Berita

Mengembangkan Batin Pencerahan dengan Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin

Diliput oleh Kevin dan Shierlen Octavia

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 18-19 Februari 2023

Melanjutkan pembelajaran “Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin” karya Geshe Chekawa yang belum rampung pada sesi sebelumnya, Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma mengenai cara melatih bodhicitta melalui instruksi tersebut secara daring pada tanggal 18–19 Februari 2023.

Sabtu, 18 Februari 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi dengan mengajak kita untuk merenungkan salah satu nasihat oleh Arya Chandrakirti mengenai langkanya kesempatan kita untuk bisa terlahir sebagai manusia. Oleh karena kita telah memiliki segala bentuk kebebasan seperti kondisi pendukung baik eksternal maupun internal, kita harus merenungkannya dan menerapkan metode agar bisa terhindar dari kelahiran di alam rendah. Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa perenungan ini sangat penting karena jika tidak, kita akan dengan mudah menganggap bahwa kelahiran kita saat ini adalah sesuatu yang mudah diperoleh. Padahal, enam alam samsara memiliki jumlah makhluk tak terbatas dan jumlah makhluk yang terlahir di alam rendah jauh lebih banyak dibandingkan yang berada di alam tinggi. Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita untuk menyadari bahwa mereka semua yang khususnya terlahir di alam rendah tidak memiliki kebebasan dan masing-masing mengalami penderitaan yang sesuai dengan alam yang mereka tempati. Maka dari itu, jika kita tidak menggunakan kesempatan ini untuk berlatih, maka kita bisa saja terjatuh ke alam rendah di masa mendatang.

Guru Dagpo Rinpoche juga menambahkan bahwa di antara begitu banyaknya jumlah manusia, tidak banyak orang yang dapat bertemu dengan ajaran Buddha, guru spiritual, dan sahabat spiritual. Ada begitu banyak tradisi dan ajaran dengan keunggulan dan ciri khasnya masing-masing. Namun secara umum, hanya ajaran Buddha yang sanggup mengatasi penderitaan secara keseluruhan. Terkait dengan penderitaan ini, Guru Dagpo Rinpoche juga lanjut menjelaskan bahwa penyebabnya berakar pada ketidaktahuan batin kita yang mencengkeram adanya aku atau eksistensi yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, kita harus menerapkan penawarnya dengan merenungkan kebalikannya agar sikap ini makin berkurang dan sikap yang tepat yang seharusnya dibangkitkan menguat dan mengatasi penyebab akarnya. Mengapa hal ini penting? Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa jika kita melakukan hal lain seperti memeditasikan topik atau objek lain alih-alih menerapkan penawar dengan tepat, kesalahan dari penyebab akar bisa saja berkurang, tapi tidak teratasi secara menyeluruh. Dengan cara seperti inilah Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita untuk memanfaatkan waktu dalam sesi pengajaran ini sebaik mungkin dengan membangkitkan motivasi yang tepat dan bajik, yaitu mencapai Kebuddhaan lengkap sempurna demi semua makhluk ibu-ibu kita yang jumlahnya tak terhingga.

Untuk memperkuat motivasi kita, Guru Dagpo Rinpoche juga menambahkan bahwa “semua makhluk” yang dimaksud dalam pembangkitan motivasi tersebut mengandung makna penting untuk menyadarkan kita bahwa semua makhluk jumlahnya tak terhingga. Beliau mengutip salah satu perkataan Arya Nagarjuna: “Sama seperti partikel-partikel penyusun tanah, api, air, angin, dan angkasa yang jumlahnya tak terhingga, demikian pula jumlah makhluk hidup.” Kepada mereka, kita harus berupaya mengatasi penderitaan, baik yang berbentuk sementara maupun tertinggi. Setelah itu, kita juga harus mempersembahkan kepada mereka kebahagiaan selama-lamanya yang tidak akan merosot dan pasti. Jika kita bisa merenungkan ini dengan baik, hal ini akan memberikan perbedaan dalam hal motivasi yang kita bangkitkan saat mendengarkan sesi pengajaran Dharma. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian kembali melanjutkan sesi pengajaran mengenai instruksi latihan batin/Lojong yang telah dibahas pada sesi pengajaran sebelumnya. Pertama-tama, Beliau membacakan transmisi mengenai poin keempat, yaitu mentransformasikan hal-hal yang tidak menguntungkan menjadi unsur-unsur dalam tahapan jalan. Jika kita bisa mentransformasikan hal-hal tidak menguntungkan menjadi praktik Dharma, hal ini akan menjadi sebuah cara berpikir luas dan mendalam. Ada banyak kesulitan yang kita alami dalam kehidupan. Dari situ, Guru Dagpo Rinpoche kemudian meminta kita untuk lanjut memikirkan dan merenungkan bentuk-bentuk kesulitan yang kita alami saat ini. Setelahnya, pada saat yang sama, kita membayangkan bahwa kesulitan tersebut bisa ditransformasikan menjadi jalan spiritual. Kita kemudian merenungkan alasan pendukung agar cara kita mentransformasikan batin bisa menjadi makin kuat.

Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa dalam hidup, kita pasti mengalami situasi tidak menguntungkan dan situasi sulit. Ada kalanya kondisi yang tidak menguntungkan memang tidak terhindarkan. Namun, dalam instruksi Lojong, disebutkan bahwa kita bisa mengubah kondisi tersebut. Kondisi sulit yang kita alami bisa diatasi ketika kita memiliki kondisi yang tepat. Guru Dagpo Rinpoche memberi contoh bahwa kondisi kelahiran sebagai manusia dan bertemu Dharma dan Lojong secara khusus membuat kita bisa mengubah kondisi sulit sementara binatang tidak mempelajari hal semacam ini. Inilah yang menurut Rinpoche harus kita bawa dalam hati kita hingga menjadi instruksi dalam jantung hati. Ketika diterapkan dalam praktik Lojong, nasihat seperti ini menjadi praktik yang penting dan luar biasa. 

Selain itu, selaras dengan teks “Nyanyian Bodhicitta”, Guru Dagpo Rinpoche juga menyebutkan bahwa di masa kemerosotan ini, kita harus memiliki kemampuan untuk mentransformasi kesulitan jadi jalan spiritual. Hal ini karena jika kita tidak melakukannya, maka akan sulit bagi kita untuk bisa praktik Dharma secara efektif. Kita dapat berpikir bahwa semakin sulit kondisi yang kita alami, artinya karma buruk dan penghalang sedang dimurnikan, dan kita akan mendapatkan kebahagiaan dari satu bentuk ke bentuk lainnya di kemudian hari. Selama ini kita sudah pernah mengalami penderitaan, baik fisik maupun mental. Saat mengalami hal tersebut, kita biasanya akan merasa sedih dan menderita. Akan tetapi, dengan menerapkan instruksi Lojong, kita bisa mengubah penderitaan tersebut dengan berpikir: “semoga semua penderitaan semua makhluk matang dalam diriku saat ini”. 

Jika kita renungkan instruksi tersebut, kita mungkin akan menyadari bahwa selama ini, hal yang kita lakukan ketika mengalami penderitaan sangat berkebalikan dengan instruksi tersebut. Contohnya, kapanpun kita didera sakit fisik seperti sakit kepala atau sakit pinggang, kita umumnya akan segera mencari metode yang menurut kita ampuh mengatasi sakit tersebut misalnya dengan mencari dokter atau membeli obat. Guru Dagpo Rinpoche kemudian memantik sebuah perenungan dalam batin kita dengan bertanya: adakah yang pernah memikirkan makhluk lain dan kemudian mengharapkan agar penderitaan semua makhluk matang pada dirinya? Mungkin ada yang pernah mempraktikkannya, tapi secara umum, hal ini sangat sulit dilakukan. Dalam hal ini, Rinpoche menegaskan bahwa instruksi ini tidak melarang kita untuk berkonsultasi pada dokter saat sakit, tapi lebih berfungsi untuk mengajak kita merenungkan ulang pikiran yang pertama kali melintas dalam pikiran kita. Melalui contoh ini, kita bisa memikirkan: apakah kita sanggup memikirkan penderitaan semua makhluk dan mendoakan mereka ketika tengah mengalami penderitaan?

Selama ini, kita semua berupaya untuk melakukan praktik studi. Namun, jika melihat instruksi ini, kita mungkin akan menyadari bahwa ini adalah praktik yang relatif sulit. Guru Dagpo Rinpoche berpesan bahwa meskipun sulit dan mungkin belum bisa dilakukan dengan baik, setidaknya kita menanam jejak karma yang penting untuk terkoneksi dengan instruksi ini hingga suatu hari karma kita untuk melakukan praktik ini matang. Guru Dagpo Rinpoche juga mengutip perkataan dari seorang guru bahwa kesulitan kecil yang dialami saat ini menghabiskan karma buruk di waktu lampau dan kita akan mengalami kebahagiaan di waktu mendatang. Oleh karena itu, kita dapat bersukacita terhadap penderitaan ini. Namun demikian, kita juga bisa melihat bahwa tidak banyak orang yang dapat bersukacita terhadap penderitaan mereka. Jika kita dapat menerapkan instruksi Lojong, kita tidak akan lagi mengeluh soal penderitaan yang kita miliki. 

Untuk bisa mengubah sikap batin, kita butuh perubahan dalam cara berpikir. Rinpoche juga mengibaratkan kondisi sulit seperti guru spiritual. Kapanpun kita menghadapi kondisi sulit dan bisa melihat semua makhluk di saat tersebut serta membangkitkan pikiran bajik, kondisi sulit telah berperan sebagai guru kita. Rinpoche juga menjelaskan bahwa penderitaan ibarat sapu yang membersihkan ketidakbajikan. Penderitaan yang dialami ketika mempraktikkan Dharma adalah pertanda kebajikan. Sebaliknya penambahan materi dalam bentuk kekayaan, kehormatan, reputasi, dan lain-lain adalah pertanda bahwa kita tengah menghabiskan kebajikan yang telah susah payah dikumpulkan di waktu lampau dan malah menciptakan penghalang. Ketika karma penghalang berbuah dan mempersulit kita berbuat kebajikan, Guru Dagpo Rinpoche juga mengatakan bahwa kita tetap bisa mentransformasikan hal ini menjadi praktik spiritual. Kita bisa mengubahnya dengan menjadikan penghalang tersebut sebagai pendorong bagi kita untuk berbuat kebajikan lebih banyak. 

Geshe Potowa juga menyampaikan bahwa aspek-aspek yang tidak diinginkan terkait kondisi-kondisi duniawi seharusnya dianggap sebagai cara untuk mencapai Kebuddhaan lengkap sempurna. Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa mereka yang menginginkan Kebuddhaan lengkap sempurna seharusnya memilih keempat aspek dalam instruksi Lojong dan mempraktikkannya sesuai instruksi tersebut. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian melanjutkan penjelasan mengenai poin kedua dari 7 poin instruksi Lojong, yaitu mentransformasikan kesulitan menjadi unsur-unsur jalan:

  1. Bagaimana cara mentransformasikannya menjadi jalan dalam bentuk pikiran

Pada teks akar kalimat yang menjelaskan hal ini dituliskan sebagai: dengan segera, terapkan praktikmu pada apapun yang engkau alami. Oleh karena itu, dalam kejadian apapun, entah baik ataupun buruk, sebaiknya kita kombinasikan pengalaman tersebut dengan praktik “terima dan kasih”. Sebagai contoh, kapanpun kita tengah merasa senang, maka kita dianjurkan untuk berbagi dengan makhluk lain. Sementara itu, saat sedang menderita, kita berupaya untuk membayangkan bahwa kita tengah mengambil penderitaan makhluk lain. 

Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita untuk merenungkan kebiasaan kita sehari-hari ketika mengalami penderitaan. Sebagai contoh, saat kita sedang merasa senang dan bersantai untuk menikmati hari, apakah kita berpikir untuk membagikannya dengan makhluk lain? Dan sebaliknya, saat kita tengah menderita sakit, apakah langsung terlintas dalam benak kita untuk berpikir ingin mengambil penderitaan makhluk lain? Oleh karena praktik ini mungkin relatif sulit dilakukan oleh kebanyakan orang, Rinpoche mengajarkan kita untuk bertumpu pada instruksi guru-guru agar dapat melakukannya dengan baik.

  1. Bagaimana cara mentransformasikannya menjadi jalan dalam bentuk perbuatan

Bentuk praktik spiritual terunggul adalah yang mencakup 4 tindakan. Penjelasan mengenai bagian ini adalah sebagai berikut: 

  1. Menghimpun kebajikan. Saat benak kita muncul pikiran untuk menikmati sesuatu yang membahagiakan, maka kita perlu menyadari bahwa kebajikanlah yang menghasilkan kebahagiaan yang kita alami. Oleh karena itu, kita harus menghimpun kebajikan sebanyak-banyaknya yang sanggup kita himpun. Hal ini penting karena saat menghadapi kebahagiaan, tak jarang kita berpikir bahwa kebahagiaan yang dialami hanya dialami sampai saat itu saja. Akan tetapi, jika kita sudah melakukan latihan batin, ini bisa jadi pengingat dan pendorong bagi kita untuk mengumpulkan kebajikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kebahagiaan yang bisa dinikmati di masa mendatang.
  2. Menghentikan ketidakbajikan. Ketika kita berpikir alangkah senangnya kalau kita bisa terbebas dari bentuk kesulitan tertentu, kita seharusnya memikirkan bahwa kesulitan ini datang dari ketidakbajikan. Oleh karena itu, kita harus menghentikan ketidakbajikan agar tidak mengalami kesulitan di masa mendatang.
  3. Menyenangkan hati para makhluk yang mengganggu seperti roh/setan pengganggu. Jika ini merupakan kasus seorang makhluk pengganggu, maka kita seharusnya memberikannya torma dan mengatakan kepada mereka: “engkau menciptakan penghalang yang justru membangkitkan kebajikanku. Maka, berikanlah lebih banyak penghalang.” Jika kita belum sanggup menerimanya, maka kita dapat memberitahu mereka bahwa demi menolong diri mereka, kita berupaya untuk melatih welas asih. Oleh karena itu, kita meminta mereka untuk berhenti mengganggu praktik Dharma kita.
  4. Memberi persembahan kepada para pelindung Dharma. Dalam aspek ini, kita mempersembahkan hadiah dan torma kepada pelindung superior dan melakukan manifestasi alam-alam bajik. Kita memohon kepada mereka untuk membantu kita memberi kondisi menguntungkan dan menghindarkan kita dari penghalang.

Minggu, 19 Februari 2023

Pada sesi pengajaran Dharma di hari kedua, Guru Dagpo Rinpoche kembali membuka sesi dengan mengingatkan kita akan kutipan dari Arya Chandragomin mengenai kelahiran manusia yang berharga. Kelahiran sebagai manusia yang kita miliki saat ini memungkinkan kita untuk mengakhiri penderitaan samudra kelahiran yang merupakan salah satu bentuk penderitaan di antara keempat penderitaan, yaitu lahir, tua, sakit, dan mati. Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa kita bahkan bisa menggunakan kesempatan ini untuk menanam benih batin pencerahan yang terunggul di antara ketiga jenis batin pencerahan, yaitu Kebuddhaan lengkap sempurna. 

Lebih lanjut, walaupun kita mampu mengatasi penderitaan akibat kelahiran, kita masih harus mengalami penderitaan akibat usia tua, sakit, dan mati. Lebih dari itu, Buddha yang sudah mendapatkan tubuh Vajra sekalipun tetap menunjukkan bahwa Beliau mengalami proses kematian. Buddha menunjukkan hal tersebut agar kita dapat menarik pelajaran bahwa kita pasti mengalami kondisi ketidakkekalan. Mempelajari Buddhadharma tidak serta-merta membuat kita lepas dari kondisi tersebut. Perbedaannya adalah kita tidak akan mengalami penderitaan lagi karena kita sudah memiliki sikap batin yang tepat. 

Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan bahwa kita bisa mencapai kondisi kebahagiaan tersebut dengan membangkitkan batin pencerahan atau bodhicitta yang spontan. Dengan kelahiran ini, kita bisa mencapai Kebuddhaan demi semua makhluk melalui upaya mengatasi sikap yang mencengkeram “aku” atau eksistensi yang berdiri sendiri. Kita bisa melemahkan sikap mementingkan diri sendiri dengan bertumpu pada sebuah metode, yakni instruksi Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Ketiga Jenis Praktisi (Lamrim) secara umum dan instruksi praktik Lojong secara khusus. Guru Dagpo Rinpoche juga mengajak kita untuk membangkitkan motivasi yang tepat dan bajik agar kualitas praktik kita baik. Kita juga diajak untuk kembali merenungkan semua kondisi internal dan eksternal yang sudah berkumpul hingga kita kini bisa mendengarkan pengajaran Dharma.

Setelahnya, Guru Dagpo Rinpoche lanjut memberikan transmisi dan penjelasan poin keempat dalam instruksi Lojong. Poin keempat ini berisi ringkasan tentang apa yang harus dipraktikkan seumur hidup. 

  • Mempraktikkan 5 kekuatan semasa hidup

Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa dikarenakan latihan batin adalah esensi semua praktik Dharma, maka semua praktik tersebut harus dilakukan dengan 5 kekuatan. 

  1. Kekuatan niat: memastikan bahwa kita tidak memelihara sikap mementingkan diri sendiri. Secara khusus, selama 24 jam ke depan, kita akan berlatih dalam batin pencerahan.
  2. Kekuatan pembiasaan/familiarisasi (gom dalam bahasa Tibet): berupaya membiasakan diri dengan batin pencerahan sesuai kekuatan niat/intensi. Guru Dagpo Rinpoche mengklarifikasi bahwa meskipun ada kata gom yang berarti meditasi, kata gom yang berarti “pembiasaan” menggunakan huruf yang berbeda. Kata gom dalam poin ini lebih merujuk pada kondisi batin yang terbiasa. 
  3. Kekuatan benih putih: berupaya membangkitkan batin pencerahan yang belum dibangkitkan dan meningkatkan batin pencerahan yang telah dibangkitkan.
  4. Kekuatan melawan/berlawanan: melawan sikap mementingkan diri sendiri dengan menganggapnya sebagai musuh. Untuk itu, pertama-tama kita perlu menyadari kemunculan sikap tersebut dalam batin. Kalau kita tidak bisa mengenalinya, kita tidak bisa menganggapnya sebagai musuh.
  5. Kekuatan doa: berdoa agar kita dapat cepat merealisasikan bodhicitta.
  • Mempraktikkan 5 kekuatan saat berada di ranjang kematian
    1. Kekuatan benih putih: ketika waktu kematian sudah dekat dan jika kita mengetahuinya, gunakan harta benda yang kita miliki untuk menghimpun kebajikan. Maksudnya, kita menggunakannya untuk memurnikan karma buruk sehingga di ranjang kematian kita tidak membangkitkan kemelekatan. Bagi kita yang sudah memiliki komitmen/samaya tapi sudah merosot, kita perlu memperbaruinya kembali supaya tidak ada perasaan menyesal atau bersalah. Selain itu, orang-orang yang sudah menerima abhiṣeka harus menerima abhiṣeka kembali menjelang kematian.
    2. Kekuatan doa: memanjatkan doa yang sangat kuat kepada Triratna agar saat kematian tiba, kita bisa mengatasi ketakutan yang muncul karena kematian dan memastikan kita mengembangkan pikiran-pikiran bajik yang unggul.
    3. Kekuatan niat: menjelang kematian dan masuk ke alam bardo, kita membangkitkan keyakinan sepenuhnya kepada Triratna dan mempertahankan cinta kasih dan welas asih kepada semua makhluk. 
    4. Kekuatan yang berlawanan/perlawanan: berupayalah melawan saat sikap mementingkan diri sendiri muncul.

Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa menjelang kematian, kita butuh menyingkirkan semua bentuk harapan atau ketakutan akan apapun dan membiasakan diri sedemikian rupa dengan keyakinan dan batin pencerahan. Selain itu, posisi tubuh yang tepat juga harus diperhatikan. Menjelang kematian, posisi kita seharusnya berbaring di sisi kanan, menghadap ke utara. Ketika berbaring, tangan kanan diletakkan di pipi kanan seperti posisi Buddha saat parinirwana. Posisi ini bisa kita lihat pada rupang Buddha di Thailand atau di Kusinara di India.

Setelahnya, Guru Dagpo Rinpoche kembali melanjutkan transmisi poin kelima mengenai tolok ukur menentukan penguasaan kita terhadap praktik latihan batin, antara lain:

  1. Seluruh Dharma didasari oleh 1 pikiran pokok. 

Karena tujuan utama dari semua ajaran baik kendaraan kecil maupun agung adalah menolak sikap mementingkan diri sendiri, maka jika kita melakukan apapun dengan sikap yang berlawanan dengan sikap mementingkan diri, ini adalah tanda bahwa batin kita telah terlatih. Sebaliknya, apabila sikap kita tidak berlawanan dengan sikap mementingkan diri, maka artinya praktik kita tidak murni.

  1. Pusatkan perhatian pada yang lebih penting di antara kedua saksi. 

Di antara para saksi sebuah praktik Dharma, yakni antara diri kita dan makhluk lain, kita seharusnya menganggap diri kita sebagai saksi utama. Jika kita melihat bahwa diri kita bebas dari kesalahan, artinya batin kita terlatih.

  1. Selalu pertahankan batin yang bahagia. 

Apapun kondisi yang terjadi, entah itu baik atau buruk, kita semestinya mematahkan rantai harapan baik maupun ketakutan akan hal buruk dan berupaya mempertahankan batin yang berbahagia/bersukacita.

  1. Penaklukkan batin yang mementingkan diri sendiri

Penerapan penawar terhadap sikap mementingkan diri sendiri, yaitu sikap mementingkan makhluk lain, dengan melepaskan atau menolak yang seharusnya ditolak, yakni sikap mementingkan diri sendiri. Prinsip yang sama juga diterapkan pada elemen-elemen lain yang harus ditanggalkan berikut penawarnya.

  1. Dapat berlatih bahkan saat perhatian teralihkan

Guru Dagpo Rinpoche memberikan perumpamaan bahwa layaknya seorang penunggang kuda yang mahir yang tidak terjatuh meski perhatian teralihkan, demikian juga praktisi ahli tidak akan kehilangan praktiknya meskipun batin teralihkan.

  1. Lima keagungan:  
    1. Menjadikan batin pencerahan sebagai praktik utama merupakan pertanda Bodhisatwa agung.
    2. Yang benar-benar menghindari bahkan kesalahan/pelanggaran terkecil sekalipun merupakan pemegang Vinaya teragung.
    3. Tabah menghadapi kesulitan ketika melawan faktor-faktor negatif merupakan pertanda pertapa yang agung.
    4. Tidak pernah memisahkan tindakan-tindakan ketiga pintu (tubuh, ucapan, batin) dari 10 aktivitas Dharma merupakan pertanda praktisi kebajikan agung.
    5. Membiasakan batin sedemikian rupa pada praktik yoga memadukan sunyata dan welas asih merupakan pertanda yogi agung.

Guru Dagpo Rinpoche kemudian mentransmisikan poin keenam mengenai sila-sila dalam praktik Lojong. Di kesempatan ini, Beliau menjelaskan 12 dari total 16 sila.

  1. Selalu latih dirimu dalam 3 prinsip umum, yakni: 
    1. Tidak membiarkan latihan batin bertentangan dengan sila lain (sila Pratimoksha, Bodhisatwa, atau Tantra) dan tidak mengabaikan sila sekecil apapun dengan mengklaim diri sebagai praktisi latihan batin.
    2. Tidak menggunakan latihan batin sebagai alasan untuk bertindak sembrono atau ceroboh dengan penuh kebanggaan. Sebagai contoh, kita tidak menebang pohon yang dihuni makhluk lain seperti naga semata-mata hanya untuk memperlihatkan bahwa saat ini kita tidak mementingkan diri sendiri.
    3. Tidak bersikap parsial/berat sebelah dalam melatih batin. Sebagai contoh, jangan sampai kita berupaya sabar dengan makhluk hidup, tapi tidak sabar dengan benda mati. Contoh lainnya adalah untuk menghindari hanya bersikap sabar dengan sahabat sendiri, tapi tidak dengan para musuh. 
  2. Ubah aspirasi-aspirasimu, tetapi tetaplah bersikap wajar. Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa jika dalam batin sudah ada perubahan terkait kecenderungan mementingkan diri sendiri menjadi niat untuk mementingkan makhluk lain, kita harus tetap mempertahankan sikap fisik maupun ucapan sebagaimana adanya. Intinya, Rinpoche berpesan bahwa jika kita telah memiliki kualitas bajik, jangan mempertunjukkannya kepada orang lain dan tetaplah bersikap wajar.
  3. Jangan menyebutkan kekurangan-kekurangan orang lain. Kita tidak boleh menyebutkan kekurangan orang lain, entah itu kekurangan fisik seperti kebutaan, tidak ada kaki/tangan, atau kekurangan Dharma (misal: tidak menjaga sila dengan baik). Jangan pernah membicarakan kesalahan orang lain walau nyawa taruhannya. Rinpoche menyampaikan bahwa sebagian besar kesalahan kita adalah kita tidak hanya memperhatikan, tetapi juga mengungkapkan kesalahan orang lain.
  4. Jangan pernah berpikiran buruk tentang orang lain. Artinya, yang tidak pantas bukan hanya membicarakan kesalahan orang lain, tapi juga memikirkannya. Saat kita berpikiran negatif, kita sebaiknya berpikir bahwa kesalahan orang lain tersebut muncul karena adanya kesalahan terletak pada persepsi kita sendiri yang tidak murni. Hal ini karena kita tahu bahwa semua yang muncul dalam batin kita ditentukan oleh karma. Kalau pun kita melihat ada kesalahan pada orang lain, maka ini pertanda bahwa ada kesalahan dalam diri kita sendiri yang menghasilkan penampakan adanya kesalahan pada diri makhluk lain.
  5. Berjuanglah untuk menghilangkan klesha terburukmu. Setelah kita mengidentifikasi klesha yang kita miliki, kita harus menentukan klesha yang paling kuat dan berupaya mengatasinya terlebih dahulu. Saat menentukan objek meditasi, kita menentukan dulu dalam batin, klesha yang paling kuat dan penawarnya dalam bentuk objek yang dibutuhkan. Setelah dimeditasikan, klesha barulah akan berkurang dan kita barulah bisa menerapkan meditasi shamatha dan mempertahankan objek. Kalau ada klesha kuat yang tidak diatasi dan kita mau memeditasikan shamatha, maka yang akan muncul malahan adalah klesha.
  6. Buang semua harapan akan pamrih. Apapun kebajikan yang sudah dicapai, kita seharusnya membuang harapan akan hasil yang berkaitan dengan sikap mementingkan diri sendiri seperti kehormatan, harta kekayaan, dan reputasi.
  7. Hindari makanan beracun. Sama halnya ketika menyantap makanan yang dicampur racun adalah mematikan, begitu pula praktik Dharma yang digabungkan dengan racun berupa faktor mental negatif. Oleh karena ini sulit dipraktikkan praktisi pemula, maka Rinpoche berpesan bahwa yang terpenting adalah menghindari praktik Dharma yang dicemari oleh 8 angin duniawi.
  8. Jangan bersikap kukuh (dengan klesha). Dalam hal ini, yang dimaksud adalah jangan menunjukkan kesetiaan pada penampakan luar sementara di dalamnya kita tengah memupuk niat buruk. Perumpamaan yang dijelaskan oleh Rinpoche adalah hal ini ibarat kucing yang saat menerkam mangsa akan duduk manis namun sudah siap menerkam dalam benak.
  9. Jangan terlibat dalam pertengkaran sengit. Artinya kita tidak seharusnya mencela atau mengkritisi orang lain. Sebagai contoh, kita harus menghindari melihat kesalahan orang lain lalu mengejeknya. 
  10. Jangan menunggu di jalan belakang. Kita harus menghindari sikap layaknya orang yang menunggu di semak-semak atau di lorong/jalan gelap untuk menyergap. Artinya, kita seharusnya tidak menunggu kesempatan untuk membalas dendam selayaknya contoh ini.
  11. Jangan menyerang suatu hal yang rentan. Artinya, kita tidak seharusnya bertindak kejam kepada orang lain dengan cara merendahkan atau menyerang titik rentannya.
  12. Jangan meletakkan muatan seekor dzo di atas seekor lembu, artinya tidaklah tepat untuk meletakkan beban berat seekor dzo (binatang hibrida yak dan sapi yang hidup di Tibet) yang lebih berat dibanding lembu di atas seekor lembu. Hal ini karena lembu akan keberatan. Sama halnya, kita juga tidak boleh meletakkan beban yang lebih berat kepada orang lain.

Di penghujung sesi, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa jika kita sudah mencermati hal yang sudah tercantum dalam instruksi ini dan merenungkan pikiran dan perilaku kita, barangkali ada rasa takut. Apalagi sikap dan perilaku kita yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan instruksi pada latihan ini. Pada saat seperti ini, kita seharusnya berdoa dan memanjatkan permohonan kepada Guru dan Triratna agar kita mampu melakukan praktik ini. Kapanpun kita mengalami kesulitan atau penderitaan apapun, Guru Dagpo Rinpoche menganjurkan kita untuk mencoba mengarah kepada instruksi ini. Jika kita sanggup melakukannya, batin kita yang tadinya begitu kasar akan menjadi lebih lembut dan sesuai dengan instruksi pada praktik latihan batin. Kita dapat melakukannya dengan pertama-tama membacanya agar kita mendapat pemahaman akan  ini. 

Terakhir, Guru Dagpo Rinpoche mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang telah memungkinkan terselenggaranya pengajaran Dharma ini dan mendoakan semuanya agar bisa mendapatkan kebajikan dari sesi ini. Rinpoche juga mengajak kita untuk bersama-sama mendedikasikan kebajikan yang diperoleh dari mengikuti sesi ini agar ajaran Buddha lestari, tersebar luas ke seluruh dunia, dan para guru serta pemangku Dharma berumur panjang. Semoga semua penyakit bisa teratasi. Semoga semua makhluk cepat merealisasikan Kebuddhaan lengkap sempurna.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *