Berita

Instruksi Menyamakan dan Menukar Diri dengan Makhluk Lain

Diliput oleh Kevin

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 21-22 Januari 2023

Di awal tahun 2023 ini, Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma dengan melanjutkan transmisi dan penjelasan Lamrim Jalan Cepat (Nyurlam) karya Y.M.S Panchen Lama Losang Yeshe (Panchen Lama II). Kali ini, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan pembahasan mengenai topik Instruksi Tujuh Tahap Sebab dan Akibat dari sesi sebelumnya hingga topik Instruksi Menyamakan dan Menukar Diri dengan Makhluk Lain.

Sabtu, 21 Januari 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran dengan kutipan:

“Ketika kita sudah memiliki kondisi kebebasan dan keberuntungan, terpenuhi oleh semua kondisi-kondisi yang baik dan menguntungkan, kalau kita tidak bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, maka ketika terjatuh ke alam rendah, kita akan berada dalam kondisi di bawah kekuasaan makhluk lain.”

Arya Chandrakirti

Saat ini, kita telah memiliki kemuliaan terlahir sebagai manusia dan terhindar dari kejatuhan ke alam rendah. Kalau sampai kita terjatuh ke alam rendah, berarti kebebasan kita sudah direnggut. Ini adalah nasihat yang penting untuk direnungkan. Guru Dagpo Rinpoche juga mengingatkan kita bahwa jika kita merasa biasa-biasa saja dengan sesi ajaran ini yang rutin setiap bulan, hal ini tidak akan membawa manfaat yang begitu berarti. 

Kita perlu mengingat bahwa alam rendah itu nyata. Kita tahu bahwa ada enam jenis alam samsara dengan jumlah makhluk yang tak terhingga banyaknya. Tidak semua alam tersebut bisa dilihat secara kasatmata. Guru Dagpo Rinpoche memberikan contoh alam rendah yang bisa kita lihat langsung, yaitu alam binatang. Walaupun begitu, tetap ada binatang yang tidak bisa terlihat secara langsung seperti binatang yang terlahir di samudra atau di dalam tanah dan jumlahnya juga sangat banyak sekali, bahkan melebihi jumlah manusia di bumi. Akan tetapi, berapa jumlah manusia yang terlahir dan bertemu dengan Dharma? Kondisi kita saat ini adalah hasil dari kebajikan kita di masa lampau. Dulu, Guru Je Rinpoche pernah berdoa agar ajaran bertahan selama-lamanya. Berkat doa tersebut, saat ini kita bisa menikmati ajaran tersebut. Ini menunjukkan betapa besar kebajikan yang kita miliki.

Semua makhluk memiliki keinginan yang sama, yaitu sama-sama ingin meraih kebahagiaan dan tidak ingin merasakan penderitaan. Tentu saja kita memerlukan metode khusus untuk mencapai keinginan tersebut dan satu-satunya metode tersebut adalah melalui Buddhadharma. Semua metode dari tradisi lain juga bertujuan untuk meraih kebahagiaan. Buddhadharma menjadi lain dari yang lain karena bertujuan untuk mengatasi penderitaan hingga tuntas dan meraih kebahagiaan tertinggi yang tidak akan merosot lagi. Kedua usaha ini dilakukan bukan untuk diri sendiri juga, tapi juga mencakup semua makhluk. Hal ini merujuk pada Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Oleh karena itu, secara realistis, ajaran Buddhadharma adalah metode yang terunggul. 

Selain itu, kita juga harus bisa mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mendukung munculnya kebahagiaan dan penderitaan. Sebab dari penderitaan adalah karma dan klesha. Dari kedua sebab tersebut, klesha adalah yang sebab yang utama. Ketidaktahuan yang menganggap adanya eksistensi yang berdiri sendiri adalah klesha utama (klesha akar) dari semua jenis klesha yang kita miliki. Cara untuk mengatasi klesha akar ini hanya bisa ditemukan dalam Buddhadharma. 

