Berita

Online Public Talk Guru Dagpo Rinpoche: Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin

Diliput oleh Kevin dan Shierlen Octavia

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 4-5 Februari 2023

Ketika kita melihat musuh kita sedang menderita, kita merasa bahagia. Namun, kita malah merasa iri atau bahkan sakit hati saat melihat mereka sukses. Apakah salah satu contoh tersebut pernah terlintas di pikiran kita? Jika iya, inilah yang disebut sebagai sikap mementingkan diri sendiri. Tentu saja sikap ini merupakan salah satu sumber dari penderitaan. Lalu, bagaimana cara mengatasi sikap ini dan mengubahnya menjadi sikap mementingkan makhluk lain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Guru Dagpo Rinpoche memberikan pengajaran Dharma umum bertajuk “Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin” karya Geshe Chekawa secara daring pada 4–5 Februari 2023 atas permohonan dari Institute Kadam Chöling di Belanda.

Sabtu, 4 Februari 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran hari pertama dengan sebuah nasihat bahwa kelahiran sebagai manusia ini jauh lebih berharga daripada permata pengabul harapan. Sayangnya, hal ini sangat sulit diperoleh dan mudah lenyap ibarat kilatan petir di angkasa. Sebagai contoh, saat kita tidur di malam hari, tidak ada jaminan bahwa kita pasti akan bangun keesokan harinya. Oleh karena itu, Guru Dagpo Rinpoche mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kita dapatkan saat ini. Dengan memanfaatkan kesempatan ini, kita bisa mencapai sebuah tujuan yang sangat mulia, yaitu mengatasi penderitaan dan meraih kebahagiaan sejati untuk diri kita sendiri dan semua makhluk.

Seperti yang kita ketahui, di dunia ini ada banyak sekali ajaran dan tradisi spiritual yang tersedia. Setiap ajaran tersebut tentu saja memiliki metodenya masing-masing. Namun, hanya Buddhadharma yang mampu mengajarkan kita cara meraih pembebasan sejati dari samsara. Saat ini, kita sudah mendapatkan kesempatan bertemu dengan Buddhadharma sehingga penting sekali bagi kita untuk menggunakan kesempatan ini dengan maksimal. Caranya adalah dengan tidak menunda niat kita saat ingin melakukan praktik Dharma.

Guru Dagpo Rinpoche menekankan pentingnya melakukan praktik Dharma sesegera mungkin melalui kutipan sebuah bait:

Sebelum hari besok untuk mempraktikkan Dharma tiba, bisa jadi kematian kita tiba duluan hari ini.

Gungtang Jampelyang

Melalui bait tersebut, Guru Dagpo Rinpoche kembali mengingatkan kita untuk selalu memeriksa batin kita setiap saat dan menghindari pemikiran untuk selalu menunda praktik Dharma. Melakukan praktik Dharma bukan berarti kita harus mengubah penampilan luar kita, tetapi mengubah cara berpikir kita. Dengan melihat kecenderungan berpikir kita sekarang, kita akan menyadari bahwa sebagian besar dari pemikiran kita hanya berfokus pada kehidupan ini saja. Sebagai contoh, dalam rentang waktu dari kita bangun di pagi hari hingga saat ini, jarang sekali kita memfokuskan pikiran kita untuk tujuan kehidupan mendatang.

Untuk mengatasi hal ini, kita perlu mengikuti suatu metode dan salah satu metode yang dibahas dalam pengajaran kali ini oleh Guru Dagpo Rinpoche adalah instruksi Latihan Batin (Lojong). Ada banyak sekali rujukan yang bisa digunakan untuk membahas instruksi ini. Pada kesempatan ini, Guru Dagpo Rinpoche merujuk pada karya yang digubah oleh Gen Lamrimpa. Beliau mengatakan bahwa kesempatan untuk mendengarkan ajaran ini bukanlah kebetulan semata. Menurut ingatan Beliau, saat kembali ke Tibet pada tahun 1987, Beliau bertemu dengan Gen Lamrimpa. Saat itu, Gen Lamrimpa sudah menjadi seorang Geshe dan mengatakan bahwa ada sebuah teks relatif singkat yang bisa diberikan kepada siswa-siswa di Belanda karena Beliau memiliki kenalan di sana. Ketika Guru Dagpo Rinpoche berkunjung ke Belanda, Beliau akhirnya memiliki kesempatan untuk memberikan transmisi dari teks tersebut kepada siswa-siswa yang dimaksud sesuai dengan rujukan Gen Lamrimpa. Melalui kesempatan tersebut, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa teks ini benar-benar memiliki koneksi dengan orang Belanda. Dengan demikian, Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan ulasan teks tersebut secara khusus hari ini kepada orang-orang di Belanda. 

