Berita

Instruksi Tujuh Tahap Sebab dan Akibat

Diliput oleh Kevin

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 17–18 Desember 2022

Mendekati penghujung tahun 2022, Guru Dagpo Rinpoche kembali melanjutkan transmisi dan penjelasan Lamrim Jalan Cepat (Nyurlam) karya Yang Maha Suci Panchen Lama Losang Yeshe (Panchen Lama II). Melalui kesempatan yang sangat bajik ini, Guru Dagpo Rinpoche memberikan penjelasan mengenai Instruksi Tujuh Tahap Sebab dan Akibat untuk membangkitkan bodhicitta.

Sabtu, 17 Desember 2022

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran dengan nasihat dari Arya Chandrakirti:

“Ketika masih memiliki kebebasan dalam bentuk kemuliaan terlahir sebagai manusia seperti ini tapi kemudian tidak memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, ketika kamu jatuh ke alam rendah dan kehilangan kebebasanmu, siapa yang bisa menarikmu dari kondisi seperti itu?”

Arya Chandrakirti

Kita semua memiliki kebebasan yang bisa kita nikmati saat ini. Selain itu, kita juga memiliki kondisi pendukung internal dan eksternal. Kalau kita tidak memanfaatkan hal ini dengan sebaik-baiknya, kebebasan ini akan direnggut dari tangan kita. Saat itu, siapa yang bisa menolong kita? Ketika kita gagal memanfaatkan kebebasan ini dan terjatuh ke alam rendah, mungkin ada yang bisa menolong kita seperti Buddha. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa di alam rendah seperti alam neraka, setan kelaparan, dan binatang, kondisinya sangat sulit karena para makhluk di sana mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya. 

Sebelum melanjutkan pembahasan, Guru Dagpo Rinpoche mengingatkan kita untuk memanfaatkan sesi ajaran ini dengan baik. Ini bukan kondisi yang biasa-biasa saja dan sangat langka untuk didapatkan. Oleh karena itu, hal ini jangan hanya dianggap sebagai angin lalu. Kita harus merasakan bahwa kehadiran kita saat ini sangat luar biasa sekali.

Kondisi luar biasa lainnya yang bisa direnungkan yaitu kehadiran kita pada pertemuan saat ini. Banyak sekali makhluk yang sudah tiada di antara pertemuan sebelumnya dengan pertemuan kita saat ini. Terlepas dari fakta tersebut, kondisi kita saat ini adalah pertanda kebajikan, jejak karma, dan berkah dari Guru dan Triratna yang sangat luar biasa. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk mempelajari Tahapan Jalan untuk Ketiga Jenis Praktisi. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian mengajak kita untuk melihat kondisi di masa mendatang yang disebut sebagai kematian atau ketidakkekalan. Kita masih tidak tahu apakah kita masih akan hidup atau tidak. Kita tahu bahwa kita dan semua orang pasti akan mati. Masalahnya, kita tidak tahu kapan waktu itu akan datang. Jika kita tahu waktu kematian kita, kita bisa menyusun rencana untuk mencapai semua tujuan kita sebelum kita mati. Banyak dari kita yang masih memikirkan hal yang harus dilakukan sebelum bisa memulai praktik Dharma. Contohnya seperti pemikiran bahwa sekarang saya akan makan dulu baru praktik Dharma. Menurut Gungthang Rinpoche, kondisi saat kita membuat rencana seperti inilah yang disebut sebagai setan atau bahaya yang paling buruk.

Lebih lanjut, Guru Dagpo Rinpoche memberikan nasihat bahwa praktik Dharma harus dilakukan saat ini juga. Esensi sebenarnya dari praktik Dharma adalah cara kita mengubah dan mengembangkan batin kita. Tentu saja ini semua berkaitan dengan batin. Saat ini, batin kita penuh dengan tipu muslihat. Contoh, saat melakukan doa atau puja harian, yang kita lakukan adalah membacanya dengan cepat dan merasa sudah selesai setelahnya. Pertanyaannya, apakah praktik seperti ini berguna bagi batin? Tentu saja tidak. Isi kepala kita hanya berfokus pada kehidupan saat ini saja. Padahal seharusnya, kita mengarahkan batin kita untuk tujuan kehidupan mendatang. 