Klesha ketidaktahuan menyebabkan kita tidak bisa memahami segala sesuatu sebagaimana adanya sehingga klesha ini harus disingkirkan dari batin kita. Selama ini, pemahaman kita tercemar oleh klesha ketidaktahuan tersebut. Implikasinya, kita menganggap bahwa segala sesuatu berdiri sendiri dan tidak bisa melihat realitas sebagaimana adanya. Kita seharusnya melihat bahwa segala eksistensi dan fenomena saling bergantung dan tidak berdiri sendiri. Mereka hanya bergantung pada penamaan dan inilah yang disebut sebagai kesalingbergantungan. Hal ini bisa dipahami melalui penalaran logika dan berlaku untuk semua fenomena. Pada akhirnya, metode inilah yang mampu mengatasi semua jenis penderitaan. 

Kemudian, Guru Dagpo Rinpoche kembali merujuk pada nasihat dari Arya Chandrakirti sebelumnya tentang kebebasan. Kebebasan ini merupakan kesempatan terbaik yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengatasi penderitaan diri sendiri dan semua makhluk. Penderitaan yang harus diatasi adalah penderitaan terjatuh ke alam rendah dan terlahir berulang-ulang di samsara. Oleh karena itu, tujuan akhir dari kehidupan kita adalah untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, sebuah kondisi di mana kita bebas dari penderitaan tersebut sekaligus membebaskan makhluk lain juga. 

Jika belum mampu mencapai tingkatan Kebuddhaan, kita setidaknya harus mencapai Marga Penglihatan dari Jalan Mahayana. Jika masih belum mampu juga, kita harus bisa membangkitkan batin pencerahan secara spontan. Atau setidaknya, dalam kehidupan ini juga, minimal kita harus mencapai satu realisasi Lamrim. Dengan mencapai satu realisasi ini, minimal kita akan terbebas dari kejatuhan ke alam rendah. Nasihat ini sangat penting untuk diingat dan dipraktikkan. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian menjelaskan bahwa ajaran Buddha sudah disampaikan oleh Buddha sendiri kepada banyak alam di dunia. Secara khusus di dunia kita, Buddha sudah mengajarkan Dharma selama 45 tahun. Ajaran Buddha yang utama adalah Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan. Ulasan utama dari Sutra ini adalah Sutra Ornamen Realisasi (Abhisamayalankara). Ulasan dari Sutra Ornamen Realisasi ini juga diberikan oleh guru-guru lain. Ulasan dari Guru Atisha terhadap Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan dikenal sebagai Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Ketiga Jenis Praktisi (Lamrim). Topik pengajaran yang akan diberikan hari ini adalah salah satu ulasan Lamrim.

Sebelum melanjutkan pembahasan, Guru Dagpo Rinpoche mengingatkan kita untuk membangkitkan motivasi yang tepat. Motivasi yang tepat adalah demi diri sendiri dan semua makhluk, kita bertekad untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Setelah mendengarkan ajaran Lamrim ini, kita juga bertekad untuk mempraktikkannya. 

Terkait lanjutan topik dari sesi pengajaran sebelumnya mengenai Instruksi Tujuh Tahap Sebab dan Akibat, Guru Dagpo Rinpoche membahas dua poin terakhir, yaitu cara memeditasikan tekad yang terunggul dan membangkitkan bodhicitta. Untuk memeditasikan tekad yang terunggul, kita harus merenungkan bahwa semua makhluk tersiksa dan tidak memiliki kebahagiaan. Kita bertekad untuk membebaskan mereka dari penderitaan dan sebab-sebab penderitaan. Kita harus menolong mereka untuk memperoleh kebahagiaan dan sebab-sebab kebahagiaan. Kita harus membantu semua makhluk yang merupakan ibu-ibu kita untuk mencapai tingkatan Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Untuk itu, kita memohon kepada Guru Istadewata agar kita mampu melakukan ini.

Setelah memeditasikan tekad yang unggul, kita memeditasikan bodhicitta. Kita harus merenungkan bahwa kita belum memiliki kemampuan untuk menempatkan semua makhluk pada tingkatan Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, bahkan untuk satu orang makhluk sekalipun. Yang sanggup melakukannya hanyalah seorang Buddha yang telah tercerahkan. Ini karena kualitas tubuh Buddha yang dihiasi oleh tanda-tanda sempurna yang utama dan sekunder. Kualitas ucapan-Nya juga luar biasa, hingga tanpa upaya dan dalam satu momen, suara-Nya yang merdu mampu mengajarkan Dharma kepada semua makhluk dalam bahasanya masing-masing. Penjelasan ini terkandung dalam Pujian kepada Manjushri yang digubah oleh Je Rinpoche. 

Kemudian, kualitas batin Buddha juga mampu secara langsung mencerap sifat dasar absolut dan keberagaman semua objek-objek yang bisa diketahui. Dijelaskan pula oleh Guru Dagpo Rinpoche bahwa kualitas batin Buddha tidak berat sebelah dan welas asih-Nya kepada semua makhluk sama ibarat cinta seorang ibu kepada anak tunggalnya. Seluruh aktivitas-Nya tidak terbatas dan tidak bersyarat. Lebih dari itu, pancaran satu berkas sinar dari tubuh, ucapan, atau batin Buddha memiliki kemampuan untuk menempatkan semua makhluk pada tingkatan kemahatahuan dan seterusnya. Oleh karena itu, kita harus mencapai tingkat Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna agar bisa memiliki dan menggunakan kualitas-kualitas tersebut untuk memberikan manfaat tertinggi kepada semua makhluk. 

Minggu, 23 Januari 2023

Guru Dagpo Rinpoche membuka pengajaran Dharma hari kedua dengan kutipan:

“Siapa pun yang sudah mendapatkan kelahiran sebagai manusia bisa menyeberangi lautan penderitaan samsara. Selain itu, ia juga bisa menanamkan benih batin pencerahan untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Dengan kondisi seperti ini, siapa yang tidak akan menarik manfaat sebesar-besarnya dari kesempatan luar biasa seperti ini?”

Arya Chandragomin

Penderitaan yang dimaksud pada kutipan tersebut adalah penderitaan kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian di samsara. Kita harus merenungkan bahwa kelahiran sebagai manusia jauh lebih berharga daripada permata pengabul harapan karena permata tersebut tidak bisa membantu kita untuk keluar dari samsara. Kita semua sudah memiliki kesempatan terlahir sebagai manusia dan bertemu dengan ajaran Buddha, secara khusus ajaran Mahayana. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. 

Yang terjadi selama ini adalah ketika kita berpikir untuk praktik Dharma, kita baru akan melakukannya setelah kita selesai mengerjakan hal yang lain. Namun, setelah pekerjaan tersebut selesai, kita malah sibuk mengerjakan hal yang lain lagi. Perbuatan seperti ini tidak boleh dilakukan. Kita tidak tahu kematian atau selesainya pekerjaan kita yang akan datang duluan. Dengan alasan tersebut, praktik Dharma tidak boleh ditunda-tunda. Kita tidak punya kendali atas kematian dan ketidakkekalan kita. Oleh karena itu, Guru Dagpo Rinpoche mengingatkan kita untuk melakukan praktik Dharma sekarang juga.

Kita selalu berharap kita memiliki kesehatan yang baik sehingga kita mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan Dharma. Kita juga melihat bahwa di luar sana, ada orang yang sakit dan tidak punya kesempatan untuk berpraktik Dharma. Oleh karena itu, selagi kita punya kesempatan untuk terlahir sebagai manusia dan memiliki kesehatan yang baik, kita harus membangkitkan tekad untuk melakukan praktik Dharma sekarang juga. Praktik Dharma tidak harus dilakukan dengan berpindah tempat atau berganti pakaian. Praktik Dharma bisa dilakukan di tempat ini sekarang juga. 

Kita juga harus mengubah cara berpikir serta sikap batin kita. Kita harus sangat berhati-hati terhadap isi batin dan pemikiran kita saat memeriksanya. Sebagian besar isi pikiran kita saat ini semata-mata hanyalah tentang kehidupan saat ini saja, seperti hari ini mau melakukan apa, besok mau makan apa, dan sebagainya. Semua hal ini tidak berguna karena hanya akan memunculkan penderitaan. 

Guru Atisha juga pernah memberikan nasihat agar jangan berpikir terlalu sempit dengan hanya memusatkan pikiran kita pada kehidupan saat ini saja. Kita harus berpikir lebih luas, memikirkan semua makhluk dan mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna demi mereka. Kalau tidak bisa mencapainya dalam satu kehidupan ini juga, kita bisa berupaya membangkitkan bodhicitta yang spontan. Kalau masih belum mampu, kita harus bisa mencapai satu realisasi pada tahapan jalan (Lamrim). Ini adalah target paling minimal yang harus dilakukan dalam kehidupan ini juga. 

Sesuai dengan ucapan Buddha dalam Sutra Gandawyuha, sejak kehidupan lampau yang tak berawal, kita telah menyia-nyiakan kelahiran kita dengan tidak meraih pencapaian apa pun. Oleh karena kemelekatan atau nafsu keinginan kita sendiri, kita sudah terlahir berulang-ulang kali. Selama kelahiran tersebut, begitu banyak jumlah Buddha yang sudah muncul sebanyak jumlah molekul. Dari semua Buddha tersebut, tidak ada satu pun Buddha yang kita temui dan kita tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan ajaran-Nya. Kita masih dipengaruhi oleh kemelekatan dan tertipu olehnya sehingga tidak ada satu pun kehidupan lampau kita yang memberikan hasil. Kita perlu berpikir bahwa karena kita sudah menyia-nyiakan kehidupan kita sebelumnya, kita harus bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Yang harus kita lakukan adalah melihat batin kita sendiri dan bukan mengurusi batin orang lain. Kelahiran kita di samsara saat ini belum menunjukkan adanya titik akhir. Kita harus berpikir bahwa hari ini kita sudah mendengarkan ajaran dan bertekad mempraktikkannya sehingga kita akan mendapatkan manfaatnya. 

Kita tahu bahwa biara adalah tempat untuk mempraktikkan Dharma. Namun, di luar biara, percakapan kita tidak ada artinya. Saat kita bertemu teman kita, kita hanya fokus pada percakapan yang berpusat pada kehidupan saat ini saja. Kita tidak pernah membicarakan kehidupan mendatang. Alhasil, semua percakapan yang kita lakukan pada akhirnya tidak berguna. Kita juga telah menyia-nyiakan semua kehidupan lampau kita. Sesi pengajaran ini adalah sebuah sesi yang seharusnya digunakan untuk menggugah batin kita. Dari Dharma tak terhingga yang telah dibabarkan oleh Buddha, intisari dari semua ajaran tersebut adalah Lamrim. Lamrim adalah sebuah metode untuk menggugah batin kita dan mengubah sikap batin atau cara pandang kita terhadap dunia. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian melanjutkan pembahasan topik dari hari sebelumnya tentang cara memeditasikan bodhicitta dan mengulang beberapa poin yang telah disampaikan sebelumnya. Pertama-tama, kita membayangkan tubuh Istadewata melebur ke dalam diri kita. Kemudian, kita memvisualisasikan diri kita sebagai seorang Buddha. Kita duduk di atas sebuah takhta yang ditopang oleh delapan singa agung. Kita harus membayangkan bahwa kita adalah seorang Buddha dan mengembangkan rasa suka cita yang kuat dan kepercayaan diri. Visualisasikan tubuh kita mengalirkan cahaya yang menyejukkan semua makhluk di neraka panas, menghangatkan semua makhluk di neraka dingin, membersihkan halangan, menghilangkan penderitaan lapar dan haus, dan membersihkan lingkungan-lingkungan yang buruk dari makhluk di alam hantu kelaparan. Selanjutnya, cahaya tersebut juga memancar dan menyentuh para manusia, seperti di ngarai gunung dan tempat-tempat terpencil. Cahaya tersebut mengatasi penderitaan usia tua, sakit, dan mati serta mengubah alam ini menjadi alam yang murni. Lalu, cahaya ini juga memancar ke alam asura dan memurnikannya. Kemudian, kita juga memurnikan alam Buddha kita sendiri. 

Setelahnya, Guru Dagpo Rinpoche juga mengajak kita untuk melihat instruksi yang lebih ringkas. Kita melihat diri kita sebagai seorang Buddha yang memancarkan berkas cahaya pancawarna dan amerta yang dipancarkan ke semua makhluk. Melalui visualisasi ini, semua makhluk akan mencapai tingkatan kebahagiaan sempurna yang tertinggi. Setelah itu, praktik ini ditutup dengan dedikasi. Di antara sesi, kita membaca kitab-kitab yang mengajarkan welas asih dan batin pencerahan.

Guru Dagpo Rinpoche kemudian melanjutkan transmisi dari Instruksi Menyamakan dan Menukar Diri dengan Makhluk Lain. Kemudian, Beliau menjelaskan bahwa kita membayangkan diri kita dengan jelas kita dikelilingi oleh semua makhluk. Setelah itu, kita mempraktikkan metode menukar diri dengan makhluk lain. Ini bukan berarti bahwa kita berubah menjadi makhluk lain dan makhluk lain berubah menjadi diri kita. Namun, di sini kita perlu menukar jenis batin kita yang sebelumnya mementingkan diri sendiri menjadi mementingkan orang lain. 

Ketika kita memeriksa diri kita sendiri dan makhluk lain, kita akan melihat bahwa kita sangat mementingkan diri kita sendiri dan mengabaikan makhluk lain. Seharusnya, kita berpikir bahwa kita dan makhluk lain adalah sama, yakni sama-sama ingin bahagia dan tidak ingin menderita. Sejak awal di samsara, kita sudah mengincar kebahagiaan samsara demi kepentingan diri sendiri. Kita menginginkan kejayaan samsara dan tidak pernah mencapainy/a. Dalam semua kehidupan yang telah kita lalui, yang kita dapatkan hanyalah penderitaan karena kita menyia-nyiakannya.

Guru Dagpo Rinpoche kemudian mengambil kutipan dari Lakon Hidup Sang Penerang:

“Semua suka cita datang dari menginginkan kebahagiaan yang lain. Semua duka cita datang dari menginginkan kebahagiaan diri sendiri.”

Arya Shantidewa (Bodhisatwa-caryawatara)

Kita harus membandingkan jurang yang besar antara si dungu yang selalu mementingkan diri sendiri dan sang Buddha yang selalu mementingkan makhluk lain. Guru Dagpo Rinpoche kemudian menceritakan kisah dari Drukpa Kunley yang menemukan rupang Buddha di sebuah kuil. Sebelum bernamaskara, Drukpa Kunley berbicara dengan rupang tersebut. Ia berkata dulunya ia dan rupang tersebut berada di posisi yang sama, tapi sekarang posisi Drukpa Kunley lebih rendah dari Buddha sehingga ia bernamaskara. Kita juga bernamaskara kepada Buddha yang senantiasa mementingkan makhluk lain. 

Guru Dagpo Rinpoche menambahkan bahwa jika kita tidak benar-benar menukar diri kita dengan makhluk lain, kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan di samsara. Selama kita tidak mencapai Kebuddhaan, kita tidak akan pernah bebas dari samsara. Selama kita tidak bebas dari samsara, kita tidak akan pernah bisa meraih kebahagiaan. Oleh karena itu, jika kita belum memiliki sikap mementingkan makhluk lain, kita harus segera membangkitkannya. Lalu, kita mengajukan permohonan kepada guru Istadewata supaya kita mampu melakukannya. 

Guru Dagpo Rinpoche juga menceritakan contoh dari penerapan hal tersebut melalui kisah dari guru kita, Begawan Buddha. Suatu ketika, Beliau terlahir sebagai seorang putri perumah tangga yang menendang kepala ibunya. Ketika karmanya matang, ia terlahir di neraka dengan roda besi di kepalanya. Ia lalu berpikir bahwa ia akan menanggung karma semua makhluk yang pernah melakukan hal yang serupa dengannya. Seketika itu juga, semua rodanya melayang ke angkasa. Singkatnya, dari kisah tersebut, kita belajar bahwa jika kita mementingkan diri sendiri, sikap mementingkan makhluk lain tidak akan bisa muncul. Oleh karena itu, kita harus mengambil penderitaan makhluk lain dengan cara mengabaikan diri sendiri dan mementingkan orang lain. Hal ini hanya bisa dicapai ketika kita sudah mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Terakhir, kita kembali mengajukan permohonan kepada Istadewata agar kita mampu melakukannya.

Sebagai penutup di penghujung sesi, Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita bersama-sama untuk melimpahkan jasa kebajikan kita melalui dedikasi. Semoga ajaran Buddha berkembang luas ke seluruh penjuru dan bertahan selamanya. Semoga guru-guru besar dan para pemangku Dharma berumur panjang. Semoga pandemi, wabah penyakit, dan peperangan bisa segera berakhir. Semoga arus kesinambungan batin di dalam semua makhluk mampu merealisasikan ajaran Buddhadhamma.

Apabila ada kesalahan penulisan liputan dan nasihat dari Guru Dagpo Rinpoche, hal ini semata-mata kesalahan penulis dalam merangkum dan bukan berasal dari Guru yang membabarkan ajaran.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *