambil dengan murni. Ini hanya dua contoh karakteristik tubuh Buddha. Kita tidak memiliki waktu untuk membahas satu per satu dari ketiga puluh dua tanda utama dan delapan puluh tanda sekunder dari tubuh Buddha. Masing-masing tanda memiliki sebabnya tersendiri, yang merupakan hasil dari aspek tertentu dari latihan Buddha yang akan datang. Ciri selanjutnya dari tubuh Buddha adalah, misalnya, matanya yang memanjang, mulutnya yang memiliki bentuk atau proporsi tertentu, dan sebagainya. Untuk menyimpulkan seluruh kualitas tubuh Buddha, boleh dibilang tubuh Buddha selalu enak dipandang. Dengan kata lain, kapanpun dan siapapun melihat tubuh seorang Buddha, mereka akan selalu terkesan dengannya. Kesan ini akan semakin mendalam ketika seseorang merenungkan penampilan seorang Buddha dengan penuh keyakinan. Walau demikian, bila seseorang merenungkannya tanpa keyakinan sekali pun, tubuh seorang Buddha tetap enak dipandang.

Walaupun mungkin susah bagi Anda untuk memikirkan keseluruhan tiga puluh dua dan delapan puluh karakteristik, ketika Anda memikirkan karakteristik tubuh Buddha, apa yang Anda sanggup lakukan sekarang adalah membayangkan penampilan umum seorang Buddha – warna tubuhnya seperti emas yang mencair, berikut posisi kedua tangan dan kakinya. Ketika Anda merenungkan kualitas dari tubuh seorang Buddha, Anda dapat membayangkannya sama seperti Anda biasa melihatnya tergambar di berbagai lukisan. Ketika Anda merenungkan Buddha dengan cara ini, Anda tidak seharusnya melihat Buddha seperti sebuah patung yang terbuat dari tanah liat, logam, atau seperti sebuah lukisan, namun Anda harus melihat tubuh Buddha terbuat dari cahaya. Atau kalau Anda senang, Anda dapat membayangkan bahwa dia terbuat dari api yang mengambil aspek-aspek yang biasanya Anda bayangkan. Lebih lanjut, tubuhnya memancarkan begitu banyak cahaya ke seluruh penjuru. Tubuh Buddha juga terbalut dalam tiga jubah monastik, namun pakaian ini tidak sama seperti yang Anda punya, mereka tidak benar-benar menyentuh tubuh Sang Buddha. Anda juga harus memikirkan bahwa di setiap pori-pori tubuh Buddha, terdapat alam Buddha yang jumlahnya tak terhingga. Lebih jauh lagi, dari masing-masing pori-pori, Sang Buddha tidak hanya memancarkan cahaya, namun juga memancarkan berbagai emanasi dirinya sendiri yang menyebar ke seluruh penjuru untuk menguntungkan seluruh makhluk dengan berbagai cara.

Baca juga “6 Praktik Pendahuluan”

Jika Anda mengingat kembali, ketika Anda mempraktikkan Permata Hati Bagi yang Beruntung pagi ini, dalam bait yang kedua dalam ‘Permohonan guru-guru silsilah,’ Anda menujukan permohonan Anda pada Buddha Sakyamuni dengan mengatakan ‘Engkau yang tubuhnya tercipta atas sepuluh juta kebajikan.’ Tentu saja angka sepuluh juta hanya kiasan; sesungguhnya, dibutuhkan jauh lebih banyak kebajikan untuk menghasilkan tubuh seorang Buddha. Anda harus memahami bahwa tubuh seorang Buddha merupakan hasil dari himpunan kebajikan yang besar sekali. Dalam Pembebasan di Tangan Kita, dijelaskan bahwa untuk menghasilkan satu pori-pori tubuh Buddha, dibutuhkan seluruh kebajikan yang bisa ditemukan di dunia, termasuk kebajikan Perealisasi Sendiri, Pendengar, begitu pula raja pemegang roda atau Chakravartin. Jika Anda kemudian mengalikan kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan semua pori-pori tubuh seorang Buddha dengan seratus, maka itu adalah jumlah kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan hanya satu dari delapan puluh tanda sekunder tubuh seorang Buddha.

Untuk menghasilkan satu tanda utama tubuh Buddha, dibutuhkan himpunan kebajikan seratus kali kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan seluruh tanda sekunder tubuh Buddha. Untuk menghasilkan satu tanda utama seorang Buddha, yaitu urnakesa (rambut melingkar ke dalam yang ditemukan di antara alis mata Buddha), dibutuhkan himpunan kebajikan sebanyak seribu kali kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan seluruh tanda utama seorang Buddha. Untuk tonjolan mahkota kepala atau ushnisha, ini dihasilkan dari seratus ribu kali kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan urnakesa. Jika Anda mengalikan kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tonjolan mahkota kepala tubuh seorang Buddha dengan 1015, maka Anda akan memiliki kebajikan yang cukup untuk menghasilkan sebuah ucapan Buddha. Hal ini dijelaskan dalam Untaian Permata karya Nagarjuna dan juga dalam Bodhisattvabhumi karya Arya Asanga.

Kualitas batin Buddha adalah tak terhingga. Jika kita ingin menjelaskannya dengan rinci, akan membutuhkan banyak waktu. Ada sepuluh kekuatan, empat jenis ketanpa-takutan, dan seterusnya. Meskipun demikian, di dalam Lamrim, seluruh kualitas mental yang banyak ini pada dasarnya dipadatkan menjadi dua – kualitas pengetahuan Buddha dan kualitas welas asihnya.

Pengetahuan Buddha

Pengetahuan atau kebijaksanaan Buddha adalah sesuatu yang melampaui seluruh fenomena yang dapat diketahui. Dalam satu pikiran, seorang Buddha mengetahui semua yang ada. Ketika Anda berlatih memahami satu fenomena, hal tersebut saja sudah membutuhkan usaha yang besar dan sekali Anda mengetahui satu hal secara menyeluruh dan tepat, tidak berarti bahwa Anda dapat mengetahui semua fenomena yang lain. Di lain sisi, kebijaksanaan Buddha adalah kebijaksanaan di mana Beliau mengetahui segala sesuatu secara sekaligus dengan akurat. Lebih lanjut, sebagai non-Buddha, Anda mungkin memahami fenomena konvensional, namun Anda tidak bisa pada saat yang bersamaan memahami kebenaran tertinggi atau kesunyataan. Jika Anda terkonsentrasi pada fenomena konvensional, Anda tidak bisa memahami hakikat tertingginya, atau kesunyataan, pada saat yang bersamaan; dan sebaliknya, ketika Anda secara langsung memahami kesunyataan, Anda tidak bisa pada saat yang bersamaan memahami fenomena konvensionalnya. Seorang Buddha menyadari kesunyataan semua fenomena, dan pada saat yang bersamaan, mengetahui dengan sempurna hakikat konvensionalnya.

Jangankan makhluk biasa seperti kita bisa memahami kedua kebenaran secara serempak, yang pastinya di luar kemampuan kita, bahkan Arya Bodhisattva sekali pun tidak mampu memahami kedua kebenaran secara serempak. Ketika seorang Arya Bodhisattva memahami kesunyataan secara langsung, Beliau tidak dapat memahami fenomena konvensional secara bersamaan. Demikian sebaliknya, ketika Beliau sedang memahami fenomena konvensional, Beliau tidak bisa memahami hakikat tertingginya atau kesunyataan secara bersamaan. Hal ini berlaku bagi semua Bodhisattva, dari Bodhisattva tingkat pertama hingga kesepuluh. Pada jalan Bodhisattva tingkat kesepuluh, masih terdapat penghalang yang sangat halus yang mencegah persepsi dua kebenaran secara bersamaan. Pada momen pertama penghalang tersebut dapat teratasi, dengan kata lain, pada momen yang paling akhir dari tingkat Bodhisattva kesepuluh, Sang Bodhisattva telah mengatasi penghalang akhir menuju kemahatahuan dan menjadi seorang Buddha. Selanjutnya dari sana, Beliau sanggup untuk memahami kedua kebenaran, konvensional dan tertinggi, secara bersamaan.

Welas Asih Buddha

Kualitas utama yang kedua dari batin Buddha adalah welas asihnya yang besar atau tidak terbatas. Kita paham bahwa bagi non-Buddha atau makhluk biasa seperti diri kita, kita hanya dapat membangkitkan sedikit welas asih ketika kita merasakan penderitaan yang nyata dari makhluk hidup. Walaupun penderitaan nyata para makhluk sudah bisa terasa, barangkali masih susah bagi kita untuk membangkitkan welas asih. Yang pasti, hanya ketika penderitaan makhluk bisa langsung kita alami, barulah kita bisa merasakan sedikit welas asih, tapi di lain waktu kita tidak membangkitkan welas asih. Namun, seperti yang telah Anda lihat, pengetahuan Buddha itu sempurna dan oleh sebab itu, Buddha merasakan penderitaan dari semua makhluk dengan sempurna. Karena tidak ada waktu di mana makhluk hidup di dalam samsara tidak mengalami satu atau lain jenis dari penderitaan, maka Anda dapat memahami bahwa welas asih Buddha dipancarkan terus-menerus. Tidak ada waktu di mana, misalnya, seorang Buddha merasakan welas asih dan di saat yang lain tidak. Welas asih Buddha muncul terus-menerus dan tidak terputus.

Anda tahu sendiri betapa Anda peduli dan merasa kasihan dengan diri Anda sendiri. Dalai Lama ketujuh, Kelsang Gyatso, mengatakan bahwa welas asih yang Anda rasakan untuk diri Anda sendiri sedikit pun tidak sebanding dengan welas asih yang Buddha rasakan terhadap semua makhluk.

Jika ingin merinci kualitas ini, kita harus melihat enam puluh empat kualitas yang dimiliki oleh ucapan Buddha. Namun, ini akan memakan banyak waktu. Kita tidak punya waktu untuk membahas semuanya, namun untuk memahami lebih baik seperti apa ucapan Buddha, Anda dapat mengambil contoh dari empat puluh atau lima puluh orang dalam ruangan ini. Jika masing-masing dari Anda menanyakan pertanyaan pada saya, saya harus menjawab pertanyaan tersebut satu per satu, memberikan jawaban yang berbeda bagi masing-masing orang yang hadir. Namun, kualitas ucapan Buddha berbeda.  Jangankan empat puluh atau lima puluh orang, bahkan jika setiap makhluk di tiga alam dan sepuluh penjuru secara serempak mengajukan pertanyaan pribadi mereka pada seorang Buddha, maka Beliau akan sanggup menjawab mereka semua sesuai kebutuhan dan kecenderungan masing-masing individu, tanpa harus memberikan jawaban secara individu atau mengatakan banyak hal yang berbeda, tapi cukup dengan mengucapkan satu syair saja. Satu syair yang diucapkan oleh Buddha akan terdengar oleh masing-masing individu dalam bahasanya masing-masing dan jawaban tersebut akan menjawab dengan tepat apa yang ditanyakan orang tersebut dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Penjelasan ini menyimpulkan kualitas ucapan Buddha yang paling penting.

Satu contoh karakteristik ucapan Buddha ini adalah Prajñaparamita Sutra yang hadir dalam beberapa versi panjang yang berbeda. Versi paling panjang terdiri dari seratus ribu bait, versi panjang menengah memiliki dua puluh ribu bait, dan versi yang lebih pendek yang terkandung dalam satu jilid memiliki delapan ribu bait. Anda mungkin berpikir, ‘Barangkali di satu hari Buddha mengajarkan Prajñaparamita Sutra seratus ribu bait dan delapan ribu bait pada hari selanjutnya,’ dan sebagainya. Akan tetapi, bukan demikian caranya ketiga jenis versi yang berbeda ini terjadi. Sesungguhnya, Sang Buddha mengajarkan Prajñaparamita Sutra hanya satu kali. Versi-versi yang berbeda ini muncul karena mereka yang Beliau maksudkan untuk mendengar sutra ini berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Dengan kata lain, mereka yang membutuhkan penjelasan yang lebih luas mendengar versi dalam seratus ribu bait (terjemahannya dalam bahasa Tibet memiliki enam belas jilid). Mereka yang membutuhkan penjelasan menengah mendengarnya dalam dua puluh ribu bait, terjemahannya terdiri dari enam jilid. Mereka yang kebutuhannya mendengar versi yang lebih pendek mendengarnya dalam delapan ribu bait, yang terkandung dalam satu jilid terjemahan, berikut versi lainnya pula. Mereka yang hanya butuh mendengar versi yang sangat ringkas akan mendengar Sutra Hati, versi yang paling ringkas dari Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan.

Barangkali Anda sudah mengetahui ada sutra yang merupakan bagian dari kendaraan agung atau sutra Mahayana, dan ada sutra yang diajarkan bagi mereka yang hanya beraspirasi pada pembebasan pribadi. Sekali lagi, Anda tidak seharusnya membayangkan bahwa pada suatu hari Buddha berangkat ke suatu tempat dan mengajarkan sutra Mahayana pada sekelompok pengikut tertentu dan di hari lainnya Beliau pergi menuju tempat lain dan mengajarkan sutra yang ditujukan bagi mereka yang hanya mencari pembebasan pribadi. Sesungguhnya, sutra-sutra ini diajarkan pada saat yang sama bagi makhluk dengan kecenderungan yang berbeda-beda. Bagi mereka yang memiliki kecenderungan Mahayana akan mendengar sutra Mahayana. Mereka yang hanya memiliki kecenderungan menginginkan pembebasan pribadi akan mendengar sutra Theravada. Sesungguhnya, demikianlah sifat dasar ucapan Sang Buddha. Beliau tidak perlu memberikan ajaran yang berbeda pada makhluk yang berbeda di saat yang berbeda. Beliau dapat mengajar pada saat yang sama dan kata-katanya akan dimengerti secara berbeda menurut kebutuhan dan kecenderungan yang hadir.

Walau demikian, barangkali kualitas yang paling berharga dari ucapan Buddha adalah, berkat ucapan Buddha, Anda dapat mengurangi kemarahan, kemelekatan, dan mengatasi ketidaktahuan Anda. Ini merupakan kualitas yang penting dari ucapan Buddha. Sebagai penuntun kita, Jey Tsongkhapa yang agung memuji Sang Buddha, ‘Tiada satu kata pun yang Engkau ucapkan yang tidak bertindak untuk mengurangi penderitaan makhluk hidup dan meningkatkan kebahagiaannya,’ dan inilah karakteristik utama dari ucapan Buddha. Setiap kata yang diucapkan oleh Buddha akan bertindak dengan tujuan baik untuk membantu makhluk hidup mengatasi beberapa bentuk penderitaan atau bertindak untuk memberikan kebahagiaan yang lebih besar.

Kualitas keempat dari seorang Buddha berhubungan dengan aktifitasnya. Anda bisa memahami aktivitas seorang Buddha dari dua sudut pandang – dari sudut pandang agen yang melakukan aktivitas, yakni Buddha itu sendiri; dan dari sudut pandang objek dari aktivitasnya, yaitu makhluk hidup. Jenis yang kedua – aktivitas Buddha ditinjau dari sudut pandang objek dari aktivitasnya, hanya merujuk pada kebaikan bagi makhluk hidup. Seluruh kebahagiaan dan kebajikan kita adalah ‘aktivitas Buddha’. Mereka adalah aktivitas Buddha di dalam diri kita. Bagaimana Anda dapat memahami bahwa kebahagiaan Anda adalah aktivitas dari Buddha? Pertama-tama, Anda harus mengingat bahwa setiap momen kebahagiaan singkat yang Anda alami adalah akibat dari kebajikan yang Anda hasilkan sebelumnya. Bagaimana Anda bisa menghasilkan kebajikan di dalam diri Anda? Karena di satu dan lain titik, Anda telah diajari apa itu kebajikan dan bagaimana membangkitkannya. Beberapa orang dalam hidupnya mungkin secara alami telah menjadi orang baik dan cenderung untuk melakukan kebajikan. Mereka bisa saja lahir dengan kualitas tersebut, namun di satu dan lain sisi di masa lampau, mereka telah membuat kebiasaan menjadi bajik tersebut. Bagaimana mereka melakukannya? Karena mereka diajarkan bagaimana melakukannya, apakah dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan lampau. Di satu dan lain waktu pula, mereka telah diuntungkan dari bimbingan seseorang yang mengajarkan mereka apa itu kebajikan dan bagaimana membangkitkannya. Orang tersebut mungkin muncul sebagai seorang guru spiritual atau dia mungkin mengambil bentuk yang lain tapi hasilnya tetap sama. Guru yang mengajarkan kebajikan tersebut, siapapun dia, sesungguhnya adalah perwujudan langsung dari Buddha dan sanggup memainkan peran sebagai seorang guru yang mengajar kebajikan melalui berkah Para Buddha. Dengan cara inilah Anda dapat memahami bahwa semua kebaikan di dalam diri Anda adalah aktivitas dari Buddha.

Karakteristik dari aktivitas Buddha adalah spontan dan tanpa upaya, yang sangat berbeda dari aktivitas makhluk biasa seperti Anda. Ketika Anda ingin memperoleh sesuatu, Anda pertama-tama harus membangkitkan niat untuk melakukannya. Kemudian Anda harus melakukan upaya untuk menyelesaikan apapun yang Anda tetapkan dalam batin Anda. Aktivitas Buddha sepenuhnya berbeda karena dia tidak memerlukan upaya sedikit pun. Bahkan Bodhisattva di tingkat akhir atau kesepuluh pun masih membutuhkan tingkat upaya tertentu untuk merampungkan aktivitas mereka, walaupun itu merupakan upaya dalam bentuk yang jauh lebih halus. Dalam situasi mereka, upayanya bukanlah merupakan sesuatu yang kasar dan jelas seperti upaya yang Anda siapkan untuk meraih tindakan Anda. Upayanya hanya berupa pembangkitan suatu niat, di mana Bodhisattva hanya berpikir, ‘Demi makhluk ini dan ini, saya akan melakukan hal ini dan itu.’ Hanya itu saja yang dibutuhkan dalam artian upaya. Bandingkan dengan apa yang harus Anda lakukan untuk menyelesaikan sesuatu, tentu tidak bisa dibandingkan! Anda harus mencurahkan seluruh tenaga untuk rencana atau proyek Anda, agar mampu menyelesaikannya. Karena aktivitas seorang Bodhisattva di tingkat kesepuluh masih bergantung pada niat yang harus dibangkitkan di dalam dirinya agar bisa melakukan sesuatu, maka aktivitasnya masih belum spontan dan tanpa upaya seperti yang dimiliki oleh seorang Buddha.

Jadi aktivitas Buddha tidak membutuhkan pembangkitan niat apapun dalam batin seorang Buddha. Seperti yang kita katakan, aktivitasnya spontan dan tanpa upaya. Dia bergantung sepenuhnya pada kesiapan pengikut Buddha yang akan ditaklukkan oleh Buddha. Jika batin seseorang telah menjadi murni pada tingkatan tertentu, maka aktivitas Buddha akan sendirinya terpenuhi dalam individu tersebut. Kita dapat menggunakan perumpamaan untuk memahami aktivitas spontan dan tanpa upaya yang dimiliki Buddha. Ketika sebuah bulan purnama bersinar di angkasa, di mana pun terdapat air pada permukaan bumi (apakah itu samudera besar, sebuah danau, genangan air, atau bahkan tetesan air pada ujung daun rumput), ketika air tersebut jernih dan lembut, pantulan bulan akan bersinar dengan sendirinya di permukaan air tersebut. Bulan tersebut tidak perlu berpikir, ‘Sekarang, saya akan memantulkan rupa saya pada permukaan air ini.’ Yang dibutuhkan adalah permukaan air tersebut harus halus dan jernih. Maka ketika seluruh kondisi tersebut terjadi, pantulan bulan akan dengan sendirinya bersinar pada mereka. Hal yang sama persis berlaku terhadap aktivitas Buddha.

Ketika arus batin Anda menjadi lebih jernih, aktivitas atau berkah dari Buddha akan masuk ke dalam diri Anda. Tingkat dari berkah atau aktivitas yang akan Anda terima akan berbanding lurus dengan tingkat kejernihan dalam diri Anda. Jika Anda cukup murni dan siap untuk mendengarkan ajaran Dharma, maka aktivitas Buddha dapat terjadi melalui seorang guru spiritual dan Buddha akan menjelma sebagai seorang guru spiritual untuk mengajarkan Dharma. Bagi mereka yang masih belum cukup murni untuk sanggup mendengar ajaran secara langsung, Buddha akan menjelma dalam wujud lain. Penjelmaannya bisa berupa manusia biasa atau binatang karena para makhluk ini belum berada pada posisi yang tepat untuk menerima manfaat bila perwujudan Buddha muncul dalam bentuk seorang guru spiritual. Dalam kasus ini, Buddha akan mengambil wujud lain. Kemungkinannya tak terbatas – bisa berupa manusia, bukan manusia, atau berbagai jenis binatang liar seperti rusa dan sebagainya. Bentuk apapun yang akan membantu perwujudan Buddha untuk mendorong makhluk hidup melakukan kebajikan dan menghindari ketidakbajikan, maka Buddha akan mengambil wujud tersebut. Aktivitas dari perwujudan Buddha ini akan bervariasi. Seperti yang telah kita katakan, dia bisa berfungsi untuk membangkitkan kebajikan dalam diri makhluk hidup dan bisa juga berfungsi untuk membantu makhluk hidup mengalami kesenangan yang tidak murni.

Transkrip Pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Kadam Tashi Choe Ling, Kuala Lumpur, Malaysia pada Desember 2003
Transkrip selengkapnya terdapat dalam buku “Berlindung Jld. 1”

Berlindung, Pintu Gerbang Memasuki Ajaran