Sebelum melanjutkan ajaran, Guru Dagpo Rinpoche kembali mengingatkan kita untuk membangkitkan motivasi yang bajik dan tepat. Jika kita mendengarkan ajaran yang cukup dalam dan luas dengan motivasi yang tidak bajik, kita tidak akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, kita harus membangkitkan tekad yang kuat di dalam arus batin kita untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Jika belum mampu, Guru Dagpo Rinpoche berpesan bahwa minimal kita bisa membangkitkan batin pencerahan secara spontan. Setelah itu, barulah kita bisa mulai mendengarkan ulasan dari teks yang akan disampaikan. Teks yang berjudul “Salju Sejuk yang Menyingkirkan Panas Menyakitkan dari Sikap Mementingkan Diri Sendiri” ini berkaitan secara khusus dengan sebuah pusat Dharma di Belanda. Versi lengkap dari teks ini bisa dibaca dalam buku Pembebasan di Tangan Kita Jilid 3: Tujuan Agung pada lampiran H, “Teks Akar Ajaran Mahayana yang Berjudul: Tujuh Poin Instruksi Latihan Batin.”

Setelahnya, Guru Dagpo Rinpoche memberikan transmisi tiga bait pertama dari teks ini. Secara umum, bait-bait tersebut menyatakan bahwa teks ini adalah esensi dari 84.000 ajaran Buddhadharma yang berguna untuk mengatasi klesha. Walaupun kita belum memiliki keberuntungan untuk mempraktikkannya, hanya mendengarkan kata-katanya saja sudah mampu memberikan manfaat dan mengubah batin kita. Oleh karena itu, teks ini diberikan dalam bentuk ringkas. Makna dari instruksi ini dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

Pendahuluan

  1. Membangkitkan penghormatan

Berdasarkan baris. “Saya bernamaskara kepada welas asih agung,” ada dua kesimpulan yang bisa ditarik. Pertama, welas asih agung ini merujuk kepada Istadewata, yaitu kumpulan welas asih agung dari semua Buddha. Kedua, namaskara ini merujuk pada penghormatan yang benar-benar ditujukan untuk kualitas dari welas asih itu sendiri. Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa welas asih agung merupakan kualitas yang unggul dan akar dari batin pencerahan.

  1. Silsilah transmisi

Instruksi ini merupakan amerta abadi yang ditransmisikan oleh Buddha secara umum dan Guru Suwarnadwipa Dharmakirti (Lama Serlingpa) secara khusus. Dijelaskan bahwa esensi dari instruksi ini adalah mencapai tingkatan Kebuddhaan tanpa melalui kondisi kematian. Hal ini sesuai dengan pengertian dari kata amerta dalam bahasa Sansekerta, yaitu merta (kematian) dan a (negasi) sehingga amerta berarti tanpa kematian. 

  1. Keagungan ajaran

Ajaran atau instruksi ini bisa diibaratkan seperti intan berlian, mentari, dan pohon obat mujarab. Jika pecah, nilai dari satu pecahan atau fragmen intan berlian masih melebihi nilai dari perhiasan-perhiasan lainnya. Sama halnya dengan instruksi ini, mempraktikkan satu bagian dari instruksi ini saja mampu membawa manfaat yang sangat besar untuk mengakhiri siklus samsara. Hal ini juga sejalan dengan perumpamaan satu berkas sinar matahari yang mampu menerangi kegelapan atau satu lembar daun dari pohon obat mujarab yang bisa menyembuhkan penyakit.

  1. Tujuan memberikan instruksi

Tujuan dari instruksi ini adalah untuk mengubah lima faktor kemerosotan menjadi sebab-sebab pencerahan, yaitu kemerosotan waktu (munculnya peperangan atau konflik), pandangan (pandangan keliru lebih dipercaya ketimbang pandangan benar), jangka hidup (waktu hidup manusia yang semakin pendek), klesha (faktor mental pengganggu yang semakin kuat), dan makhluk hidup (batinnya semakin sulit untuk dijinakkan). Jika hal-hal tersebut tidak diatasi, akan sangat sulit bagi kita untuk melaksanakan praktik Dharma. Namun, jika kita berhasil mengubah semua faktor kemerosotan tersebut, maka praktik Dharma akan menjadi semakin efektif.

Praktik Sebenarnya

  1. Pendahuluan

Pertama, kita harus mulai melatih diri kita melalui ajaran pendahuluan karena tahapan jalan yang dijalankan bersama makhluk motivasi kecil dan menengah wajib dilakukan sebelum kita masuk pada tahapan jalan yang dijalankan bersama makhluk motivasi agung. Hal ini berguna agar kita bisa mendapatkan pengalaman meditasi yang solid terkait motivasi awal dan menengah. Kita bisa merenungkan bahwa saat ini kita sudah terlahir sebagai manusia dan tentu saja kesempatan ini sangat sulit untuk diperoleh dan mengandung nilai yang sangat berharga karena kita tidak tahu kapan kehidupan manusia ini akan berakhir. Jika kematian menghampiri kita duluan tanpa sempat untuk mempraktikkan Dharma, kita akan berisiko untuk terjatuh ke alam rendah. Apabila ini terjadi, akan sangat sulit bagi kita untuk bertemu dengan Buddhadharma dan naik ke tingkatan alam yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan metode khusus agar kita bisa terbebas dari samsara secara umum dan alam rendah secara khusus. 

Untuk berlatih pada metode ini, kita harus melakukan perenungan yang sifatnya meditatif. Pertama, kita merenungkan tentang ketidakkekalan bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa lolos dari kematian. Setelah kematian, kita akan meninggalkan tubuh jasmani kita sedangkan arus kesinambungan batin kita akan terus berlanjut dan mengarah ke alam yang lebih tinggi atau lebih rendah. Saat itu, kita tidak punya kapabilitas untuk menentukan ke alam mana kita akan terlahir setelahnya karena hal tersebut ditentukan oleh karma kita, yaitu karma hitam dan putih. Semasa hidup, sebagian besar karma yang kita himpun merupakan karma hitam dan hal ini juga diperkuat oleh klesha kemarahan yang menyebabkan segala kebajikan yang telah kita himpun menjadi musnah. Akibatnya, kita akan terjatuh ke alam rendah. 

Guru Dagpo Rinpoche memberikan contoh salah satu alam neraka dengan periode hidup paling singkat, yaitu Neraka Pembangkitan Kembali yang berdurasi 1 masa hidup alam manusia pangkat 10 pangkat 620. Saat terlahir di alam neraka ini, batin makhluk tersebut benar-benar diliputi oleh kemarahan, iri hati, dan kecemburuan. Ucapan makhluk tersebut juga penuh dengan kata kasar atau caci maki. Oleh karena itu, mereka akan terus menghimpun karma buruk sehingga melalui kekuatan karma tersebut, para makhluk ini akan memperoleh senjata di tangannya dan saling menusuk atau menebas satu sama lainnya. Setelah mati, mereka akan bangkit kembali dan siklusnya akan terus berulang. Oleh karena periode hidup yang begitu lama di alam ini, saat mereka terlahir kembali sebagai manusia, ajaran Buddha sudah tidak ada di dunia sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk menghimpun kebajikan yang menyebabkan mereka terjatuh kembali ke alam rendah. 

  1. Praktik sesungguhnya

Melalui instruksi Latihan Batin (Lojong), kita merenungkan bahwa semua makhluk di samsara yang jumlahnya tak terbatas ini adalah ibu-ibu kita. Kemudian, kita merenungkan kebaikan hati mereka serta membayangkan bahwa saat ini mereka sedang menderita. Mereka juga tidak tahu bagaimana cara mengumpulkan kebajikan dan menghindari penderitaan. Sebagai contoh, apabila terlahir di alam binatang, mereka akan mengumpulkan karma buruk terus-menerus. Mereka tidak berpikir bahwa memangsa binatang lain merupakan karma buruk karena itu sifat alami mereka. Dengan demikian, mereka terus terjebak dalam kondisi tersebut dan tidak berpikir untuk bebas dari kondisi itu. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa mereka mampu memperoleh kebahagiaan yang mereka inginkan dan mengatasi penderitaan dengan cara mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna sesegera mungkin.

Setelah memaparkan mengenai penjelasan terhadap poin-poin di atas, Guru Dagpo Rinpoche juga menyebutkan mengenai poin-poin lainnya dalam praktik ini yang penting untuk dilakukan.*

  1. Mengubah kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan menjadi unsur dari Sang Jalan
  2. Praktik seumur hidup
  3. Tolak ukur
  4. Ikrar-ikrar yang harus dijaga
  5. Sila-sila yang harus ditaati

Praktik Penutup

*(Oleh karena keterbatasan waktu, penjelasan Guru Dagpo Rinpoche hanya sampai pada poin ‘Praktik Sesungguhnya’. Penjelasan lebih lanjut bisa dibaca melalui buku Pembebasan di Tangan Kita Jilid 3: Tujuan Agung pada bab ‘Hari Ketujuh Belas’ dan ‘Hari Kedelapan Belas’)

Minggu, 5 Februari 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran hari kedua dengan sebuah nasihat:

Andalkanlah perahu tubuh manusia ini. Seberangilah sungai derita nestapa. Tiada waktu untuk tidur, oh bodoh. Perahu seperti ini akan sangat sulit diperoleh kembali.

Arya Shantidewa

Guru Dagpo Rinpoche mengingatkan kita untuk memanfaatkan kelahiran sebagai manusia ini dengan sebaik-baiknya untuk menyeberangi lautan penderitaan samsara yang sedang kita alami ini. Di antara enam alam samsara, alam manusia merupakan alam dengan jumlah makhluk yang paling sedikit. Ini menunjukkan bahwa kelahiran sebagai manusia itu sangat langka sekali. Sebagai manusia, kita memiliki potensi yang sangat besar sekali untuk mempraktikkan Dharma karena kita sudah memiliki kondisi-kondisi pendukung yang luar biasa. Selain itu, kita juga memiliki kemampuan untuk mengubah tujuan yang sempit menjadi tujuan yang lebih luas dengan mencakup semua makhluk. Semua ini berkaitan dengan cara berpikir dan sikap batin kita. Agar kita tidak menyia-nyiakannya, kita harus mampu mengarahkan pikiran kita untuk tujuan kehidupan mendatang. Ini dilakukan agar kita bisa mempersembahkan kebahagiaan yang sejati untuk ibu-ibu kita.

Sebelum melanjutkan topik, Guru Dagpo Rinpoche kembali mengingatkan kita untuk membangkitkan motivasi yang tepat saat akan mendengarkan ajaran. Jika batin kita tidak suci saat mendengarkan ajaran Dharma yang luas dan mendalam, hal ini akan menjadi tidak selaras. Oleh karena itu, kita harus membangkitkan motivasi demi diri sendiri dan semua makhluk untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Sebelum mencapai tingkat Kebuddhaan, kita tidak akan mampu untuk memberikan kebahagiaan sejati bagi semua makhluk. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian melanjutkan pembahasan teks yang sudah dijelaskan pada hari pertama. Terkait praktik sesungguhnya, ada dua bagian utama, yaitu melatih diri pada kedua bentuk bodhicitta—bodhicitta konvensional dan bodhicitta tertinggi.

Melatih diri pada bodhicitta konvensional

Mempertahankan praktik yang dilakukan saat meditasi

  1. Merenungkan kerugian mementingkan diri sendiri

Berdasarkan kutipan dari Lakon Hidup Sang Penerang (Bodhisatwa-caryawatara), disebutkan bahwa semua penderitaan yang ada di dunia ini disebabkan oleh sikap mementingkan diri sendiri. Hal ini juga diperkuat oleh ulasan dari Lama Serlingpa bahwa sikap mementingkan diri sendiri adalah akar penyebab dari karma buruk yang harus disingkirkan. Oleh karena itu, kita harus bisa merenungkan kerugian-kerugian mementingkan diri sendiri dari segala sudut pandang.

  1. Merenungkan manfaat mementingkan orang lain

Masih mengambil kutipan dari Lakon Hidup Sang Penerang, bahwasanya semua kebahagiaan yang ada di dunia ini disebabkan oleh sikap mementingkan makhluk lain. Makhluk lain di sini merujuk pada musuh maupun sahabat kita. Ini juga sesuai dengan ulasan dari Lama Serlingpa, yaitu karena semua makhluk adalah sumber dari pencerahan, maka semua makhluk harus bisa diterima secara keseluruhan. Jalan untuk merampungkan batin pencerahan adalah dengan mengandalkan semua makhluk yang ada di samsara. Oleh karena itu, kita harus bisa menganggap semua makhluk penting seolah mereka adalah jantung hati kita sendiri. Selain itu, kita juga harus memperjelas perbedaan antara diri sendiri dan makhluk lain. Diri sendiri merujuk pada diri kita sendiri sedangkan makhluk lain merujuk pada semua makhluk kecuali diri sendiri. 

  1. Menukar diri dengan makhluk lain
  • Praktik memberi dan menerima atau terima-kasih (Tonglen)

Melalui praktik ini, kita bermaksud memberikan kebahagiaan atau karma bajik kita kepada semua makhluk dan mengambil penderitaan atau karma buruk makhluk lain untuk diri kita sendiri. Terkait praktik terima, kita merenungkan bahwa kita mengambil penderitaan makhluk lain seolah kita sedang mengupas penderitaan mereka dengan pisau yang tajam. Makhluk yang kita renungkan adalah semua makhluk dari alam Neraka Siksaan Tanpa Henti hingga Bodhisatwa tahap terakhir beserta semua penghalangnya yang halus dan kasar. Terkait praktik kasih, kita merenungkan bahwa kita mempersembahkan semua kebajikan dan kepemilikan kita menjadi apapun yang diinginkan oleh semua makhluk. Melalui praktik ini, kita akan mencapai realisasi dari tahapan jalan dengan cepat. Versi lengkap dari praktik ini bisa dibaca melalui teks Latihan Batin Laksana Sinar Mentari. Tidak ada metode yang lebih baik ketimbang praktik terima kasih dalam mengumpulkan kebajikan dan mempurifikasi penghalang. Walaupun kita belum bisa melakukan praktik ini dari lubuk hati kita yang terdalam, cukup lakukan praktik ini melalui pikiran atau visualisasi saja.

  • Urutan praktik terima- kasih

Praktik harus dimulai dari mengambil penderitaan diri kita sendiri di masa sekarang hingga penderitaan yang akan kita alami di masa mendatang, seperti usia tua, sakit, dan mati. Setelah itu, baru kita mengambil penderitaan dari makhluk lain. 

  • Cara mengaitkan praktik dengan pernapasan

Praktik ini akan lebih mudah dilakukan apabila visualisasinya dikaitkan dengan keluar masuk napas. Saat mengembuskan napas, kita membayangkan bahwa kita sedang memberikan kebahagiaan kepada makhluk lain. Saat menarik napas, kita membayangkan bahwa kita sedang mengambil penderitaan makhluk lain.

Praktik di antara sesi meditasi

  1. Cara menstranformasi klesha menjadi akar kebajikan

Kita merenungkan bahwa kondisi menyedihkan yang kita alami sekarang sama persis dengan yang dialami oleh semua makhluk di dunia ini karena kita sama-sama memiliki tiga jenis klesha (kemarahan, kebodohan, dan kemelekatan). Dengan demikian, kita membayangkan bahwa kita mengambil semua klesha tersebut dari makhluk lain dan mempersembahkan tiga akar kebajikan (tanpa kemarahan, tanpa kebodohan, dan tanpa kemelekatan) kepada mereka.

  1. Cara mengaplikasikan ingatan dan kewaspadaan

Ada sebuah kalimat yang bisa kita lafalkan secara lantang dalam semua aktivitas kita: “Semoga semua karma burukku dan semua makhluk matang pada diriku dan semua karma baikku matang pada makhluk lain”. 

Melatih diri pada bodhicitta tertinggi

  1. Tingkatan meditasi penyerapan

Setelah kita mahir dalam metode melatih diri pada tingkatan konvensional, kita baru bisa mulai melatih diri pada batin pencerahan tingkat tertinggi. Objek dari latihan ini adalah segala eksistensi yang tidak berdiri sendiri. Kita harus memandang semua entitas tersebut bagaikan objek dalam mimpi dan memusatkan perhatian terhadapnya. Selain itu, kita harus menganalisis bahwa subjek internal dan penawar juga tidak memiliki eksistensi yang berdiri sendiri. Dengan demikian, kita menempatkan batin kita pada esensi dari sang Jalan yang mencakup semua dan memusatkan batin kita pada konsentrasi satu titik, yaitu sunyata.

  1. Periode di antara sesi meditasi

Kita merenungkan bahwa semua makhluk dan fenomena adalah ilusi dan mencerap bahwa segala sesuatu tidak memiliki eksistensi yang berdiri sendiri.

Terakhir, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa ketika menjelaskan tentang instruksi Latihan Batin (Lojong), ada dua hal yang bisa diberikan, yaitu:

  1. Teks akar dari praktik Lojong; penjelasan dari teks ini cukup ringkas dan jelas. 
  2. Teks yang diulas oleh Lama Serlingpa; teks ini relatif sukar dipahami, tapi sangat baik untuk dipraktikkan.

Sebagai penutup di penghujung sesi, Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita bersama-sama untuk melimpahkan jasa kebajikan kita melalui dedikasi. Semoga ajaran Buddha berkembang luas ke seluruh penjuru dan bertahan selamanya. Semoga guru-guru besar dan para pemangku Dharma berumur panjang. Semoga pandemi, wabah penyakit, dan peperangan bisa segera berakhir. Semoga arus kesinambungan batin di dalam semua makhluk mampu merealisasikan ajaran Buddhadharma.

Apabila ada kesalahan penulisan liputan dan nasihat dari Guru Dagpo Rinpoche, hal ini semata-mata kesalahan penulis dalam merangkum dan bukan berasal dari Guru yang membabarkan ajaran.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *