Berita

Online Public Talk Guru Dagpo Rinpoche: Mengembangkan Prajna (Paramita ke-6)

Diliput oleh Kevin dan Shierlen Octavia

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 18–19 Maret 2023

Prajna Paramita (kesempurnaan kebijaksanaan) adalah salah satu dari enam paramita yang merupakan akar dari semua kualitas baik untuk kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Prajna juga berperan penting bagi lima paramita lainnya. Atas permohonan dari Institute Kadam Tcheuling Méditerranée di Prancis, Guru Dagpo Rinpoche memaparkan topik ini dalam pengajaran Dharma daring bertajuk “Mengembangkan Prajna (Paramita ke-6)” pada 18–19 Maret 2023.

Sabtu, 18 Maret 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran dengan sebuah nasihat dari Raja Dharma Je Tsongkhapa, bahwa saat ini kita semua sudah mendapatkan kelahiran sebagai manusia. Tubuh manusia ini sangat berharga sekali, bahkan melebihi permata pengabul harapan. Dengan tubuh manusia ini, kita memiliki kesempatan untuk menghimpun sebab agar tidak terjatuh ke alam rendah. Hal tersebut tentu saja tidak bisa didapatkan melalui permata pengabul harapan. Kelahiran sebagai manusia merupakan basis bagi pencapaian yang lainnya. Salah satunya adalah untuk kehidupan yang baik pada kelahiran berikutnya, baik sebagai manusia, dewa, dan lain sebagainya. 

Jika kita ingin mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, kita bisa meraihnya dengan bentuk-bentuk pikiran dan tindakan yang tepat. Walaupun potensi setiap orang berbeda, Kebuddhaan sangat mungkin untuk diraih apabila seorang praktisi memiliki tekad yang kuat. Terkadang, kita bertemu dengan seseorang yang berkata bahwa sifatnya sudah seperti itu dan tidak bisa diubah lagi. Ini merupakan cara berpikir yang tidak tepat dan pertanda bahwa ia tidak percaya pada hukum karma dan akibatnya. Sesuai dengan hukum karma, kemampuan yang tadinya kecil bisa diubah menjadi besar apabila ia bertekad untuk mengubahnya. Sebagai contoh, saat kita masih kecil dan belum memiliki kemampuan apa-apa, kita dibekali dengan pendidikan sehingga menjadi terampil dan memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu. 

Pada dasarnya, kita semua ingin bahagia dan tidak ingin menderita. Oleh karena itu, kita harus mengumpulkan sebab-sebab kebahagiaan. Jika kita tidak melakukan ini, tentu saja kebahagiaan tidak akan bisa dicapai. Dengan terlahir sebagai manusia, kita memiliki potensi dan kemampuan untuk mencapai kebahagiaan yang tak terhingga. Didukung oleh tekad yang besar, kita mampu menuntaskan penderitaan. 

Kita harus menyadari bahwa sebab utama dari kebahagiaan adalah batin yang bajik. Secara umum, batin dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu batin yang memunculkan kebahagiaan, penderitaan, dan netral. Kita semua memiliki ketiga jenis batin tersebut. Jika kita ingin memunculkan jenis batin yang menimbulkan kebahagiaan, maka kita harus memunculkan sebab-sebab dari kebahagiaan terlebih dahulu di dalam batin kita. 

Sebaliknya, jenis batin yang kasar hanya akan mendatangkan penderitaan. Jika kemarahan yang sangat kuat muncul di dalam batin seseorang, maka orang tersebut pasti akan menderita. Tidak ada satu orang pun yang mengatakan bahwa ia merasa bahagia sekali karena sudah marah besar. Selain itu, ketika kemelekatan muncul dalam batin, kita seolah-olah merasa bahagia. Padahal, itu hanya penampakan awal saja karena penderitaan yang sangat besar sedang menunggu dibaliknya. Guru Dagpo Rinpoche mengatakan bahwa sebenarnya kita sedang memperpanjang periode hidup kita dalam samsara dengan memelihara batin negatif tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui apa yang menjadi sebab kebahagiaan sejati, yaitu mengembangkan batin kita sendiri dengan mengurangi hal-hal buruk dan meningkatkan hal-hal bajik. 

Salah satu kesalahan dalam batin kita adalah sikap mementingkan diri sendiri. Kita terlalu sibuk memikirkan diri sendiri dan tidak pernah mempertimbangkan kesulitan yang sedang dialami oleh makhluk lain. Akibatnya, kita tidak akan pernah bisa bahagia dan bahkan bisa mencampakkan makhluk lain. Inilah yang merupakan sebab dari penderitaan. Kita harus senantiasa berupaya untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri saja, tapi juga memikirkan makhluk lain dengan harapan mereka bisa mendapatkan hal-hal yang bajik. Dengan begitu, kita akan disenangi oleh banyak orang dan mendapatkan perhatian dan cinta kasih dari orang lain. 

Jika kita bertekad mengubah batin kita menjadi bajik, tidak ada cara lain yang lebih baik selain terlahir sebagai manusia dan memanfaatkan potensinya dengan baik. Walaupun mungkin kita memiliki sedikit rasa sakit, tidak ada penyakit yang terlalu parah. Yang lebih penting adalah kita semua benar-benar dalam kondisi yang baik dan bisa berpikir jernih. Ini merupakan kondisi yang sangat luar biasa, tidak ada kesempatan yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan potensi ini dengan berupaya memikirkan makhluk lain. Salah satunya adalah melalui batin pencerahan (bodhicitta). 

Secara umum, ada dua jenis bodhicitta, yaitu bodhicitta dengan upaya dan bodhicitta spontan. Pertama, kita harus membangkitkan bodhicitta dengan upaya terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan membangkitkan bodhicitta yang spontan dan menjadi seorang Bodhisatwa setelah kita sudah terbiasa membangkitkan jenis bodhicitta yang sebelumnya. Saat itulah kita bisa disebut sebagai seorang praktisi Mahayana. Jika selama ini kita selalu mementingkan diri sendiri, kita harus mengubahnya dengan berupaya untuk memikirkan dan memberikan kebahagiaan bagi makhluk lain juga. Saat penderitaan muncul, kita tidak perlu bersedih karena sebenarnya itu merupakan buah dari karma buruk kita yang sedang berbuah. Dengan memikirkan makhluk lain, kita akan mampu menghalau munculnya penderitaan.

Sebelum melanjutkan topik, Guru Dagpo Rinpoche mengingatkan kita untuk kembali membangkitkan motivasi dengan merenungkan bahwa saat ini kita sudah mendapatkan kelahiran sebagai manusia dan bertemu dengan Buddhadharma dan guru spiritual. Dengan begitu, kita memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mempraktikkan Dharma yang sejati. Oleh karena itu, kita bertekad untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna demi mempersembahkan kebahagiaan untuk semua makhluk.

Setelah memberikan transmisi lisan tentang bagaimana berlatih dalam Prajna, Guru Dagpo Rinpoche memulai pembahasan tentang Prajna yang bersumber dari Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) Jilid II. Ada lima bagian utama dari topik ini. Bagian pertama membahas tentang pengertian dari Prajna. 

Secara umum, dijelaskan bahwa Prajna merupakan sesuatu yang secara seksama memahami modus keberadaan dari suatu objek yang sedang dianalisis. Analisis tersebut dilakukan dengan memahami kualitas dan kekurangan dari suatu objek untuk menghapus keraguan. Objek dari analisis tersebut bisa berupa hal yang bajik, tidak bajik, atau netral. Kita bisa memeriksa objek tersebut berdasarkan empat jenis landasan atau penalaran, yaitu berdasarkan tindakan atau perbuatan, bergantung pada satu hal dan kemudian menentukan hal lainnya, alasan atau asal mula yang bergantung pada semua fenomena, dan sifat dasarnya itu sendiri (api yang bersifat panas atau air yang selalu mengalir dari atas ke bawah). 

Guru Dagpo Rinpoche mengutip sebuah bait dari Bodhisattva-bhumi:

“Pahamilah bahwa Prajna para Bodhisatwa adalah analisis secara seksama terhadap fenomena yang melibatkan atau telah melibatkan semua hal yang perlu diketahui dan yang beroperasi dengan memfokuskan pada lima topik pengetahuan—pengetahuan Buddhis, tata bahasa, logika, seni teknis, dan pengobatan.”

Kata ‘melibatkan’ dan ‘telah melibatkan’ masing-masing merujuk pada Prajna sebelum dan setelah mencapai tingkatan Bodhisatwa.

Bagian selanjutnya dari topik Prajna dijelaskan pada hari berikutnya.

Minggu, 19 Maret 2023

Di hari kedua pengajaran Dharma, Guru Dagpo Rinpoche kembali membuka sesi dengan mengutip sebuah kalimat dari Arya Chandragomin mengenai potensi kelahiran kita sebagai manusia. Dengan tubuh ini, kita tidak hanya memiliki kesempatan berharga untuk menyeberangi samsara dan mengatasi lahir, tua, sakit, dan mati, tetapi juga menanamkan benih pencerahan. Oleh karena itu, siapa pun yang dapat berpikir dengan akal sehat pastinya akan berupaya memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.

Guru Dagpo Rinpoche menyebutkan bahwa sebagai pendengar sesi pengajaran Dharma ini, kita semua memiliki potensi luar biasa untuk mewujudkan batin pencerahan selama kita mau memanfaatkannya. Rinpoche juga mengajak kita untuk merenungkan kondisi kita lebih dalam. Meskipun terlahir sebagai manusia, tidak semua orang memiliki kesempatan bertemu dengan tradisi spiritual tertentu. Di antara mereka yang telah memiliki tradisi spiritual tertentu pun tidak banyak yang bisa mencapai pencerahan. Hanya Buddhadharma yang secara khusus mengajari kita cara mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. 

Memilih tradisi spiritual bukanlah persoalan tradisi mana yang lebih kita sukai, namun lebih merujuk kepada tradisi mana yang menawarkan solusi untuk mencapai pencerahan tertinggi. Untuk bisa mengatasi samsara secara tuntas, kita perlu mengatasi penyebab akarnya, yaitu pandangan yang menganggap “aku” bisa berdiri sendiri tanpa bergantung pada apa pun. Pandangan mengenai “aku” yang keliru ini hanya dapat diatasi jika kita mempelajari Buddhadharma. 

Berbagai tradisi di dunia memiliki cara dan pandangan yang berbeda dalam menjelaskan mengenai “aku”. Ada tradisi yang mengatakan bahwa “aku” atau ‘diri’ eksis karena diciptakan oleh Sang Pencipta atau Tuhan. Akan tetapi, pernyataan ini akan menimbulkan pertanyaan terkait siapa sosok yang menciptakan Sang Pencipta. Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab karena jika ada makhluk lain yang menciptakan Sang Pencipta, artinya Tuhan bukanlah makhluk pencipta yang terakhir. Rinpoche menambahkan bahwa sah-sah saja bagi seseorang untuk memiliki keyakinan ini. Selain karena mengajari manusia untuk tidak menyakiti makhluk lain, tradisi-tradisi tersebut juga memberikan ajaran yang baik tentang memberi manfaat pada sekitar. Oleh karena itu, alih-alih langsung mencampakkan tradisi ini, kita bisa mengerahkan pikiran kita untuk menganalisisnya. 

Keyakinan pada Sang Pencipta adalah hal yang rumit untuk dijelaskan. Oleh karena itu, jika konsep keyakinan kita masih berputar pada ada atau tidaknya Tuhan Sang Pencipta, hal ini akan menjadi rumit karena kita harus menelusuri asal terbentuknya sang Pencipta itu. Meskipun demikian, ajaran-ajaran tersebut tetap mengajari kita untuk mengembangkan batin yang bajik melalui pengembangan cinta kasih dan welas asih. Di samping itu, ajaran tersebut juga mengajak umatnya untuk bermanfaat bagi sekitar. Oleh sebab itu, jika ada orang yang memiliki keyakinan pada Sang Pencipta dan mengembangkan kualitas bajik, maka kemampuan batinnya akan berkembang serta mencapai hal dan tujuan baik yang sesuai dengan Buddhadharma. Jika latihan batin ini terus dipertahankan, seseorang akan sampai pada pemahaman bahwa dunia ini tidak mesti diciptakan oleh Sang Pencipta. Praktisi tradisi tersebut juga bisa memahami bahwa dunia muncul karena adanya karma sementara karma datang dari adanya klesha. Secara spesifik, klesha utama yang merupakan klesha akar adalah kebodohan batin yang menganggap adanya eksistensi yang berdiri sendiri.

Guru Dagpo Rinpoche lanjut menjelaskan bahwa semua faktor negatif bergantung pada pandangan akan adanya “aku”. Satu klesha akar ini memunculkan klesha-klesha lainnya. Oleh karena itu, jika kita bisa mengenali klesha akar, kita bisa mengenali klesha lainnya dalam diri kita. Setelah itu, langkah berikutnya yang harus diambil adalah menerapkan cara untuk mengatasi klesha akar dengan berupaya mengembangkan Prajna. Batin yang disebut memiliki Prajna adalah batin yang sudah mengenal klesha akar. Fungsi batin ini adalah memperkecil pandangan keliru tentang eksistensi “aku”. Untuk bisa mengatasi pemikiran tersebut sampai tuntas, kita butuh melakukan analisis terus-menerus pada pandangan ini hingga muncul kesimpulan bahwa tiada “aku” yang bisa berdiri sendiri. Rinpoche menjelaskan bahwa kualitas positif seperti cinta kasih dan welas asih bukanlah penawar langsung dari cengkraman akan adanya “aku” yang berdiri sendiri. Bahkan Bodhisatwa pun masih memiliki cengkraman tersebut. Oleh karena itu, kita perlu berupaya menerapkan penawar yang berkebalikan dari adanya “aku” yang berdiri sendiri, yaitu Prajna yang merealisasikan ketanpaakuan.

Kita semua beraspirasi untuk mendapatkan kebahagiaan dan tidak mengalami penderitaan. Untuk bisa memperolehnya, kita tentunya harus menciptakan sebab yang sesuai. Sama halnya dalam mencapai kualitas Prajna, kita butuh mempelajari, merenungkan, dan memeditasikan kitab yang sahih. Sebelum memasuki inti pembelajaran Dharma pada hari kedua, Rinpoche kembali mengajak kita untuk membangkitkan motivasi bajik setinggi-tingginya untuk semua makhluk. Karena Bodhisatwa bhumi kesepuluh pun tidak bisa memberikan kebahagiaan sempurna, maka kita berupaya untuk membangkitkan motivasi agar bisa mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Dengan motivasi seperti inilah kita seharusnya berupaya belajar dan mempraktikkan Dharma.

Guru Dagpo Rinpoche kemudian melanjutkan penjelasan mengenai cara melatih Prajnaparamita yang terdiri dari lima bagian. Setelah menjelaskan mengenai sifat dasar Prajna pada hari sebelumnya, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan poin pembahasan kedua, yaitu mengawali pembangkitan Prajna. Caranya adalah merenungkan manfaat-manfaat membangkitkan Prajna dan kerugian-kerugian dari tidak membangkitkannya. Guru Dagpo Rinpoche menambahkan bahwa seluruh kualitas baik sesungguhnya datang dari adanya Prajna. Hal ini juga selaras dengan perkataan Arya Nagarjuna dalam Prajñā-śataka yang menyatakan bahwa:

Prajna adalah akar dari semua kualitas baik.

Terlihat dan belum terlihat.

Untuk mencapai kedua hal ini,

Rangkullah Prajna.

Arya Nagarjuna

“Terlihat” dalam bait tersebut merujuk pada kehidupan saat ini, sementara “belum terlihat” merujuk pada kehidupan mendatang. Hal ini menandakan pentingnya mengembangkan Prajna, baik untuk saat ini maupun untuk kehidupan berikutnya. Prajna juga diibaratkan layaknya mata bagi kelima paramita lainnya. Dalam menjelaskan ini, Rinpoche mengutip Ratna-guna-samcaya-gāthā yang berbunyi sebagai berikut:

Ketika paramita lainnya terlengkapi oleh Prajna,

Mereka mendapatkan mata dan nama mereka terpenuhi,

Sama seperti sebuah lukisan mungkin selesai kecuali matanya,

Namun sebelum matanya dilukis, tiada upah yang didapatkan.

Ratna-guna-samcaya-gāthā

Pentingnya Prajna bagi batin kita maupun dalam menyempurnakan paramita kita juga dijelaskan oleh Rinpoche melalui berbagai kutipan dari Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) Jilid II. Misalnya, terdapat bait lainnya dari Pāramita-samāsa oleh Guru Āryaśūra yang menyatakan bahwa Prajna ibarat zamrud murni yang memperindah perhiasan dari emas murni yang melambangkan kelima paramita lainnya. Prajna juga serupa dengan kesadaran mental yang mampu membedakan kebajikan-kebajikan dan kesalahan-kesalahan dalam objek-objek dari kelima indra.

Ketika memberikan contoh-contoh yang bersumber dari Lamrim Chenmo Jilid II, Rinpoche juga kembali melanjutkan pembacaan transmisi dan penjelasan mengenai manfaat Prajna bagi tiap paramita. Sebagai contoh, Prajna mampu memurnikan dana paramita hingga membuat perbuatan memberikan daging tubuh sendiri kepada orang yang memintanya bagaikan memotong tanaman obat. Prajna juga menyempurnakan Sila Paramita demi kesejahteraan orang lain hingga seseorang bisa mempraktikkan sila yang murni. Melalui Prajna pulalah, seseorang bisa mengetahui kerugian dari ketidaksabaran dan manfaat-manfaat dari Ksanti Paramita serta tidak lagi dikuasai oleh penderitaan dan kesalahpaham orang lain terhadap mereka. Kesuksesan besar dalam jalan Dharma melalui kegigihan dari Viriya Paramita juga dicapai dengan adanya Prajna yang membantu seseorang memahami dengan benar segala sesuatu yang mereka jalani. Selain itu, melalui Prajna berdasarkan penalaran, seseorang menyempurnakan kebahagiaan tertinggi dan sukacita dari paramita kelima, Dhyana, yang terpatok pada makna dari realitas. Singkatnya, Prajna memiliki kekuatan besar untuk menghapus halangan-halangan untuk mencapai kekuatan yang seimbang dalam berbagai kualitas bajik.

Setelahnya, sesi ditutup dengan pembacaan dedikasi bersama untuk para guru spiritual, pusat Dharma, dunia, dan kemajuan batin masing-masing. Panitia penyelenggara dari pusat Dharma Kadam Tcheuling Méditerranée juga memberikan ucapan terima kasih kepada Guru Dagpo Rinpoche dan semua pihak terlibat sekaligus memohon kepada Rinpoche agar senantiasa memberkahi kita. Semoga sesi pengajaran Dharma selama dua hari ini membantu upaya kita untuk mengembangkan Prajna dalam batin kita masing-masing.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *