Dasar Buddhisme

Apa itu Kesabaran?


Penawar Kemarahan

Sebelum kita dapat melatih kesabaran, pertama sekali kita harus mengerti dengan benar, apa itu kesabaran. Kita perlu menunjuk dengan tepat, apa yang dimaksud dengan kesabaran. Kita juga perlu mengetahui metode yang mampu mendorong kita untuk mau melatih kualitas ini. Lebih jauh lagi, untuk benar-benar memahami kesabaran, kita harus mempelajari tentang berbagai aspeknya yang berbeda dan berbagai jenis kesabaran yang ada. Penting bagi kita untuk mengetahui cara menjadikan diri kita akrab dengan kesabaran.

Pertama, apa itu “kesabaran”? Untuk memahaminya lebih baik, kita perlu mempelajari berbagai jenis kesabaran. Sebenarnya, kesabaran adalah faktor batin. Ia adalah bagian dari diri kita sendiri. Kesabaran merupakan kualitas batin, dan bergantung kepada keadaan, ia memiliki kemampuan untuk tetap tenang di hadapan berbagai bentuk kesulitan.

Kondisi yang pertama adalah saat seseorang menyakiti kita. Kita tidak menanggapi secara negatif. Ini adalah sebuah jenis kesabaran.

Kondisi yang kedua merupakan penderitaan sederhana secara umum. Kita menderita ketika seseorang menyakiti kita, mencoba untuk menyakiti kita, atau apapun sumber dan bentuk penderitaan lainnya. Sekali lagi, kesabaran-lah, yang akan menjadi kualitas yang menjadikan kita tidak dikuasai oleh masalah.

Kondisi yang ketiga, keadaan di mana kualitas ini dapat muncul adalah saat kesulitan timbul ketika kita berjuang mempraktikkan dharma. Sebagai contoh, ketika Anda belajar dan ketika Anda mencoba untuk menerapkan ajaran yang Anda dengar, seringkali penghalang dapat muncul tiba-tiba dan sekali lagi Anda akan menghadapi kesulitan. Dalam keadaan ini, jika Anda bertahan dengan kesulitan ini dan tidak dikacaukan oleh mereka, maka inil adalah satu bentuk kesabaran tersendiri. Jadi secara umum, ketiga kondisi di atas adalah penjelasan yang dapat dikatakan tentang kualitas kesabaran.

Sekarang mari kita kembali ke kondisi yang pertama. Yaitu, keadaan ketika seseorang menyakiti atau berusaha menyakiti Anda. Mari kita bahas ini tidak dengan cara yang sukar dimengerti. Masing-masing dari kita telah memiliki pengalaman ini dalam kehidupan kita. Seseorang telah berkali-kali melakukan sesuatu untuk menyakiti atau berusaha menyakiti kita. Dalam kondisi demikian, Anda dikatakan sabar jika Anda sungguh-sungguh “tidak ambil pusing” tentangnya. Demikian ungkapan tersebut dalam Bahasa Tibet dan Anda juga bisa menggunakannya dalam Bahasa Inggris.

Dengan kata lain, secara harfiah, Anda benar-benar tidak memikirkannya sama sekali. Jadi, ketika seseorang menyakiti Anda atau mengatakan sesuatu yang mencela Anda, biasanya Anda akan membalas dengan cara yang negatif seperti “Ini benar-benar tidak bagus sama sekali, saya tidak menyukainya, saya tidak bisa menerima perilaku seperti itu.” Dalam kasus ini, menjadi sabar berarti kebalikan dari sikap di atas, yakni di mana Anda kurang menanggapi gangguan/ bahaya yang dilakukan orang lain terhadap Anda dan Anda tidak membiarkannya mempengaruhi Anda.

Jadi, bahkan ketika seseorang menyakitimu, jika Anda bereaksi dengan cara demikian, rasa sakitnya mungkin masih ada tapi hanya dalam kadar tertentu. Dengan mendudukkan persoalan dalam perspektif yang tepat dalam kerangka berpikir Anda, yaitu dengan mengurangi rasa penting dari rasa sakit tersebut, jika Anda sabar (dengan tidak mengganggapnya sebagai masalah besar) dan membuat rasa sakit itu kelihatan lebih kecil daripada yang seharusnya, maka itu adalah sebuah bentuk kesabaran.

Bentuk kedua adalah kesabaran yang Anda miliki ketika Anda sedang menderita dalam satu atau lain bentuk, yang disebabkan oleh seseorang ataupun yang disebabkan oleh kondisi lain—apapun penyebab dari penderitaan Anda—Anda tetap sabar ketika sedang menjalani penderitaan. Jenis kesabaran yang kedua ini adalah kesabaran dalam menerima penderitaan. Contohnya, ketika Anda sedang menderita, baik secara fisik, batin, atau apapun—satu hal yang pasti adalah adanya hasil yang telah berbuah dalam diri Anda. Anda sedang mengalami sesuatu yang membuat Anda menderita dan yang kita bicarakan di sini adalah tanggapan kita terhadap situasi tersebut.

Yang paling sering terjadi ketika kita menderita adalah kita menolak penderitaan tersebut dan ingin melawan kembali. Dalam kasus ini, melatih kesabaran merujuk pada kurangnya sikap menahan diri, dengan kata lain merujuk pada sikap menerima situasi menderita tersebut. Dengan demikian kesabaran menjadi suatu kondisi di mana kita menerima dan berpikir, “Ini toh sudah terjadi. Aku tidak bahagia. Apa yang aku alami–perasaan tidak senang atau sakit, bukanlah suatu kebetulan. Itu merupakan hasil dari karmaku. Jadi sekarang aku telah mengalami karma ini, berarti aku telah  membersihkan satu karma negatifku.” Perenungan seperti ini akan membuat Anda mempertahankan suatu kondisi batin, yang merupakan sebuah bentuk kesabaran juga.

Kondisi menderita atau sakit yang Anda alami saat itu adalah sesuatu yang telah terjadi. Anda tidak bisa kembali ke masa sebelumnya dan menghapus apa yang telah terjadi. Ketika Anda sedang berada dalam kondisi menderita tersebut, bila Anda melawan dan bertahan, dalam artian jika Anda menolaknya, maka Anda hanya memperburuk keadaan karena Anda menambahkan bentuk penderitaan yang lain di atas penderitaan yang sedang Anda alami. Sebaliknya, jika Anda berpikir, “Baiklah, sekarang saya telah mengalaminya, apa yang berhasil saya raih adalah saya telah sanggup membersihkan satu karma buruk.” Jika Anda menerima kondisi demikian, ini yang disebut sebagai satu bentuk kesabaran.

Bentuk ketiga dari kesabaran, seperti yang kita bicarakan, berlaku ketika Anda sedang mempraktikkan Dharma. Contohnya, ketika Anda sedang belajar atau ketika Anda sedang melakukan sesuatu yang positif. Pada suatu saat Anda akan merasa tidak sanggup untuk melanjutkan apa yang telah sebelumnya Anda putuskan untuk dilakukan. Anda merasa kurang mampu, atau bahkan bisa jadi Anda merasa putus asa. Dalam kondisi demikian, menolak untuk menyerah dan menjaga tekad Anda untuk melanjutkan apa yang Anda sedang lakukan adalah sebuah bentuk kesabaran.

Mari kita lihat kembali tiga kondisi yang telah disebutkan di atas dan lawan dari masing-masing ketiga bentuk kesabaran tersebut. Dalam kondisi yang pertama, ketika seseorang menyakiti Anda dan jika Anda tidak sabar, apa yang akan terjadi adalah Anda akan marah. Dalam kasus ini, kemarahan merupakan lawan paling utama dari kesabaran. Poin ini sangat jelas dan mudah dimengerti. Pada kondisi kedua, ketika Anda sedang menderita dikarenakan sebab apapun, sekali lagi, lawan dari kesabaran dalam kasus ini adalah munculnya kemarahan. Tapi terdapat pula kemungkinan reaksi tambahan terhadap kemarahan Anda, yaitu keputus-asa-an di mana Anda merasa tertekan oleh sakit atau penderitaan yang sedang berlangsung dan Anda membiarkan diri Anda menjadi murung atau putus asa.

Jika Anda memiliki rasa putus asa seperti ini, tidaklah mungkin untuk bisa membangkitkan kesabaran dalam bentuk menerima penderitaan. Jangan bayangkan bahwa kualitas kesabaran ini, bentuk kesabaran yang kedua yang kita sebut menerima penderitaan adalah sesuatu yang diterima dengan pasrah, suatu sikap yang pasif. Ketika Anda menerima penderitaan Anda, sikap tersebut merupakan sikap yang aktif dan sukarela.  Anda membuat keputusan yang disengaja untuk menerima situasi ini daripada hanya duduk dan membiarkannya terjadi. Membedakan keduanya bukanlah hal yang gampang tapi Anda harus mengerti bahwa mereka tidak sama.

Untuk kondisi yang ketiga, lawan dari kesabaran adalah kurangnya aspirasi. Contohnya, ketika Anda sedang melakukan beberapa tindakan yang bajik; bentuk praktik Dharma apapun seperti belajar, Anda mungkin akan menghadapi beberapa masalah atau kesulitan. Jika Anda, dalam kondisi demikian, kehilangan semangat; membiarkan diri Anda menyerah atau tergoda untuk menyerah; ini berarti Anda kurang aspirasi atau tekad, dengan demikian Anda kurang memiliki kesabaran.

Berhadapan dengan ketiga jenis kondisi yang berbeda-beda ini, jika Anda sanggup perlahan-lahan mengurangi tiga respon negatif terhadap masing-masing keadaan tersebut dan melatih tiga respon yang positif, yang merupakan ketiga jenis kesabaran, maka perlahan tapi pasti kualitas-kualitas kesabaran ini akan semakin menguat dan menguat di dalam dirimu. Dengan mengakrabkan diri dengan kualitas ini, sebenarnya Anda akan lebih tahan menghadapi berbagai kesulitan. Batin Anda juga akan menjadi lebih kuat. Anda akan semakin jarang dikalahkan oleh berbagai kesulitan. Seiring dengan berjalannya waktu Anda akan semakin meningkatkan kualitas ini dan jika Anda meningkatkannya hingga tingkat tertinggi, Anda akan memiliki, kemudian mencapai apa yang kita sebut, penyempurnaan kesabaran.

Jadi, jangan bayangkan Anda akan dengan mudah mengakhiri keadaan yang mengganggu dan menjengkelkan Anda, jangan pula bayangkan bahwa Anda tahu-tahu akan sanggup meningkatkan kesabaran Anda. Satu-satunya cara menyempurnakan kualitas kesabaran Anda adalah dengan mempraktikkannya di dalam diri Anda seperti Sang Buddha yang meraih kualitas penyempurnaan hingga tingkat tertinggi. Beliau menyempurnakan kesabarannya tapi beliau tentunya tidak mengakhiri semua kondisi eksternal yang menyulitkan. Ini adalah masalah bagaimana meningkatkan kualitas di dalam diri dan bukan bagaimana merubah kondisi di luar.

Poin ini juga yang dijelaskan oleh guru agung India, Shantidewa, dalam karya mahsyurnya, Bodhicaryavatarah. Beliau menjelaskan jika Anda ingin melindungi kaki Anda dari bahaya, Anda tidak seharusnya membayangkan bahwa Anda harus menutupi seluruh bumi dengan alas kulit. Anda cukup melapisi sol kaki Anda dengan alas kulit yang baik. Dengan kata lain, gunakan sol yang baik di sepatumu dan Anda bisa pergi ke manapun, baik di tanah berduri atau berbatu dan Anda akan terlindungi dari bahaya. Gagasan yang hendak disampaikan adalah tidaklah mungkin untuk mengakhiri semua kondisi menyulitkan di luar diri kita. Dengan kata lain, bahaya yang coba dijatuhkan oleh orang lain terhadap Anda tidaklah sesungguhnya bergantung kepada Anda. Tapi apa yang bisa Anda lakukan adalah mengakhiri musuh di dalam diri Anda, yaitu kurangnya kesabaran.

Sekarang, setelah kita memahami apa itu kesabaran, berikutnya bagaimana cara mendorong diri kita untuk melatih kualitas ini? Walaupun tersedia banyak jalan, yang terbaik adalah merenungkan manfaat besar dari melatih kesabaran dan kerugian apabila tidak melatih kesabaran.

 

Dikutip dari pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Indonesia pada Desember 2004.

Transkrip lengkap dapat dibaca dalam buku “Kesabaran Penawar Kemarahan”. 
Buku fisik ini dapat didapatkan di sini. Tersedia juga dalam bentuk ebook di sini.

Baca juga: https://dagporinpoche.id/ajaran/dasar-buddhisme/melatih-kesabaran/