Tiga Cara Berlindung


Jenis ketakutan yang Anda miliki mungkin dalam tingkatan yang berbeda. Sehubungan dengan itu, maka ada tiga cara berbeda dalam mengambil perlindungan. Ini berhubungan dengan tahapan jalan untuk makhluk motivasi awal, motivasi menengah, dan motivasi agung secara berurutan. Jika seseorang merasakan ketakutan yang mendalam pada pemikiran harus menjalani penderitaan di alam rendah, dan karenanya mencari cara untuk menghindari penderitaan tersebut di masa yang akan datang dengan bertumpu pada Triratna, maka cara mengambil perlindungan demikian berhubungan dengan makhluk berkapasitas kecil. Dalam kasus ini, orang tersebut hanya takut akan penderitaan di alam rendah dan tidak memiliki kesadaran sesungguhnya akan penderitaan samsara pada umumnya. Oleh karena itu, perhatian pertama baginya adalah memastikan diri mendapatkan kelahiran di alam tinggi di dalam samsara dalam kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu, orang ini membatasi perhatiannya dengan penderitaan di alam rendah dan memuaskan dirinya sendiri dengan gagasan hanya menghindari hal itu saja dan meraih kebahagiaan di alam yang lebih tinggi di dalam samsara. Dia tidak sanggup membayangkan sesuatu yang lebih besar.

Kemudian, ada kemungkinan seseorang memiliki kesadaran yang lebih luas. Dalam kasus ini, dia tetap akan takut dengan penderitaan di alam rendah, namun dia juga takut penderitaan samsara pada umumnya. Mengapa demikian? Karena dia menyadari bahwa meskipun dia sanggup lolos dari penderitaan di alam rendah dalam kelahiran yang akan datang, jika hanya mengambil kelahiran di alam yang lebih tinggi di kelahiran yang akan datang, dia masih tetap di dalam samsara, dan oleh karenanya harus mengalami berbagai bentuk kesengsaraan di dalam samsara, dimulai dari penderitaan lahir, tua, sakit dan mati. Oleh karena itu, dia menyadari bahwa situasinya jauh dari memuaskan dan dia melihat jalan keluar sejati satu-satunya untuk mendapatkan kebebasan total dari kesengsaraan adalah membebaskan dirinya sendiri dari samsara sepenuhnya. Dengan demikian, dia takut akan penderitaan samsara pada umumnya, sama besarnya dengan ketakutannya akan penderitaan di alam rendah.

Dalam kasus yang pertama, orang tersebut hanya mengkhawatirkan penderitaan di alam rendah dan benar-benar berkeinginan untuk menghindarinya. Dia sudah puas kalau bisa mendapatkan kebahagiaan di alam lebih tinggi di dalam samsara. Dalam kasus kedua, orang tersebut sadar akan penderitaan di alam rendah yang sangat besar dan menakutkan, begitu pula dengan penderitaan samsara secara umum. Dia menyadari bahwa meskipun dia mendapatkan kelahiran sebagai manusia, dia tetap akan menghadapi penderitaan lahir, tua, sakit, dan mati. Orang jenis pertama tidak sanggup untuk mengidentifikasi ini semua sebagai penderitaan. Orang kedua sudah sanggup dan menyadari bahwa meskipun dia terlahir sebagai ashura atau makhluk setengah dewa, dia juga akan mengalami penderitaan, terutama dalam bentuk kecemburuan hebat yang mengerikan. Lebih lanjut, bahkan jika terlahir dalam samsara sebagai dewa di alam lebih tinggi, seperti dewa dalam alam berbentuk dan tanpa bentuk; walaupun secara sementara dia menghindari bentuk penderitaan nyata apapun, tapi dia masih belum keluar dari masalah karena cepat atau lambat, kelahiran seperti itu akan berakhir. Karena dia belum membebaskan dirinya sendiri dari samsara, dia tidak akan bisa mengelak dari kejatuhan di alam rendah dan harus menjalani penderitaannya. Karena itu, orang ini menyadari bahwa tidak peduli bentuk kehidupan seperti apapun yang mungkin dimilikinya di dalam samsara, tidak ada kebebasan dari penderitaan, dan jalan keluar satu-satunya adalah membebaskan dirinya sendiri dari samsara. Dengan tujuan tersebut di dalam batinnya, dia berlindung dan mencari perlindungan pada Triratna.Tujuan orang jenis kedua dalam berlindung adalah mencari perlindungan dari penderitaan samsara pada umumnya, dengan niat di dalam batin hanya untuk membebaskan dirinya sendiri dari samsara, dengan mencapai pembebasan. Dengan kata lain, dia hanya memikirkan dirinya sendiri.

Cara berpikir makhluk motivasi menengah tentu saja jauh lebih luas dari makhluk motivasi awal, walaupun dia sepenuhnya masih egois. Lebih lanjut, cara berpikir makhluk motivasi menengah jauh lebih selaras dengan kenyataan dibandingkan dengan cara berpikir makhluk motivasi awal. Makhluk yang pertama sanggup memuaskan dirinya sendiri dengan kelahiran di alam yang lebih tinggi, karena dia tidak mampu menyadari bahwa kelahiran yang lebih tinggi tetap saja membawa penderitaan tanpa akhir. Oleh karena itu, cara berpikirnya kurang sejalan dengan keadaan sebenarnya. Cara berpikir makhluk motivasi menengah lebih realistis karena dia telah menyadari bahwa selama masih berdiam di dalam samsara, maka tidak mungkin baginya untuk mengalami kebahagiaan yang sejati, berikut kenyataan bahwa dia akan terus menderita. Walau demikian, pemahamannya masih terbatas bagi dirinya sendiri dan dia merasa situasinya sendiri yang tak tertahankan.

Makhluk jenis ketiga adalah makhluk agung. Pemahaman mereka jauh lebih luas lagi. Mereka mampu melihat, tidak hanya kondisinya sendiri di dalam samsara yang tak tertahankan, namun juga situasi semua makhluk dalam samsara adalah sama tak tertahankannya. Oleh karena itu, dengan perasaan welas asih yang besar maka mereka juga mencari perlindungan dari penderitaan samsara. Makhluk jenis ketiga menyadari bahwa selain penderitaannya sendiri harus diatasi, dia juga harus mengakhiri penderitaan makhluk lain, semata-mata karena itu semua adalah penderitaan. Oleh karena itu, cakupan cara berpikirnya jauh lebih luas.

Oleh karena itu, kita telah melihat dengan jelas bahwa, berkaitan dengan tingkat ketakutan yang dimiliki seseorang sebagai sebab perlindungan, maka ada tiga cara mengambil perlindungan. Sebagai pengikut Mahayana, cara mengambil perlindungannya harus meliputi ketiga jenis ketakutan. Dengan kata lain, ketika berlindung, pertama-tama Anda harus sekuat tenaga merasakan ketakutan akan penderitaan alam rendah. Jika Anda tidak memiliki tingkat ketakutan pemicu awal tersebut, yaitu penderitaan di alam rendah, maka Anda tidak akan sanggup membangkitkan rasa takut akan penderitaan samsara secara keseluruhan. Berikutnya, jika Anda tidak memiliki ketakutan akan penderitaan samsara secara keseluruhan dalam kaitannya terhadap diri Anda sendiri, maka Anda tidak akan sanggup mencapai tingkat ketiga, yang mana menghubungkan perasaan takut akan penderitaan samsara secara keseluruhan tersebut tidak hanya terhadap diri Anda sendiri, namun pada semua makhluk hidup, dan oleh karenanya mengambil perlindungan sebagai seorang Mahayanis dalam cara yang ketiga. Akan tetapi, seperti yang dikatakan, Anda harus memulai dari awal, karena yang pertama adalah dasar bagi yang kedua; dan yang kedua adalah dasar bagi yang ketiga. Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk pertama-tama membangkitkan rasa takut akan penderitaan di alam rendah ini dan keinginan untuk membebaskan diri darinya. Namun, keinginan tersebut bukan didasari alasan yang egois, di mana Anda mencari cara untuk melindungi diri Anda sendiri dari penderitaan-penderitaan tersebut.

Dengan memahami hakikat penderitaan di alam rendah, barulah Anda sanggup membangkitkan perasaan takut yang sebenarnya terhadap mereka. Namun, pemahaman yang sama pulalah yang akan membantu Anda membangkitkan welas asih besar kepada semua makhluk, yang saat ini sedang mengalami penderitaan hebat di alam rendah. Ketika Anda memiliki rasa takut yang murni pada kenyataan bahwa Anda harus mengalami penderitaan di alam rendah, maka hal tersebut akan mempertajam kewaspadaan Anda akan penderitaan tersebut. Anda juga akan dengan mudah memikirkan makhluk-makhluk yang sekarang sedang mengalami penderitaan yang serupa. Kemudian, dari kesadaran tersebut, secara alami akan tumbuh sebuah perasaan welas asih bagi mereka; sebuah perasaan yang tak tertahankan karena mereka harus mengalami penderitaan-penderitaan ini. Hal yang sama persis berlaku ketika Anda terserang penyakit tertentu. Setelah merasakan pengalaman tersebut, ketika melihat orang lain jatuh sakit dengan penyakit yang sama, secara alami Anda akan memahami semua rasa sakit dan pengalaman yang sedang dialami orang tersebut. Berdasarkan pengalaman Anda sendiri akan hal tersebut, Anda akan lebih bisa memahami dan merasakan lebih banyak welas asih untuk kesulitan orang tersebut.

Contoh lain, jika Anda mengalami masalah keuangan yang besar, seperti kehilangan pekerjaan atau mengalami gulung tikar. Ketika Anda benar-benar memahami seperti apa rasanya berada dalam kondisi seperti ini, benar-benar menghadapi masalah dalam mencari penghasilan untuk bertahan hidup; jika kemudian Anda bisa keluar dari masalah tersebut dan berhasil mencapai kondisi yang lebih baik, maka berdasarkan pengalaman pribadi Anda, ketika Anda melihat seseorang mengalami hal yang sama, pengalaman tersebut akan membuat perbedaan besar bagi cara Anda merasakan masalah mereka. Anda akan lebih bersimpati terhadap mereka karena Anda sendiri telah melaluinya. Jika Anda tidak pernah mengalami situasi demikian, ketika Anda mengetahui orang lain dalam masalah, tentu saja Anda merasa sedih tapi tidak akan sama seperti perasaan orang pertama tadi yang sudah pernah mengalami hal yang sama.

Inilah sebab mengapa langkah pertama dari Lamrim mengharuskan seseorang merenungkan penderitaan di alam rendah dan membangkitkan perasaan takut atau ngeri padanya. Ini sebabnya pula mengapa Nagarjuna yang Agung mengatakan, ‘Setiap hari tanpa putus, kita harus merenungkan penderitaan hebat panas dan dingin di dalam neraka.’ Untuk alasan ini pulalah maka Sang Buddha mengajarkan bahwa Roda Kehidupan harus dilukis di samping pintu wihara. Di dalam Roda Kehidupan, terdapat lukisan yang menggambarkan penderitaan di tiga alam rendah. Nagarjuna mengajarkan bahwa setiap hari Anda harus mengingat penderitaan hebat dari panas dan dingin di alam rendah. Tujuannya adalah memberikan efek dalam mengatasi keprihatinan dan keterlibatan dengan kehidupan sekarang ini saja, serta mengatasi gangguan karena perhatian Anda begitu gampang teralihkan. Karena Anda memiliki kemelekatan yang besar terhadap berbagai hal dalam kehidupan ini, maka Anda mudah terjebak dengan berbagai hal yang berhubungan dengan saat ini saja. Sebab itu, jika Anda sanggup mengingatkan diri Anda sendiri akan penderitaan di alam rendah, maka hal tersebut akan menghasilkan efek penenang bagi kemelekatan Anda pada berbagai hal yang menyenangkan dalam kehidupan sekarang. Bila kemelekatan Anda sangat kuat, sehingga walaupun Anda mengingat penderitaan di alam rendah pada suatu hari namun jika Anda tidak melakukannya di hari berikutnya, maka dengan segera keprihatinan yang kuat dan keterlibatan dengan berbagai hal dari kehidupan sekarang ini akan mengambil alih, dan perhatian Anda juga akan teralihkan. Karenanya, Anda perlu mengingatkan diri Anda sendiri akan penderitaan ini, secara berulang-ulang.

Maka dari itu, perenungan akan penderitaan di alam rendah tidak hanya dilakukan oleh makhluk berkapasitas kecil, tapi juga dimeditasikan oleh mereka yang dimaksudkan dalam Lamrim, dengan kata lain, makhluk yang memiliki kecenderungan Mahayana. Topik meditasinya serupa dan cara memeditasikannya juga sama; yang berubah adalah tujuan di balik meditasinya. Makhluk kapasitas kecil akan memeditasikannya sebagai dasar untuk praktik mengambil perlindungan mereka, dalam rangka untuk mendapatkan kelahiran yang lebih tinggi, tanpa beraspirasi apa-apa lagi. Sementara bagi mereka yang dituju oleh ajaran Lamrim, praktik merenungkan penderitaan di alam rendah memiliki tujuan yang berbeda.

Untuk melanjutkan perbandingan antara makhluk kapasitas rendah dan mereka yang memiliki kecenderungan Mahayana —sebagaimana yang dimaksudkan dalam Lamrim – berdasarkan pemahaman mereka akan penderitaan di alam rendah, keduanya dapat beraspirasi untuk mendapatkan kelahiran yang lebih tinggi di dalam samsara, namun sekali lagi, bukan untuk alasan yang sama. Makhluk kapasitas rendah yang menyadari bahwa penderitaan di alam rendah menakutkan dan dengan menyadari kenyataan harus mengalami penderitaan ini kemudian mencari kelahiran di alam yang lebih tinggi hanya bertujuan untuk lolos dari penderitaan tersebut, bukan untuk tujuan lain. Sementara itu, praktisi Lamrim juga boleh berdoa dan beraspirasi untuk kelahiran yang lebih tinggi, seperti kelahiran sebagai manusia yang bebas dan beruntung; namun ini bukan tujuan tertinggi bagi mereka, melainkan hanya target sementara. Mereka bertekad bahwa jika dalam kehidupan ini mereka tidak berhasil merealisasikan Kebuddhaan demi kebaikan semua makhluk, maka mereka harus melanjutkannya di kehidupan yang akan datang. Mereka berdoa untuk mendapatkan bentuk kelahiran yang lebih tinggi, agar sanggup melanjutkan praktik mereka dalam rangka merealisasikan Kebuddhaan. Karenanya, tujuan dari harapan mendapatkan kelahiran yang lebih tinggi dalam kasus ini adalah sepenuhnya berbeda.

Sekali lagi, bagi praktisi yang dimaksudkan di dalam Lamrim, mereka tidak boleh hanya memeditasikan penderitaan di alam rendah, tapi juga mencakup penderitaan di dalam samsara secara keseluruhan. Alasannya tentu saja, jika mereka tidak membebaskan diri mereka sendiri dari penderitaan samsara secara keseluruhan, maka mereka akan terus mengalaminya. Maka dari itu, mereka memeditasikan penderitaan samsara secara keseluruhan untuk membangkitkan rasa takut tersebut, yakni penolakan terhadap samsara secara keseluruhan berikut aspirasi untuk pembebasan atau nirwana. Namun, tujuan untuk membangkitkan kualitas-kualitas ini, sekali lagi, berbeda dari makhluk kapasitas menengah. Praktisi Lamrim menyadari bahwa jika mereka tidak sanggup memahami penderitaannya sendiri di dalam samsara secara keseluruhan, untuk kemudian membangkitkan rasa takut terhadapnya, menolaknya, dan beraspirasi menuju pembebasan; maka tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk melangkah ke tahap berikutnya, yaitu membangkitkan welas asih bagi semua makhluk.

Jadi makhluk kapasitas menengah dan makhluk yang dimaksud di dalam lamrim persis melakukan meditasi yang sama pada penderitaan samsara. Namun, tujuan mereka melakukan meditasi ini berbeda. Makhluk kapasitas menengah memeditasikan penderitaan ini untuk membangkitkan penolakan terhadap samsara dan merealisasikan kebebasan pribadi yang lengkap dari samsara. Karenanya, tujuan mereka bersifat pribadi dan tidak berhubungan dengan siapapun juga. Bagi pengikut Lamrim, walaupun cara mereka memeditasikan penderitaan samsara pada umumnya adalah sama, namun alasan dibaliknya berbeda. Mereka juga ingin merealisasikan penolakan yang murni dari samsara. Namun, mereka menyadari bahwa hanya ketika mereka benar-benar memahami hakikat penderitaan samsara dalam kaitan dengan diri mereka sendiri (ketika mereka memiliki perasaan yang murni bahwa keberadaan samsara mereka sendiri tak tertahankan) maka barulah mereka bisa benar-benar memahami kesulitan makhluk lain di dalam samsara; dan barulah mereka sanggup membangkitkan keinginan, tidak hanya untuk membebaskan diri mereka sendiri, namun juga semua makhluk darinya.

Kesimpulannya, sebab berlindung yang akan dibangkitkan oleh mereka yang dimaksudkan di dalam Lamrim adalah sebagai berikut: Pertama, rasa takut akan penderitaan di alam rendah pada khususnya dan rasa takut dengan penderitaan samsara secara keseluruhan; Kedua, keyakinan bahwa Triratna memiliki kemampuan sempurna untuk melindungi seseorang dari penderitaan-penderitaan tersebut; Ketiga, perasaan welas asih terhadap semua makhluk, dengan menyadari penderitaan mereka di dalam samsara sama dengan penderitaan kita juga.

Berkaitan dengan meditasi pada penderitaan di alam rendah, Anda mungkin berpikir, “Apa maksudnya merenungkan penderitaan alam rendah? Sekarang kan saya terlahir sebagai manusia jadi mengapa saya harus memeditasikan penderitaan yang mengerikan yang tidak saya alami sekarang?Mengapa menakut-nakuti diri sendiri dengan sesuatu yang tidak masuk di akal?” Jawabannya adalah, walaupun Anda dapat meloloskan diri dari penderitaan tersebut untuk sementara waktu, namun tidak berarti Anda telah lolos untuk selamanya. Sesungguhnya, setiap saat ada kemungkinan bagi Anda untuk langsung mengalami penderitaan tersebut. Hari tersebut mungkin akan datang lebih cepat dari yang Anda kira. Meskipun Anda bisa menutup mata dan berpura-pura bahwa penderitaan di alam rendah bukanlah urusan Anda, namun ini bukan sikap yang realistis. Mengapa demikian? Karena masing-masing dari Anda memiliki sebab yang berbeda di dalam diri Anda untuk mengalami penderitaan-penderitaan ini, jadi Anda mungkin harus mengalaminya lebih cepat dari yang Anda bayangkan.

Karena Anda memiliki semua sebab untuk terlahir di alam rendah, maka hanya butuh satu dari semua sebab tersebut untuk matang dan menghasilkan akibatnya, tahu-tahu Anda sudah terlahir di sana. Anda mungkin bertanya-tanya, “Mengapa saya bisa memiliki sebab untuk terlahir di alam rendah? Saya kok merasa tidak melakukan hal demikian.’ Namun, apakah Anda tidak pernah marah, cemburu, kikir, atau tamak? Jenis pikiran tersebut mendorong Anda untuk melakukan berbagai tindakan. Bisa berupa tindakan fisik dan Anda mungkin didorong untuk membunuh, mencuri, atau terlibat dalam tindakan seksual yang tidak pantas. Anda bisa saja berbohong, mengatakan sesuatu yang memisahkan orang-orang, mengatakan hal-hal yang menyakitkan, atau hanya sekadar sesuka hati melakukan banyak pembicaraan tak berguna. Bagaimana dengan sifat tamak Anda? Keinginan Anda untuk menyakiti orang lain? Atau pandangan salah Anda? Bisa dipastikan Anda telah melakukan semua ini.

Kalau kita melihat kehidupan sekarang, tanpa perlu mempersoalkan kehidupan yang lain – dalam kehidupan sekarang, ketika Anda masih kecil, mungkin Anda tidak memahami apa yang baik dan buruk. Anda tidak paham mengenai berbagai sifat pikiran yang berbeda, seperti kemarahan atau tindakan lainnya, sehingga Anda melakukan berbagai hal tanpa menyadari bahwa itu semua adalah perilaku yang buruk. Namun, bahkan setelah beberapa waktu di dalam hidup Anda, ketika Anda telah mampu mempelajari lebih banyak mengenai jenis-jenis perilaku yang harus dihindari dan yang harus dilakukan; terlepas dari pengetahuan yang sudah Anda peroleh, Anda tetap saja melakukan banyak hal negatif, semata-mata karena Anda memang memiliki kebiasaan buruk ini.

Mari kita lihat ketika Anda ingin membangkitkan perasaan welas asih yang sejati. Anda perlu duduk dan bermeditasi, menggunakan kekuatan perenungan, analisis, dan konsentrasi. Setelah mengeluarkan usaha, Anda mungkin bisa membangkitkan sesuatu. Walau demikian, meskipun Anda melalui semua usaha untuk bermeditasi dan sebagainya, tidak ada jaminan bahwa Anda sanggup membangkitkan perasaan welas asih yang sesungguhnya di dalam diri Anda; kalaupun bisa, itu hanya setengahnya saja dan diarahkan hanya kepada mereka yang Anda senangi, seperti teman-teman Anda, orang-orang yang Anda kasihi, dan sebagainya. Ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang kita sebut sebagai welas asih agung atau welas asih universal yang mencakup semua makhluk.

Sekarang, mari lihat sebaliknya – ketika muncul saatnya untuk marah, Anda tidak perlu duduk, merenung, menggunakan kekuatan analisis Anda, dan melihat semua alasan baik untuk melakukannya. Saat beberapa kondisi datang bersamaan, kemarahan akan bangkit dengan sendirinya, tanpa usaha sedikit pun. Misalnya, adakah di antara Anda sekalian yang harus duduk dan bermeditasi untuk membangkitkan kemarahan? Kemarahan tidak membutuhkan meditasi apapun. Dia bangkit dengan sendirinya, tanpa sedikit pun usaha. Satu-satunya alasan mengapa ia bisa bangkit dengan begitu mudah karena Anda telah menanamkan kebiasaan untuk marah dan telah membiasakan diri untuk marah. Lebih lanjut, hal tersebut juga dikarenakan kebodohan yang besar makanya Anda marah. Mata kebijaksanaan Anda tidak terbuka dan Anda buta akan kondisi yang sebenarnya berlaku. Anda gagal melihat bagaimana kemarahan menyakiti Anda dan orang lain. Anda gagal melihat akibatnya sehingga kebodohan juga mendukung kebiasaan Anda untuk marah.

Cara untuk memahami berapa banyak sebab kelahiran kembali di alam rendah yang Anda miliki di dalam diri Anda adalah dengan melihat cara Anda berperilaku di dalam kehidupan sekarang. Ketika tiba saatnya untuk berusaha melakukan sesuatu yang baik, misalnya, jika Anda memiliki komitmen harian, Anda sering memiliki kecenderungan untuk berusaha dan melakukannya secepat mungkin karena Anda lebih merasa hal tersebut sebagai kewajiban dibandingkan sesuatu yang lain. Hal yang sama berlaku untuk jenis tindakan bajik apapun yang Anda lakukan. Anda merasa sangat sulit dan harus memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang baik. Sebaliknya, ketika tiba saatnya melakukan sesuatu yang kurang berguna, Anda melakukannya dengan sangat mudah. Ketika mempraktikkan kebajikan, Anda kurang semangat dan tidak ada perasaan suka cita yang sebenarnya untuk hal tersebut. Di sisi lain, ketika melakukan perbuatan negatif, hal tersebut muncul dengan sangat gampang dan tidak membutuhkan usaha apapun. Misalnya, Anda senang sekali terlibat dalam ucapan tak berguna (bergosip) dan kata-katanya keluar begitu saja dari mulut Anda tanpa perlu berusaha sama sekali.

Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari—waktu yang tepat untuk melakukannya, Anda mungkin membutuhkan persiapan tertentu untuk tidur. Beberapa orang bahkan mungkin butuh minum obat tidur dan sebagainya. Namun, ketika tiba saat lain ketika Anda tidak seharusnya tidur—seperti  saat pengajaran Dharma atau belajar, Anda tidak membutuhkan usaha apapun. Tidak perlu minum obat tidur saat itu dan semuanya terjadi dengan sendirinya. Ini semua bukanlah pertanda yang baik. Ini menandakan bahwa Anda memiliki banyak karma penghalang di dalam batin Anda, yakni karma-karma negatif yang menghalangi Anda. Untuk masalah tidur pada waktu yang tidak tepat, semuanya bergantung – bagi orang-orang yang lemah secara fisik atau sudah tua, ada alasan berbeda bagi mereka untuk tidur selama siang hari karena tubuh mereka telah kehilangan sejumlah tenaga dan oleh karenanya, mereka cenderung tidur pada saat yang berbeda.

Perhatikan betapa jelasnya Anda dapat melihat batin Anda dalam berbagai pertunjukan yang mungkin telah Anda saksikan di televisi. Ketika Anda ingin menghadirkan kembali kejadian-kejadian ini dalam batin, tidak ada kesulitan yang berarti. Anda mendapatkan gambaran yang jelas dalam batin Anda, segala sesuatu persis seperti yang Anda lihat. Sekarang coba visualisasi Sang Buddha. Apakah gambarannya jelas? Mustahil Anda bisa mendapatkan gambaran Buddha dalam batin Anda sejelas dengan pertunjukan yang Anda saksikan sebelumnya. Hal yang sama berlaku ketika Anda ingin membangkitkan beberapa jenis kebajikan dalam batin Anda. Anda benar-benar harus berjuang dan bagi kebanyakan orang segala sesuatu tetap saja tidak jelas. Semua ini merupakan pertanda yang jelas akan penghalang karma yang kuat dalam diri Anda. Kurangnya kebiasaan yang baik dalam meditasi Anda juga merupakan pertanda bahwa Anda tidak membuat kebiasaan memeditasikan kebajikan dan membiasakan batin Anda dengan kebajikan.

Dalam biara Dagpo Dratsang, berbagai nasihat sering diberikan dan kadang-kadang mereka melakukannya dengan bentakan. Guru disiplin adalah seseorang yang akan memberikan nasihat dan menegur para biksu. Sudah merupakan kebiasaan dalam biara bagi mereka untuk mengatakan, ‘untuk melakukan kebajikan atau karma putih, dia seperti orang yang berusaha mengendarai seekor keledai yang kelelahan menanjaki bukit yang curam. Tapi untuk melakukan ketidakbajikan atau karma hitam, mereka semudah air yang mengalir turun dari bukit yang curam.’ Ketika Anda memiliki keledai yang keras kepala, yang sudah sangat lelah, akan sangat sulit untuk membuatnya bergerak, terutama untuk menaiki bukit yang curam. Tak peduli apapun yang Anda lakukan – apakah memukulnya, menariknya atau mendorongnya, tetap akan sangat sulit untuk menggerakkan keledai tersebut. Perilaku bajik Anda sama beratnya seperti menyuruh keledai tersebut menaiki bukit. Tapi untuk sikap buruk, tidak ada usaha yang dibutuhkan dan ia terjadi semudah air yang mengalir turun pada air terjun di bukit yang curam. Dengan cara inilah, Anda dapat memahami bahwa Anda memiliki resiko besar untuk terlahir kembali di alam yang lebih rendah pada kelahiran Anda yang akan datang.

Penderitaan terlahir di alam rendah sangat mengerikan dan sulit untuk dibayangkan. Misalnya, jika Anda mengamati hebatnya panas dan bayangkan akan seperti apa Anda bila harus mengalami rasa panas tersebut dalam kehidupan Anda sekarang dengan bentuk fisik Anda sekarang, maka itu sungguh tak tertahankan. Inilah sebabnya mengapa Arya Nagarjuna mengatakan, “bahkan hanya melihat gambar dari alam neraka atau hanya mendengarnya saja sudah akan membuat kita tidak nyaman, apalagi kalau benar-benar harus mengalami penderitaan tersebut?’ Apakah Anda mengalami penderitaan tersebut dengan tubuh yang lain atau dengan tubuh yang Anda miliki sekarang, akan sama saja karena itu tetap tubuh Anda. Oleh karena itu, sekarang Anda harus merenungkan dan membangkitkan perasaan bahwa keterpaksaan untuk mengalami penderitaan alam rendah adalah sesuatu yang mengerikan. Sekarang Anda merenungkan bahwa Anda memiliki kelahiran yang lebih tinggi, yakni sebagai manusia yang memiliki kebebasan tertentu dan diberkahi dengan berbagai jenis keberuntungan yang baik. Anda harus melakukan apapun yang Anda bisa untuk memastikan bahwa Anda terhindar dari semua penderitaan ini di kehidupan yang akan datang. Jika Anda tidak sanggup memenuhi tujuan tersebut, lantas apa gunanya Anda memiliki kelahiran yang baik ini. Jika Anda menggunakan kehidupan ini hanya untuk mencari makanan, pakaian, tempat bernaung, melindungi anak-anak Anda dan bertikai dengan musuh, maka hidup Anda sama saja seperti binatang. Inilah sebabnya mengapa guru-guru Kadam sering mengatakan, ‘sekarang saatnya untuk membedakan diri kita sendiri dari binatang.’

Di sesi selanjutnya Anda akan merenungkan kenyataan bahwa Anda memiliki banyak sebab di dalam diri Anda untuk kelahiran kembali di alam rendah, karenanya Anda memiliki resiko besar untuk mengalami penderitaan-penderitaan tersebut. Anda akan berpikir betapa sulitnya bila harus menjalani penderitaan tersebut,  yang kemudian akan membimbing Anda pada suatu kesimpulan bahwa di kehidupan saat ini, Anda harus berupaya habis-habisan untuk memastikan Anda tidak harus mengalami penderitaan ini.

Transkrip Pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Kadam Tashi Choe Ling, Kuala Lumpur, Malaysia pada Desember 2003
Transkrip selengkapnya terdapat dalam buku “Berlindung Jld. 1”

Berlindung, Pintu Gerbang Memasuki Ajaran