Dasar Buddhisme

Melatih Kesabaran


Kita berbicara tentang mengurangi kemarahan kita. Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara kita melakukannya? Apakah cukup hanya dengan memutuskan bahwa kita tidak akan marah lagi, duduk tenang dan melakukan meditasi konsentrasi? Katakanlah kita memilih cara tersebut, pertanyaannya: apakah cara tersebut akan menjadi metode yang efektif untuk mengurangi kemarahan? Mungkin selama melakukan meditasi konsentrasi kita akan sanggup untuk menahan amarah kita, tapi ini bukanlah cara yang paling efisien untuk mengurangi kemarahan kita. Jadi ketika kita sedang melakukan meditasi konsentrasi, tidaklah mungkin kita mendadak marah jika kita memang sedang melakukan meditasi yang baik. Walaupun demikian, kita akan menghadapi resiko lainnya, yaitu kita mungkin ketiduran! Kita semua tahu ini adalah sesuatu yang bisa terjadi.

Baca juga: https://dagporinpoche.id/ajaran/dasar-buddhisme/apa-itu-kesabaran/

Seperti yang kita ketahui, ada banyak faktor mental pengganggu (kilesha). Tapi di antara semuanya, yang memberi efek kekerasan paling besar barangkali adalah kilesha kemarahan. Jika kita memiliki sahabat yang pembawaannya mudah emosi, kita tahu benar bahwa orang ini pasti bukanlah orang yang tenang tapi sangat gelisah dan kasar. Jika demikian, yang menyebabkan ia berperilaku demikian adalah kemarahannya. Oleh karena itu, sifat alami dari kemarahan adalah kasar, penuh kekerasan, penuh dengan permusuhan dan sebagainya. Oleh sebab itu, apabila kita memberikan penawar yang bersifat halus dan mungkin tidak terlalu kuat, seperti meditasi konsentrasi yang sederhana, tidaklah cukup untuk menanggulangi kemarahan seseorang. Anda membutuhkan penawar sekuat kemarahan tersebut. Kasus ini seperti sebuah pertandingan tinju, di mana jika seseorang memberikanmu pukulan yang kuat dan Anda ingin menahan agar tidak terjatuh, maka Anda akan melawan balik dengan memberikan pukulan sekuat yang Anda terima untuk mencegah Anda terjatuh. Jika tidak, balasan kecilmu yang lemah tidak akan cukup untuk menahan pukulan lawanmu.

Mengurangi kemarahan seseorang dengan Meditasi Analitik–manfaat-manfaat mempraktikkan kesabaran

Oleh karena itu kita membutuhkan sebuah penawar yang sekuat dan seefektif penyakit atau masalah yang sedang ingin kita atasi. Satu-satunya cara untuk berhasil adalah dengan meditasi analitik. Dengan kata lain, kita merenungkan, dengan cara memikirkannya terus-menerus dari berbagai sisi yang berbeda, dimulai dari merenungkan manfaat besar dari kesabaran dan kerugian sifat sebaliknya. Jika kita merenungkan manfaat besar dari kesabaran, tidak hanya sekali maupun dua kali, tapi terus-menerus, memahami manfaatnya yang tak terukur akan membuat pemahaman kita jelas dan mendalam. Inilah yang akan berfungsi untuk melawan sifat kemarahan kita.

Contoh yang berkaitan dengan bagaimana perenungan ini memiliki efek memperkuat reaksi awal kita terhadap sesuatu, kita dapat mengambil contoh penawar untuk kemelekatan. Mari kita ambil contoh objek kemelekatan apa saja. Misalnya satu setelan pakaian, rumah, atau pun seseorang. Lalu, misalnya, Anda jalan-jalan ke sebuah toko dan melihat satu setelan pakaian dan berpikir, “Hmm… saya ingin memilikinya tapi tidak dapat memutuskannya sekarang.” Ketika Anda balik ke rumah, Anda terus memikirkannya. Anda memikirkan warna kainnya yang sangat indah berikut potongannya yang sempurna, bahannya yang bagus; Anda memikirkan semua yang namanya kualitas-kualitas baik dari barang tersebut terus-menerus hingga kemelekatan kita menguat dan tidak ada pilihan lain selain pergi dan membeli barang tersebut.

Poin di atas adalah salah satu contoh. Kondisi ini juga berlaku untuk orang, rumah, bahkan kendaraan. Demikianlah caranya bagaimana Anda memperkuat sikap hingga ke titik ia menjadi spontan atau tanpa perlu dibangkitkan dengan susah payah. Jadi, ketika Anda telah merenungi apa yang kita sebut dengan kualitas baik dari satu setelan pakaian hingga ke titik di mana kemelekatan sudah berkembang menjadi sangat kuat, Anda tidak punya pilihan lain selain pergi dan membelinya, jika Anda memiliki uang. Meskipun demikian, jika Anda tidak memiliki uang, satu-satunya cara adalah pergi dan meminjam uang dan berakhir dengan utang.

Dalam Buddhisme, proses yang sama dengan kondisi di atas yang digunakan. Kita diajarkan berbagai metode dan kita perlu berpikir dengan meditasi analitik ini secara terus-menerus, meng-akrab-kan batin kita dengan kualitas dan cara berpikir tertentu sehingga kita dapat membangkitkan kualitas-kualitas tersebut dan menjadikannya lebih kuat dan makin kuat.

Apa yang perlu kita renungkan sekarang, yang sejalan dengan cara penawar kemarahan yang pertama, adalah meninjau aspek manfaat-manfaat sikap kebalikannya, yaitu kesabaran. Tentu saja Sang Buddha telah menjelaskan manfaat-manfaatnya dalam berbagai sutra. Selain itu, penjelasan-penjelasannya juga terdapat dalam berbagai naskah dan komentar terhadap sutra. Oleh karena itu, banyak karya yang bisa kita kutip tapi untuk memaparkannya satu-per-satu akan memakan waktu yang lama. Jadi, apa yang bisa kita lakukan adalah merujuk ke salah satu karya Jey Tsongkhapa di mana Beliau telah merangkum semua kualitas ini.

Ringkasnya, Beliau mengatakan bahwa kita dapat melatih kesabaran kapan saja, bahwasanya kesenangan dan kebahagiaan kita tidak akan menurun dan sebagai akibatnya, dalam kehidupan saat ini, kita akan tetap bahagia. Lebih lanjut lagi, dengan menjadi sabar sekarang kita akan menutup pintu ke alam rendah di kehidupan mendatang. Sebagai gantinya, kita akan memperoleh kelahiran unggul dengan kebebasan dan keberuntungan. Dan, selagi kita terus mempraktikkan kesabaran, kita akan mampu berkembang di tahapan jalan spiritual hingga kita mencapai Kebuddhaan dan dengan demikian menyempurnakan praktik kesabaran kita.

Banyak perumpamaan yang dapat digunakan untuk menjelaskan manfaat-manfaat kesabaran. Salah satunya adalah “baju besi”. Jika kita dapat melatih kesabaran, kita seperti mengenakan baju besi setiap saat. Kita akan kebal terhadap kekerasan yang ingin dilakukan orang lain terhadap kita. Panah ucapan kasar, sebagai contohnya, tidak akan sanggup menyakiti atau memengaruhi kita. Hal ini cukup jelas seandainya Anda mengambil contoh dua orang, satunya orang yang sabar dan satunya lagi orang yang tidak sabar, kemudian hadir orang ketiga yang mengatakan sesuatu yang kejam dan menyakitkan, ucapan kasar tersebut tentu saja tidak akan benar-benar memengaruhi orang yang sabar. Dia akan kebal terhadap ucapan tersebut. Dia tidak akan terpengaruh dan tidak akan tersakiti sama sekali. Sementara orang yang tidak sabar akan terpengaruh secara mendalam hanya dengan sindiran kecil yang tidak menyenangkan hatinya. Orang seperti ini kekurangan amunisi kesabaran dan akibatnya panah-panah ucapan kasar akan menghantamnya tepat di jantung hatinya.

Jadi, bayangkan jika seseorang tiba-tiba menyerang ke dalam ruangan ini sekarang. Orang tersebut mulai mengomel, memaki, atau mengkritik setiap orang yang ada di sini sekarang. Reaksi yang timbul dari ucapannya akan beragam. Beberapa orang akan sulit untuk menahan diri dan mungkin akan bangkit dan menendang orang tersebut keluar. Sementara yang lain tidak begitu terpengaruh oleh ucapannya. Mereka memang tersakiti namun mereka sanggup untuk tetap tenang. Di sisi lain, hanya ada segelintir orang yang benar-benar tidak terpengaruh olehnya. Jadi, ucapan yang sama yang ditujukan untuk semua orang di sini. Perbedaannya hanya terletak pada tingkat kesabaran orang-orang tertentu yang lebih besar dibandingkan orang-orang lainnya.

Ada perumpamaan lain yang digunakan oleh Jey Tsongkhapa. Beliau mengatakan kesabaran adalah perhiasan terindah yang bisa dipakai oleh semua orang. Dalam masyarakat kita, orang-orang mengenakan perhiasan. Mengapa mereka ingin mengenakan perhiasan? Mereka mengenakan perhiasan karena mereka ingin tampil menarik di hadapan orang lain. Walaupun demikian, perhiasan tidaklah selalu cocok dikenakan oleh siapapun. Ambil contoh seorang yang telah lanjut usia dan mengenakan banyak perhiasan, bahkan boleh dibilang bertaburan permata. Penampilan tersebut sungguh sangat tidak pantas dan tidak menarik walaupun mungkin perhiasannya menarik.

Lantas, bagaimana dengan seseorang yang mungkin lebih muda dan mengenakan perhiasan, dengan maksud ingin kelihatan menarik bagi yang lain, kemudian sesuatu terjadi dan orang tersebut mulai marah, apa yang terjadi kemudian? Walaupun mungkin perhiasannya masih menarik namun orang yang mengenakannya tidak lagi kelihatan menarik. Kita semua tahu dengan jelas bahwa siapapun yang mulai marah, raut mukanya berubah dan ekspresi kemarahan yang timbul di wajahnya membuatnya sangat tidak menarik. Walapun perhiasannya yang dalam cerita ini tadinya sangat menarik, tapi kemudian daya tariknya hilang seketika. Di sisi lain, perhiasan kesabaran diyakini merupakan jenis perhiasan yang sesuai untuk siapa saja, baik muda maupun tua, dan merupakan sesuatu yang akan selalu membuat seseorang menarik.

Akibat dari kesabaran tidak hanya terjadi di penampilan fisik kita. Efeknya tidak segera hilang namun bertahan untuk waktu yang lama. Nagarjuna menyebutkan adanya kilau kesabaran. Jika seseorang melatih kesabaran di kehidupan ini, di kehidupan mendatang sebagai hasil karma dari praktik kesabarannya, orang ini akan terlahir dengan penampilan fisik yang menarik. Inilah akibat karma langsung dari mempraktikkan kesabaran.

Jadi faktanya, kebanyakan dari kita di sini memiliki penampilan fisik menarik yang cukup beralasan karena praktik kesabaran kita di masa lampau. Jika kita merenungkan hal ini, kita juga bisa melihat kenyataan ini di orang lain. Kita tahu bahwa beberapa orang memiliki tubuh yang ideal dan proporsional. Ketika kita menganalisis penampilan mereka, kita akan setuju bahwa mereka berpenampilan menarik, namun ada sesuatu yang hilang yang mengakibatkan mereka tidak berlaku menarik bagi semua orang. Di sisi lain, Anda mungkin pernah bertemu dengan orang-orang yang mungkin tidak terlalu proporsional, badan mereka tidak terlalu baik dan tidak begitu menarik secara fisik. Tapi, kadang-kadang, mereka memiliki daya tarik dan pesona tertentu yang menarik dan menyenangkan setiap orang yang melihatnya.

Dalam kasus yang pertama, apa yang hilang adalah kualitas kesabaran atau praktik kesabaran di waktu-waktu sebelumnya. Sementara di kasus yang kedua, orang tersebut telah mempraktikkan kesabaran dan sebagai hasilnya, walaupun fisiknya tidak sempurna, dia memiliki daya tarik secara fisik. Ini adalah hal yang tidak sulit untuk dimengerti. Ada banyak akibat yang bisa kita amati dengan mata kita dalam banyak kasus dan kita hanya mengetahui sedikit manfaat dari kesabaran yang nyata. Kesabaran masih memiliki banyak manfaat. Lihat saja tubuh fisik Buddha. Salah satu ciri tubuh fisik Buddha adalah, seseorang tidak akan pernah jemu merenungkan tubuh fisik seorang Buddha, dan ini merupakan akibat dari berbagai kebajikan, khususnya penyempurnaan kesabaran. Jadi ini adalah beberapa hal yang perlu kita pikirkan untuk mendorong pemahaman kita tentang besarnya manfaat kesabaran.

Seperti yang sudah diajarkan bahwa kita perlu merenungkan semua poin manfaat-manfaat–manfaat langsung; manfaat jangka panjang; manfaat di kehidupan sekarang; manfaat di kehidupan yang akan datang; dan bahkan secara jangka panjang, untuk pencapaian Kebuddhaan. Kita perlu menganalisis pertanyaan, argumen-argumen, dan alasan-alasan serta memikirkannya terus-menerus hingga kita mendapatkan kepastian absolut tentangnya. Ketika kita telah memiliki pendirian yang pasti dan teguh mengenai manfaat kesabaran, maka kita tidak perlu memaksa diri kita lagi untuk melatihnya, ataupun mencoba dan meningkatkan kesabaran, karena secara alami dan spontan kita akan sabar.

Jika kita tidak merenungkan manfaat kesabaran berulang-ulang dan mendapatkan pendirian yang kokoh tentangnya, maka sikap kita sama saja seperti sebelumnya, yang berbeda sama sekali dengan kualitas ini dan kita tidak akan melihat pentingnya dan tidak merasa ingin mempraktikkannya.

Ini hanyalah penjelasan singkat dari beberapa manfaat kesabaran.

Transkrip Pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Indonesia pada Desember 2004
Transkrip selengkapnya terdapat dalam buku “Kesabaran Penawar Kemarahan”