Terkait dengan tujuan tersebut, kita harus mengandalkan metode. Intisari dari 84.000 pintu Dharma adalah Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Ketiga Jenis Praktisi. Sebagai praktisi, kita menerima metode ini dan menjalankannya sebaik-baiknya. Apapun tujuan yang ingin dicapai, baik untuk mencapai kebahagian di masa mendatang, untuk membebaskan diri kita dari samsara, ataupun untuk mencapai Kebuddhaan, metodenya adalah Lamrim. 

Sebelum melangkah lebih lanjut, Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita untuk membangkitkan motivasi, yaitu untuk menolong semua makhluk dengan mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Sebagai lanjutan topik dari sesi pengajaran sebelumnya, Guru Dagpo Rinpoche membahas instruksi tujuh tahap sebab dan akibat. Pertama yakni dimulai dari poin cara mengenali semua makhluk sebagai ibu kita

Adanya kelahiran lampau dan yang akan datang adalah sesuatu yang bisa kita renungkan dengan penalaran. Setelah itu, sebuah realisasi akan semua kelahiran tersebut muncul sehingga kita bisa menyadari bahwa semua makhluk memang adalah ibu-ibu kita. Kita juga membayangkan Istadewata hadir di atas kepala kita dan ini harus dilakukan di setiap meditasi kita. Secara khusus, kita membayangkan purifikasi dan akumulasi kebajikan atau berkah. Ini wajib dilakukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi penghalang seperti sakit fisik atau pikiran-pikiran yang keliru.

Pada poin tentang mengenali semua makhluk sebagai ibu kita, Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita untuk merenungkan kutipan dari kitab ulasan Ikhtisar Pramana oleh Dignaga: 

“Ketika terlahir, engkau menarik dan mengembuskan napas. Engkau juga memiliki indra dan kapasitas mental tak peduli status keluargamu.”

Dignaga

Penjelasannya adalah pada momen pertama ketika kita muncul di rahim ibu kita, fenomena kesadaran pun muncul. Ini datang dari kesadaran sebelumnya yang tak berawal. Hal yang menjadi hasilnya harus sesuai dengan sebabnya. Hal yang dimunculkan adalah fenomena yang disebut sebagai kesadaran sehingga sebabnya harus berupa kesadaran pula. Sebagai contoh, dengan mengandalkan logika bahwa sekarang kita memiliki kesadaran yang dibangun atas kesadaran kita sebelumnya, kita bisa membuktikan bahwa tidak ada awal dari samsara. Berdasarkan hal ini, kita merenungkan melalui meditasi bahwa semua makhluk pernah menjadi ibu kita. 

Dikutip dari kitab yang sama sebelumnya oleh Dignaga: 

“Ketika terlahir dan seterusnya, engkau seharusnya bermeditasi dan menggunakan teknik terampil berikut kitab-kitab dan penalaran untuk menetapkan kesadaran yang tak bermula dan tak berhingga.” 

Dignaga

Ketika merenungkan kesadaran yang tak berawal, muncul sebuah kesimpulan bahwa samsara tak berawal. Semua kelahiran adalah tak berawal sehingga semua makhluk adalah keluarga kita. Melalui rantai kehidupan dari satu ke lainnya, tak ada satu tempat pun yang tidak pernah menjadi tempat kelahiran kita. Di dalam kelahiran tak terhitung, tak ada satu pun bentuk jenis tubuh yang tak pernah kita alami. Tak seorang pun yang tak pernah menjadi ibu kita. Makhluk tak terhingga yang pernah menjadi ibu kita akan terus terlahir sebagai ibu kita di kehidupan berikut-berikutnya. Implikasinya adalah kita sudah menjalani kelahiran yang tak terhingga banyaknya. Oleh karena jumlah makhluk tak terbatas, tidak mungkin ada satu makhluk yang tidak pernah menjadi ibu kita. 

Untuk membantu kita memahami hal ini, Guru Dagpo Rinpoche memberikan pertanyaan: apakah ibu kita yang kemarin bukan merupakan ibu kita juga karena itu sudah berlalu? Jawabannya adalah tidak. Ibu kita yang kemarin adalah sama dengan ibu kita saat ini. Tidak ada perbedaan di antara keduanya karena mereka sama-sama membesarkan kita dengan kasih sayang. Tahun lalu maupun tahun ini, ibu-ibu kita sama-sama menyelamatkan kita. Oleh karena tidak ada perbedaan kasih sayang saat mereka membesarkan kita, kita bisa merenungkan betapa semua makhluk yang pernah menjadi ibu kita juga melakukan hal yang sama. 

Guru Dagpo Rinpoche juga mengingatkan bahwa sebentar lagi kita akan merayakan tahun baru. Banyak orang akan mudik dan pulang ke rumah masing-masing untuk bertemu dengan keluarga. Ketika kita kembali ke rumah, ini adalah kondisi ketika kita berbahagia dan bersukacita. Penting sekali untuk menjaga kondisi agar tidak ada pertengkaran antar anggota keluarga. Jangan sampai hal ini malah menimbulkan konflik atau berselisih pendapat. Jika ada perbedaan pendapat, cukup jelaskan cara pandang kita. Akan tetapi, jangan bersikukuh atau memaksakan kehendak atau pendapat kita walaupun semua orang memang bebas untuk menyampaikan pendapat.

Ketika kita berkumpul dan selaras, kita bisa menghimpun kebajikan bersama-sama dan tentu saja ini adalah suatu hal yang baik karena kita juga bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Ketika kita memberikan penjelasan mengenai praktik spiritual Buddhis, kita cukup menjelaskan dengan sebaik-baiknya tanpa perlu memaksakan pendapat. Ketika metodenya tidak tepat, tidak akan ada yang mendengarkan. Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati terkait cara bicara kita. Kita harus menjaga keharmonisan ketika kita pulang ke rumah.

Guru Dagpo Rinpoche ketika hendak meninggalkan ruangan pengajaran dan para peserta pengajaran Dharma dari Kadam Choeling Bandung

Minggu, 18 Desember 2022

Pada hari kedua sesi pengajaran Dharma, Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi dengan menjelaskan nasihat dari Arya Chandragomin bahwa siapa pun yang memiliki kelahiran manusia dengan kebebasan dan keberuntungan akan memiliki kesempatan untuk menyeberangi lautan penderitaan samsara. Lebih lanjut, mereka juga memiliki kapasitas untuk menanamkan benih batin pencerahan (bodhicitta). Kondisi yang digambarkan dari nasihat tersebut berlaku untuk kondisi kita saat ini. Kita bisa terlahir sebagai manusia karena kita sudah berhasil menghilangkan kondisi penghalang dan menghimpun kondisi pendukung yang sesuai sehingga kita harus memanfaatkan kesempatan ini. 

Dari seluruh jenis kehidupan yang ada, jika kita hanya meneliti kehidupan manusia ini saja, kita akan menyadari bahwa tidak semua makhluk mendapatkan kesempatan yang kita miliki sekarang dan juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan Dharma. Makhluk yang berkesempatan untuk mendengarkan sesi ini sangat langka sekali. Apa yang menjadi sebab kita bisa mendapatkan kesempatan ini? Adalah karma bajik yang telah kita himpun dan karma buruk yang telah kita purifikasi sejak kurun waktu yang tak terhingga. 

Jangan lupa bahwa kondisi yang kita miliki saat ini tidak berlangsung abadi. Ini hanya berlangsung sekilas saja ibarat kilatan petir di awan hitam yang gelap. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

Setelah kita menyadari kesempatan sementara ini, penting sekali untuk mengingat tujuan akhir kita, yaitu mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna dalam kehidupan ini juga. Jika belum mampu, maka kita harus mencapai Marga Penglihatan dari Jalan Mahayana. Jika masih belum mampu juga, maka kita harus bisa membangkitkan batin pencerahan secara spontan. Atau setidaknya, dalam kehidupan ini juga, minimal kita harus mencapai satu realisasi dari Lamrim. Jika tidak, ini menunjukkan bahwa kita tidak memanfaatkan kehidupan manusia saat ini dengan baik. 

Oleh sebab itu, penting sekali untuk merenungkan berapa banyak waktu yang telah kita habiskan saat ini. Kita harus melihat kembali cara kita menjalani kehidupan kita selama ini. Jika sudah baik, kita harus mempertahankan dan mengembangkan yang telah kita lakukan. Jika belum, kita harus berusaha untuk membangkitkan tekad agar kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini lagi. Hal ini berkaitan dengan pembangkitan motivasi. Di hari ini, ketika semua kondisi pendukung telah dihimpun dan semua kondisi penghalang telah diatasi, kita harus membangkitkan tekad untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna demi menolong semua makhluk terbebas dari samsara.

Melanjutkan penjelasan dari hari sebelumnya, Guru Dagpo Rinpoche memberikan penjelasan mengenai cara bermeditasi untuk poin mengenali semua makhluk sebagai ibu kita. Kapan pun kita melakukan meditasi, kita harus membayangkan Guru di atas kepala kita. Fungsinya adalah untuk menyingkirkan semua penghalang yang merintangi meditasi kita dan mengumpulkan semua pendukung untuk merealisasikan topik yang sedang kita renungkan. 

Ketika disebutkan bahwa inilah ibu kita, kita harus membayangkan semua ibu kita dari kehidupan yang tak berhingga, bukan hanya kehidupan saat ini saja. Kalau kita hanya merenungkan ibu kita saat ini saja, kita akan langsung menerima bahwa beliau memang adalah ibu kita. Namun, apakah kita pernah memikirkan bahwa ibu kita yang sekarang merupakan ibu kita pada kehidupan lampau yang tak terhingga pula? Guru Dagpo Rinpoche meminta kita untuk memeriksa hal ini pada batin kita sendiri. Ini bukan pertanyaan untuk orang lain, melainkan pertanyaan untuk diri kita sendiri. Walaupun tidak pernah dimeditasikan secara formal, apakah setidaknya hal ini pernah terlintas di pikiran kita? Kalau sudah pernah, ini adalah sesuatu yang sangat baik sekali. Jika belum, Guru Dagpo Rinpoche meminta kita untuk merenungkannya. Ini merupakan sebuah realitas dan bukan sesuatu yang hanya dikarang-karang. 

Sesi pengajaran Dharma bersama Guru Dagpo Rinpoche yang dilaksanakan via daring

Lebih lanjut, kita juga harus merenungkan bahwa semua makhluk adalah ibu-ibu kita. Kalau kita sanggup mengingat bahwa semua makhluk adalah ibu kita, saat kita sedang marah, kita akan mengingat bahwa objek kemarahan kita (makhluk lain) juga adalah ibu kita dan orang itu sama seperti ibu kita pada kehidupan lampau. Ini akan meredakan kemarahan kita. 

Saat ini, batin kita dipenuhi oleh kemarahan. Jika disulut sedikit saja, kemarahan akan muncul pada batin kita setiap saat. Oleh karena itu, kita harus ingat setiap saat bahwa orang tersebut adalah ibu-ibu kita dan tidak pantas bagi kita untuk marah pada orang tersebut. 

Saat ini, ada satu makhluk yang berniat menyakiti kita, baik secara pikiran atau tindakan. Jika kita bisa mempertahankan ingatan bahwa makhluk tersebut juga adalah ibu kita, kita bisa memikirkan bahwa batinnya sedang dikendalikan oleh klesha atau karmanya. Maka dari itu, ia tidak memiliki kendali atau kebebasan sehingga ia terpaksa untuk menyakiti kita. Kapan pun kita bertemu dengan kondisi tersebut, kita harus mengingat hal ini. Jika kita bisa menghadirkan objek tersebut dalam meditasi kita, ini adalah peluang bagi kita untuk membangkitkan welas asih. Sebenarnya mereka pun ingin bahagia, tapi mereka mengandalkan diri pada metode yang keliru sehingga kita bisa membangkitkan welas asih dan berdoa agar mereka bisa mendapatkan kebahagiaan dan sebab-sebab kebahagiaan. 

Ketika kita sudah sanggup merenungkan ini, kita bisa melihat semua poin yang terkandung dalam Lamrim bertujuan agar makhluk lain bahagia. Ketika memeditasikan kebaikan hati semua ibu-ibu kita dengan Istadewata di atas kepala kita, kita merenungkan bahwa ibu kita telah merawat kita dengan baik sejak bayi dan menatap kita dengan penuh suka cita. Ia membersihkan ingus dan kotoran kita dengan tangannya sendiri. Ia merasakan penderitaan yang sangat besar ketika melihat kita sakit seolah-olah nyawanya yang sedang terancam. Ia lebih rela merasakan sakit dibandingkan  melihat diri kita yang sakit. Seorang ibu lebih rela mati dibanding menghadapi kematian anaknya. Dengan penuh kasih sayang, semua kebutuhan kita disediakan dengan susah payah oleh ibu kita, bahkan hingga ia mengabaikan penderitaannya sendiri. Ia rela kehilangan apapun untuk memberikan mas kawin untuk pernikahan anak perempuannya atau harta untuk perayaan sila-sila religius putranya. 

Renungkan bahwa ibu kita menyediakan tak terhingga kenyamanan bagi kita. Ia juga melindungi kita dari tak terhingga banyaknya bahaya dan penderitaan. Ketika sedang meditasi, kita mengambil objek berupa ibu kita saat ini, baru kemudian ayah kita. Jangan sampai kita memeditasikan satu makhluk secara umum saja tanpa secara khusus memiliki ikatan karena kekuatan renungan tidak akan muncul, bahkan merupakan sebuah kesalahan. 

Penting untuk memusatkan meditasi kita pada satu orang saja dengan tujuan untuk meletakkan fondasi. Hal ini tidak akan mengambil waktu terlalu lama dan sangat penting untuk dilakukan. Setelah ayah kita, kita memeditasikan semua makhluk yang dekat dengan kita satu per satu. Setelah itu, kita memeditasikan semua makhluk-makhluk yang netral, yang tidak memiliki hubungan apapun dengan kita. Kita memikirkan bahwa sejak waktu yang tak bermula, orang ini juga pernah menjadi ibu kita dan merawat kita. 

Dengan urutan seperti ini, makhluk-makhluk selanjutnya menjadi lebih mudah untuk direnungkan. Urutan selanjutnya adalah memeditasikan musuh-musuh kita. Jika kita tidak punya musuh secara khusus, bayangkan saja kita memiliki musuh. Musuh kita juga pernah menjadi ibu kita yang menyediakan kenyamanan dan melindungi kita dari bahaya. Tanpa ibu, kita tentu saja tidak akan selamat. Kita pernah mengasihi satu sama lain berulang-ulang. Hanya karena karma buruk, hubungan kita dengannya menjadi tidak harmonis. Bagaimana pun juga, ia pernah menjadi ibu kita. 

Secara khusus untuk jalan Mahayana, inilah metode dari praktik spiritual. Jika kita melaksanakan praktik ini, hal ini akan membawa perubahan yang besar bagi batin dan hati kita. Jika masing-masing orang sanggup melaksanakan hal ini, tidak ada yang namanya konflik atau perang di dunia ini karena perdamaian bergantung pada batin masing-masing dan tidak dicapai dengan senjata. Untuk mencapai hal tersebut, metode yang tepat adalah masing-masing makhluk harus mencapai kedamaian dalam diri sendiri.

Selanjutnya Rinpoche melanjutkan penjelasan mengenai memeditasikan poin membalas kebaikan hati ibu-ibu kita. Renungkan bahwa sekarang, batin ibu kita didera oleh kekotoran batin sehingga mengalami kekacauan. Ketika klesha menyerang, mereka tidak punya kebebasan untuk mengendalikan batin mereka. Mereka tidak memiliki mata untuk melihat jalan menuju pembebasan. Mereka buta karena tidak memiliki guru spiritual. Mereka terjerat setiap saat oleh pengaruh ketidakbajikan mereka sendiri. Artinya, setiap saat mereka sedang menghimpun karma buruk. 

Saat ini, mereka sedang mengembara di samsara secara umum dan di tepi jurang alam rendah secara khusus. Jika kita mengabaikan mereka, ini merupakan sikap yang memalukan sekali. Kita melihat bahwa sebagian besar makhluk tidak memiliki guru spiritual. Jika tidak punya, mereka hanya akan mengandalkan jejak karma mereka. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dan semata-mata hanya menghimpun ketidakbajikan. Ini menunjukkan pentingnya poin bertumpu pada guru spiritual. Oleh sebab itu, sebagai balasan atas kebaikan mereka, kita bertekad untuk menolong mereka. Kita memohon kepada Istadewata agar diberkahi kekuatan untuk melakukan hal tersebut. 

Poin berikutnya adalah cara memeditasikan cinta kasih. Kita harus memusatkan perhatian pada objek yang kita anggap sebagai ibu sendiri. Ajukan pertanyaan pada diri kita: bagaimana mereka mampu mencapai kebahagiaan sejati sedangkan kebahagian tercemar pun tak dimiliki oleh mereka? Semua kebahagiaan yang dimiliki saat ini akan berubah menjadi penderitaan di masa mendatang. Ibu kita saat ini tidak paham bahwa mereka sedang berjuang memperoleh secuil kebahagiaan yang sebenarnya menjadi sebab penderitaan di alam rendah. Oleh karena itu, kita bertekad untuk menolong mereka untuk memperoleh sebab-sebab kebahagiaan. Lalu, kita juga memohon kepada Istadewata untuk memberkahi kita. 

Setelah itu, renungkan objek-objeknya sesuai urutan ibu, ayah, dan seterusnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelahnya, kita memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk. Dijelaskan bahwa jika kita membangkitkan cinta kasih hanya untuk satu benua saja, maka kita akan menjadi yang disebut sebagai seorang raja universal. Jika cinta kasih kita bangkitkan untuk dua benua, kita akan menjadi seorang raja universal tembaga. Sementara jika kita berikan untuk tiga benua, kita akan menjadi seorang raja universal perak. Untuk empat benua, kita akan menjadi seorang raja universal emas. Jika kita bisa membangkitkan cinta kasih untuk tiga ribu dunia, kita akan menjadi Brahma, raja di antara para dewa. Untuk seribu dunia lebih rendah dan dua ribu dunia menengah, maka kita akan menjadi penguasa seluruh dunia tersebut. Jika kita membangkitkan cinta kasih untuk semua makhluk di semesta, maka kita akan menjadi Buddha yang sempurna. 

Jika kita membangkitkan cinta kasih yang murni, karma baik kita juga akan memberikan manfaat kepada makhluk lain. Walaupun hanya sekadar kata-kata, cinta kasih akan menjadi pelindung terunggul kita. Seberapa pun banyaknya kita menghaturkan persembahan kepada makhluk-makhluk suci, kebajikannya tidak sebanding dengan membangkitkan cinta kasih.

Setelah cinta kasih, kita akan melanjutkan dengan meditasi welas asih. Kita bisa mencoba merenungkan seekor hewan yang sedang menderita. Kita membayangkan para makhluk, misalnya berupa domba, hadir di hadapan kita dengan kaki yang terikat dan dada yang menganga karena tersayat. Penjagal kemudian memasukkan tangannya ke dalam hewan itu. Domba ini mengetahui bahwa mereka pasti akan mati dan matanya membelalak melihat si penjagal ini. Bayangkan betapa mengerikannya penderitaan mereka. Renungkan bahwa alangkah baiknya jika semua makhluk terbebas dari penderitaan dan sebab-sebab penderitaan dan kita juga m memohon berkah dari Istadewata.

Pusatkan juga perhatian pada makhluk-makhluk yang dengan ceroboh menggunakan kepemilikan Sangha, tersesat dan menjauh atau telah meninggalkan Dharma, memiliki pandangan salah, melakukan tindakan tak bajik dengan gegabah, dan menyakiti makhluk hidup. Bayangkan dengan jelas bahwa mereka semua hadir di hadapan kita. Renungkan bahwa mereka tidak bahagia dan akan terjerumus ke alam rendah setelah kematian. Kita bertekad agar kita bisa membebaskan mereka dari penderitaan dan sebab-sebab penderitaan. 

Selanjutnya, bayangkan semua makhluk yang dekat dengan kita sedang disiksa oleh penderitaan dan tidak pernah merasakan kedamaian batin bahkan untuk sesaat. Mereka tidak merasakan kebahagiaan sama sekali. Mereka terjatuh ke alam rendah dan mengalami penderitaan untuk waktu yang lama. Kita bertekad untuk membebaskan mereka dan memohon pada Istadewata untuk memberkahi kita. Dengan cara-cara inilah memeditasikan cinta kasih dan welas asih akan mengubah batin kita. 

Sebagai penutup di penghujung sesi, Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita bersama-sama melimpahkan jasa kebajikan kita melalui dedikasi. Semoga ajaran Buddha bertahan lama dan menyebar ke seluruh penjuru, baik ajaran Buddha secara umum maupun ajaran Lama Tsongkhapa secara khusus. Semoga semua pemangku Dharma berumur panjang, termasuk semua guru-guru spiritual dan praktisi monastik. Semoga aktivitas para guru meningkat pesat dan menyebar luas. Semoga semua makhluk bisa mencapai realisasi dari penolakan samsara, batin pencerahan, dan pandangan unggul. 

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *