Berita

Berlatih dalam Prajna Paramita (Kesempurnaan Kebijaksanaan)

Diliput oleh Frodewin Grimbert dan Kevin

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 27-28 Mei 2023

Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma secara daring dengan melanjutkan transmisi dan penjelasan Lamrim Jalan Cepat (Nyurlam) karya Y.M.S Panchen Lama Losang Yeshe (Panchen Lama II). Kali ini, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan pembahasan mengenai topik Prajna Paramita yang sebelumnya juga pernah dibahas pada sesi Online Public Talk dua bulan lalu.

Sabtu, 27 Mei 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran dengan sebuah nasihat dari Arya Chandrakirti bahwasanya kita sudah memiliki kondisi kebebasan dan keberuntungan. Apabila kita tidak memanfaatkannya dengan baik, kita akan terjatuh ke alam rendah. Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa kita memiliki kondisi yang luar biasa saat ini, yaitu masih memiliki kesempatan untuk berkumpul bersama guna mempelajari, merenungkan, dan memeditasikan ajaran Buddha. Terkadang, kita berpikir bahwa kesempatan yang kita dapatkan ini hanyalah sebuah sesi reguler setiap bulannya. Namun, kita harus ingat bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti yang kita miliki saat ini. Selain itu, kita juga harus mengaitkan hal tersebut dengan semua makhluk. Tujuan diri kita dan semua makhluk adalah sama, yakni sama-sama tidak ingin menderita dan ingin bahagia. Jika kita ingin melakukan sesuatu terhadap hal ini, saat ini adalah kesempatan yang terbaik.

Saat ini, kita terlahir sebagai manusia yang terbebas dari kondisi-kondisi yang merugikan dan diberkahi oleh kondisi-kondisi pendukung untuk bisa terbebas dari samsara berkat bertemu dengan ajaran Buddhadharma, bertemu guru spiritual, dan punya sahabat-sahabat Dharma. Tidak ada jaminan semua makhluk bisa memiliki kesempatan seperti itu. Namun, kebanyakan dari kita hanya sibuk memikirkan penderitaan diri sendiri. Dengan cara seperti itu, tidak banyak manfaat yang bisa kita peroleh. Selagi masih ada kesempatan, kita harus mengubah batin kita dengan mengupayakan suatu metode. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain menggugah batin kita karena hanya kita sendiri yang mampu untuk melakukannya. 

Saat ini, kita sudah bertemu dengan sebuah ajaran tanpa kesalahan yang disebut Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Ketiga Jenis Praktisi. Diperlukan kebajikan yang sangat besar untuk bisa bertemu dengan instruksi ini. Setiap kali kita mendengarkan instruksi tersebut, kita harus berusaha untuk merenung dan memeriksa batin kita untuk memastikan apakah batin kita sudah selaras dengan penjelasan dari instruksi tersebut atau belum. Jika belum, kita harus memikirkan cara untuk menyelaraskannya. Kemudian, kita melihat kembali apa yang sebenarnya menjadi tujuan kita saat ini, yaitu ingin bahagia. Tujuan ini tidak akan bisa diraih hanya dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau berputar keliling dunia karena hal tersebut hanya mempengaruhi fisik kita. Cara yang sebenarnya adalah dengan memisahkan batin internal kita dari klesha. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian masuk ke topik utama dari sesi pengajaran kali ini, yaitu berlatih dalam Prajna Paramita yang terbagi dalam lima bagian:

  1. Apa itu Prajna
  2. Bagaimana mengawali pembangkitan Prajna
  3. Pembagian-pembagian Prajna
  4. Bagaimana mempraktikkannya
  5. Ringkasan

Terkait poin pertama tentang definisi Prajna, dijelaskan bahwa Prajna merupakan sesuatu yang secara seksama memahami modus keberadaan dari suatu objek yang sedang dianalisis. Namun dalam konteks ini, Prajna merujuk pada kemahiran dalam lima topik pengetahuan dan sejenisnya yang dijelaskan dalam sebuah bait dari Bodhisattva-bhumi:

“Pahamilah bahwa Prajna para Bodhisatwa adalah analisis secara seksama terhadap fenomena yang melibatkan atau telah melibatkan semua hal yang perlu diketahui dan yang beroperasi dengan memfokuskan pada lima topik pengetahuan—pengetahuan Buddhis, tata bahasa, logika, seni teknis, dan pengobatan.”

Kata “melibatkan” dan “telah melibatkan” dalam bait tersebut masing-masing merujuk pada Prajna sebelum dan setelah mencapai tingkatan Bodhisatwa.

Terkait poin kedua tentang bagaimana cara mengawali pembangkitan Prajna, hal ini bisa dilakukan dengan merenungkan manfaat-manfaat membangkitkan Prajna dan kerugian-kerugian akibat tidak membangkitkannya. Berkenaan dengan manfaat-manfaat Prajna, dijelaskan bahwa Prajna adalah akar dari semua kualitas baik untuk kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Hal ini juga selaras dengan perkataan Arya Nagarjuna dalam Prajñā-śataka yang menyatakan bahwa:

Prajna adalah akar dari semua kualitas baik,

Terlihat dan belum terlihat.

Untuk mencapai kedua hal ini,

Rangkullah Prajna.

Arya Nagarjuna

“Terlihat” dalam bait tersebut merujuk pada kehidupan saat ini, sementara “belum terlihat” merujuk pada kehidupan mendatang.

Prajna juga diibaratkan layaknya mata bagi kelima paramita lainnya. Dalam menjelaskan ini, Rinpoche mengutip sebuah bait dalam Ratna-guna-samcaya-gāthā yang berbunyi sebagai berikut:

Ketika paramita lainnya terlengkapi oleh Prajna,

Mereka mendapatkan mata dan nama mereka terpenuhi,

Sama seperti sebuah lukisan mungkin selesai kecuali matanya,

Namun sebelum matanya dilukis, tiada upah yang didapatkan.

Ratna-guna-samcaya-gāthā

Kemudian, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan penjelasan tentang manfaat Prajna bagi setiap paramita lainnya. Selain itu, Guru Dagpo Rinpoche juga mengambil contoh tentang kekuatan Prajna dari seorang Bodhisatwa yang diibaratkan sebagai perdana menteri karena memiliki kendali penuh atas semua objek-objek indera. Singkatnya, Prajna menghapuskan halangan-halangan untuk mencapai kekuatan yang seimbang dalam kualitas-kualitas baik (maitri, karuna, mudita, dan upeksha) yang dimiliki oleh seorang Bodhisatwa. Mengenai aturan-aturan yang harus dijalani dan yang dilarang di antara kendaraan yang lebih tinggi dan yang lebih rendah dan di antara Sutra dan Tantra, Prajna mampu mencerap makna yang dimaksudkan tanpa kontradiksi di balik semua itu. Penjelasan detail beserta kutipan bait-bait terkait bisa dibaca lebih lanjut melalui buku Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) Jilid II (halaman 270-277).

Minggu, 28 Mei 2023

Guru Dagpo Rinpoche memulai sesi dengan kembali mengingatkan kita betapa berharganya kelahiran sebagai manusia. Kelahiran ini memberi kita kesempatan untuk menanamkan benih kebajikan demi bisa terbebas dari samsara. Kesempatan terlahir sebagai manusia dikatakan bahkan lebih berharga dari permata pengabul harapan karena mampu membantu kita menyeberangi lautan penderitaan samsara. Guru Dagpo Rinpoche juga menambahkan bahwa merupakan sebuah kesempatan yang luar biasa kita dapat mengikuti sesi pada sore hari ini bahwasannya kita masih memiliki kesempatan terlahir sebagai manusia dalam keadaan sehat untuk belajar. Kondisi ini perlu kita renungkan agar kita bisa menghargai kesempatan langka ini untuk bisa memanfaatkannya sebaik-baiknya, tidak hanya untuk kita sendiri dan kehidupan saat ini, tetapi juga untuk semua makhluk dan kehidupan selanjutnya. Perlu kita ketahui bahwa apa yang diinginkan oleh semua makhluk adalah kebahagiaan, bukan penderitaan, sehingga tujuan kita adalah untuk membantu semua makhluk agar tidak menderita. Oleh karena itu, kita perlu mengatasi penderitaan dalam diri kita terlebih dahulu agar kita mampu membantu makhluk lain mengatasi penderitaan mereka.

Tingkatan setelah berhasil mengatasi penderitaan disebut juga kebebasan. Untuk mencapai kebebasan ini, kita harus bisa mengolah batin kita. Saat ini, kondisi batin kita tidak bebas karena masih dikuasai oleh klesha. Konsekuensi dari batin yang memiliki klesha adalah apa yang kita lakukan secara tindakan akan berkebalikan dari apa yang kita lakukan pada niatan semula. Pada akhirnya, akan sangat sulit bagi kita untuk terbebas dari samsara.

Dikarenakan samsara ini tidak ada batasannya dan akhirnya dan begitu dalamnya cakupan penderitaan dalam samsara, bagaimana mungkin kamu, wahai anak, tidak membangkitkan ketakutan dari samsara.

Guru Arya Dewa

Oleh karena samsara begitu dalam, sangat luas, dan tidak ada akhirnya, kita perlu membangkitkan rasa takut akan kondisi ini. Inilah persisnya alasan Begawan Buddha memutar roda Dharma dan ajaran pertama kali mengenai kebenaran Arya tentang dukkha/penderitaan yang sifat dasarnya adalah menderita.

Guru Dagpo Rinpoche lanjut memberi penjelasan tentang skandha perasaan yang terbagi menjadi tiga, yaitu perasaan bahagia, netral, dan menderita. Beliau menjelaskan bahwa perasaan bahagia yang kita rasakan sebenarnya merupakan penderitaan akibat perubahan atau hanya penderitaan yang berkurang, karena perasaan kebahagiaan tidak bertahan dan pasti akan berubah menjadi penderitaan. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang kekal, terus-menerus, dan tidak mengalami perubahan/kemerosotan. Guru Dagpo Rinpoche memperjelas bagian ini dengan memberikan contoh seseorang yang sedang haus. Ketika seseorang sedang haus, tentu ia berkeinginan untuk mengatasinya dengan cara minum. Ketika ia minum, penderitaan haus akan berkurang. Namun, apa yang terjadi ketika orang tersebut minum terus-menerus? Apa yang tadinya merupakan kebahagiaan akan berubah menjadi penderitaan. Seharusnya jika kebahagiaan dari minum adalah kebahagiaan sesungguhnya, maka kebahagiaan itu akan terus-menerus didapatkan setiap orang itu minum.

Terkait nasihat Buddha dalam Sutra Memasuki Rahim” atau Sutra Turun ke Rahim”, kita akan lebih memahami nasihat pembuka yang disampaikan Arya Chandra yang menyebutkan bahwasannya kita masih memiliki kondisi pendukung luar biasa karena saat ini kita terhindar dari bentuk-bentuk penderitaan. Jadi, penting untuk bisa memanfaatkan kondisi ini sebaik-baiknya. Kita harus bisa menerapkan metode yang berlawanan dengan yang kita lakukan selama ini, ganti dengan metode yang tepat sesuai intisari dari semua instruksi dari Buddha, yaitu instruksi akar dari Tahapan Jalan Menuju Pencerahan.

Guru Dagpo Rinpoche kemudian memulai memaparkan topik utama sesi hari ini dengan merujuk pada kitab “Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan” oleh Je Tsongkhapa. Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan penjelasan pada Risalah Agung halaman 276. Penjelasan detail beserta kutipan bait-bait terkait bisa dibaca lebih lanjut melalui buku Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) Jilid II.

Penjelasan dilanjutkan mengenai kerugian-kerugian ketika seseorang tidak memiliki Prajna atau kebijaksanaan. Tanpa Prajna, dana atau paramita lainnya seolah-olah buta. Untuk memahami hal ini, Guru Dagpo Rinpoche mengambil kutipan dari Ratna-guna-samcaya-gāthā berisi: 

Bagaimana mungkin milyaran orang buta tanpa pembimbing, 

Yang tidak mengetahui Jalan, memasuki kota?

Sekali kelima paramita ini kehilangan Prajna, mereka menjadi buta;

Karena mereka tidak mempunyai pembimbing, mereka tidak dapat mencapai pencerahan.

Ratna-guna-samcaya-gāthā

Akibat lainnya, tanpa Prajna, dana dan paramita lainnya menjadi tidak murni dan kita tidak bisa mencapai pandangan benar. Hal ini tercantum dalam kutipan Buddha yang mengatakan bahwa dalam melakukan dana yang murni diperlukan Prajna karena tanpa Prajna, berdana dapat dikatakan hanya untuk menambah kekayaan, seperti berdagang atau berbisnis. Selanjutnya, Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa Prajna ini diperlukan ketika mempraktikan Sila Paramita. Tanpa Prajna, pemahaman terhadap Sila Paramita menjadi ternoda oleh klesha. Kita pun akan memiliki pemahaman yang cacat. 

Pentingnya Prajna juga dijelaskan dalam Paramita Samasa bahwa Prajna dianggap sebagai hal terpenting untuk membuat batin kita tetap berada di kondisi yang benar dan menjaga batin terhindar dari kemelekatan. Kerugian selanjutnya dari tidak adanya Prajna adalah ketika kita mempraktikkan Viriya, tanpa adanya Prajna, pandangan kita tidak akan murni. Tidak adanya Prajna dianalogikan sebagai seorang raja yang terkenal namun tidak berguna, hanya akan dikenal oleh orang lain dalam waktu singkat kemudian menghilang. Prajna diibaratkan sebagai cahaya mentari yang begitu cerah menerangi batin makhluk yang diselimuti kegelapan. Dengan adanya Prajna, kegelapan yang meliputi batin para makhluk akan lenyap. Oleh karena itu, kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk membangkitkan Prajna ini dalam diri kita.

Beberapa akibat dari seseorang tidak menerapkan metode untuk membangkitkan Prajna adalah membuat seseorang menjadi kebingungan. Ini bisa terjadi karena bergaul dengan seseorang yang jahat, kemalasan, ketidakacuhan, tidur berlebihan, tidak senang dengan analisis dan kearifan, tidak tertarik pada keanekaragaman fenomena, kesombongan mengetahui segala sesuatu hal, patah semangat, dan berpandangan bahwa diri sendiri tidak mampu melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, penting untuk melatih Prajna dengan cara menghormati guru-guru yang dapat dipercaya dan belajar kepada mereka. Guru Dagpo Rinpoche menekankan kepada kita untuk belajar melatih Prajna sesuai dengan kapasitas batin masing-masing, sehingga Prajna mampu berkembang di batin kita dengan baik. Lebih lanjut, merujuk kepada salah satu kutipan, dalam mempelajari Prajna kita harus memiliki sikap tabah dan tekun. Tanpa sikap tabah, maka kegigihan kita dalam mempelajari Prajna akan berkurang dan kita tidak akan mampu mempelajarinya secara benar.

Sesi dilanjutkan dengan pembacaan transmisi bait halaman 281-288 buku Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan. Secara singkat, transmisi bait ini menjelaskan tentang pentingnya studi yang luas dengan mempelajari berbagai sumber kitab untuk mendapatkan pemahaman terhadap Prajna yang menyeluruh agar mampu mempraktikkan ajaran secara tepat. Terdapat satu kutipan yang perlu diperhatikan pada halaman 283 oleh Gamapa yang mengatakan bahwa terdapat 2 poin bahaya yang harus dihindari, yaitu perkataan bahwa seseorang yang belajar Dharma berpotensi akan merosot batinnya dan seseorang yang bersungguh-sungguh mempraktikkan Dharma tidak lagi perlu untuk belajar. Kedua poin ini merupakan sesuatu yang keliru dan harus diwaspadai terutama bagi kita yang baru pelajar karena meskipun kita telah bersungguh-sungguh mempraktikkan Dharma, kita harus tetap bertekad untuk terus mempelajari Dharma dalam berbagai kehidupan.

Sesi ditutup dengan Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahaya risiko seorang pengajar yang tidak belajar dengan benar hanya akan meningkatkan potensi untuk mengumpulkan karma buruk untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa belajar Dharma tidak hanya untuk orang yang sedang belajar, tetapi juga untuk orang yang mengajar.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *