Berita

Mengulas Prajna Paramita & Instruksi Guru yang Berharga

Diliput oleh Shierlen Octavia dan Listya Dharani

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 10–11 Juni 2023

Sabtu, 10 Juni 2023

Guru Dagpo Rinpoche kembali membuka sesi pengajaran pada hari ini dengan mengutip Arya Chandrakirti mengenai pentingnya menjaga diri sendiri ketika kita masih diberkahi oleh kehidupan sebagai manusia yang berharga. Guru Dagpo Rinpoche juga menyampaikan salam pembuka tashi deleg yang merupakan pertanda baik kita masih selamat, tidak kekurangan apapun, dan dapat bertemu kembali dalam sesi pengajaran Dharma. Beliau berpesan bahwa ini adalah hal yang patut direnungkan dengan baik karena jika tidak, kita akan merasa bahwa sesi seperti ini adalah sesi biasa dan rutinitas belaka. Padahal, kita terus mengalami kemusnahan dari satu momen ke momen berikut. Jika kita akan terus mengalami kehancuran dari momen ke momen, apa yang akan terjadi ketika kehidupan kita sebagai manusia berakhir? Oleh karena itu, kita harus merenungkan kondisi luar biasa yang kita miliki saat ini sebagai sebuah pertanda kebajikan. 

Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita untuk merenungkan betapa luar biasa kebajikan yang kita miliki hingga bisa bertemu dalam sesi Dharma seperti ini. Dengan kelahiran kita kini yang luar biasa bernilai, penting bagi kita untuk merenungkan sebaik-baiknya bahwa kita mempunyai tugas untuk mencapai Kebuddhaan lengkap sempurna. Jika kita tidak sanggup mencapai Kebuddhaan lengkap sempurna atau mencapai marga Mahayana dalam kehidupan ini, setidaknya kita harus bisa membangkitkan batin bodhicitta dengan spontan. Kita juga perlu menyadari bahwa kebajikan dari upaya memberikan kebahagiaan bagi setiap makhluk yang berjumlah tak terhingga bersifat luar biasa besar. Oleh karena itu, jika kita sanggup membangkitkan bodhicitta, kebajikannya pun akan sangat besar. Mengutip perkataan Bodhisatwa dalam doa Samantabhadra: “Di mana ada angkasa, di situ ada makhluk hidup” yang menjelaskan betapa tak terhingganya jumlah makhluk hidup sehingga kita juga berdoa agar doa dan aspirasi kita untuk mempersembahkan kebahagiaan tertinggi bagi setiap makhluk hidup tak terbatas.

Bagi sebagian besar dari kita, tidak begitu mudah untuk benar-benar memahami hal yang terkandung dalam perkataan “jumlah semua makhluk hidup yang tak terbatas”. Kita membutuhkan keyakinan untuk bisa memahaminya. Meskipun Buddha yang menyampaikan hal tersebut, keyakinan yang dimaksud bukan berarti kita harus langsung percaya begitu saja. Akan tetapi, kita seharusnya benar-benar merenungkan makna yang disampaikan. Di dunia ini, ada banyak praktisi yang ahli, baik dalam urusan dunia maupun dalam spiritual. Perenungan kita harus sampai pada keinginan dan upaya untuk bisa meneladani para ahli tersebut dalam memahami penjelasan Buddha. Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa ini adalah hal yang mungkin. Sebab, sama seperti kita ketika bayi yang mulanya tidak mengetahui apa-apa dapat berkembang hingga menjadi diri kita yang sekarang melalui pembelajaran, kita juga mampu mencapai Kebuddhaan dengan belajar dan praktik. Di antara 84.000 pintu Dharma yang telah ditunjukkan oleh Buddha untuk mencapai Kebuddhaan lengkap sempurna, telah terangkum ajaran yang siap dipahami dalam Lamrim.

Guru Dagpo Rinpoche kemudian lanjut menjelaskan bahwa dalam kehidupan saat ini, kita sudah melakukan banyak hal. Kita dapat bertanya pada diri kita sendiri: Apakah yang kita upayakan sudah berjalan baik sesuai yang diharapkan? Jika setelah direnungkan kita merasa bahwa upaya kita sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka kita bisa terus melanjutkan upaya tersebut. Namun, jika kita merasa bahwa upaya kita masih buruk atau kita belum dapat mencapainya, maka kita tidak boleh berhenti dan harus bertekad untuk tidak lagi melakukan hal-hal yang buruk. Selama kita masih memiliki kemuliaan sebagai manusia, kita harus berupaya untuk memberikan manfaat terbaik kepada makhluk lain. 

Setelah sesi pembangkitan motivasi, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan penjelasan mengenai Prajna Paramita yang dibahas pada sesi pengajaran sebelumnya. Prajna adalah kualitas yang penting untuk kita kembangkan dalam kehidupan ini. Dalam keseharian, Prajna dibutuhkan saat kita hendak menganalisis sesuatu, misalnya ketika kita melakukan meditasi analitik. Selain meditasi analitik, kualitas prajna juga penting ketika kita hendak melakukan meditasi lainnya. Prajna juga memiliki fungsi penting dalam membantu memahami dan mendiskriminasi hal-hal (objek bajik, tidak bajik, dan netral) dengan jelas, menganalisis fenomena, serta mengatasi keragu-raguan. 

Selama memberikan pengajaran, Guru Dagpo Rinpoche fokus membahas Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan jilid 2 (halaman 283). Dalam kitab, disebutkan bahwa studi bukanlah instruksi yang sesungguhnya, tetapi hanya latar belakang pendukung. Ajaran yang sesungguhnya terdiri dari dua, yaitu ajaran berupa kitab dan ajaran berupa realisasi. Untuk bisa mempraktikkan dengan tepat dan merealisasikan ajaran yang sesungguhnya, studi terhadap banyak ajaran dibutuhkan agar kita tidak bisa mengingat hal yang harus dipraktikkan. Meskipun demikian, jika kita kesulitan memahami di awal, kita tidak boleh patah semangat. Malah, kita harus tetap berjuang sesuai dengan kapasitas mental yang saat itu kita miliki, entah sedikit maupun banyak. 

Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa kita tidak sebaiknya membuat praktik dan belajar menjadi hal yang terpisah. Sebaliknya, hal pertama yang dipraktikkan harus persis dengan hal yang pertama kali kita pelajari dan renungkan. Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan bahwa ketika memperoleh instruksi yang akurat, kita sering kali mudah berpuas diri. Padahal kita tidak tahu apakah instruksi tersebut sudah mencakup semua hal penting yang harus kita pelajari dan praktikkan. Oleh karena itu, dalam melakukan praktik Dharma, kita harus bertumpu pada guru, mempraktikkan sila yang murni, mendengarkan instruksi berulang kali, melakukan 4 sesi meditasi, mempertahankan objek meditasi dan aspek-aspek objektifnya, mengajukan permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Istadewata yang tak terpisahkan dengan guru, serta mengakumulasi kebajikan dan memurnikan penghalang. Barulah dengan demikian, kualitas diri akan meningkat terus-menerus. 

Memastikan diri kita tidak melupakan ajaran adalah hal yang penting. Hal ini karena ketika kita mendapat kepastian yang kuat dari perenungan berdasarkan studi dan meditasi, kita tidak akan terpengaruh teman jahat. Prajna juga penting untuk membantu kita berpikir jernih dan tidak langsung mempercayai perkataan orang lain.

Setelahnya, Guru Dagpo Rinpoche lanjut menjelaskan mengenai tiga bagian Prajna: 

  1. Prajna yang mengetahui kebenaran tertinggi, yaitu prajna yang menyadari realitas ketanpaakuan entah melalui konsep atau secara langsung.
  2. Prajna yang mengetahui kebenaran konvensional, yaitu prajna yang mahir pada lima topik pengetahuan. 
  3. Prajna yang mengetahui bagaimana bertindak untuk kesejahteraan makhluk hidup. Ketika kita mengembangkan ketiga jenis prajna, kita melakukannya berkaitan dengan keseluruhan enam paramita. Sebagai contoh, ketika kita memiliki prajna dalam dana paramita, artinya kita memastikan orang lain membangkitkan prajna setelah membangkitkan prajna dalam diri sendiri. 

Sebelum menutup sesi, Guru Dagpo Rinpoche tak lelah berpesan bahwa kita harus berjuang untuk merampungkan ketiga jenis prajna. Jika dalam kehidupan ini kita berupaya untuk mengembangkan prajna, maka dalam kehidupan yang akan datang, kita juga dapat dengan mudah merampungkan prajna paramita. 

Minggu, 11 Juni 2023

Pada hari pengajaran yang kedua, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan pengajaran Dharma dengan mengulas Instruksi Guru yang Berharga atau Garis Besar Lamrim yang dimohon oleh 2 pusat Dharma karena banyaknya praktisi pemula. Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi dengan mengutip Arya Chandragomin: 

“Ketika terlahir kembali jadi manusia dengan kemuliaan sebagai manusia

Kita bisa menyeberangi lautan penderitaan samsara

Siapa yang tidak mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kesempatan ini?”

Arya Chandragomin

Bait tersebut menyiratkan bahwa siapapun yang telah meraih kelahiran sebagai manusia seperti yang kita miliki saat ini pasti bisa menyeberangi lautan penderitaan yang timbul akibat kelahiran. Hal ini karena dengan tubuh ini, kita bisa mencapai Kebuddhaan yang lengkap sempurna. Oleh karena itu, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa kelahiran saat ini ratusan bahkan ribuan kali lebih berharga dibandingkan permata pengabul harapan. 

Terlepas dari kebebasan dan keberuntungan terlahir sebagai manusia, saat ini kita masih berada di samsara. Kita memiliki kemampuan untuk bebas. Kita juga telah memperoleh semua kondisi pendukung untuk mencapainya. Namun, kita belum bebas karena kita belum berupaya menerapkan metode untuk membebaskan diri. Maka dari itu, kita perlu menarik kesempatan baik yang kita miliki ini untuk menarik manfaat sebesar-besarnya dar mempelajari metode tersebut.

Mengapa demikian? Meskipun di dunia ini terdapat banyak manusia, tidak semua manusia memiliki kemuliaan terlahir sebagai manusia. Sebagai contoh, kita dan keluarga kita sama. Namun, tidak semua bertemu dengan ajaran Buddha. Padahal jika kita cermati, kita dan keluarga memiliki kondisi pendukung yang sama. Guru Dagpo Rinpoche kemudian mengajak para peserta untuk merenungkan penyebab terjadinya hal ini. 

Perenungan adalah hal yang penting karena jika hanya diberikan penjelasan satu pihak dari pengajar, Dharma yang diperoleh hanya akan seperti air mengalir yang tidak ditampung. Setelah diajak untuk merenungkan hal tersebut, Guru Dagpo Rinpoche barulah menjelaskan bahwa hal ini bisa terjadi karena adanya jejak karma masa lampau yang kuat dengan Buddhadharma. Berkat jejak karma yang kuat dari kehidupan-kehidupan lampau yang kita ciptakan, kita kini bisa bertemu dengan ajaran Buddha dan juga sahabat Dharma. Oleh karena itu, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mempraktikkan ajaran-Nya. Kita harus meyakini bahwa jika kita mencurahkan kekuatan kita untuk praktik Dharma, akan ada hasil yang kita dapatkan. 

Guru Dagpo Rinpoche lanjut menjelaskan mengenai yang dimaksud sebagai praktik Dharma atau praktik spiritual. Saat ini, batin kita tidak selaras dengan kenyataan dan menjadi sebab kita merasakan penderitaan. Praktik Dharma merupakan praktik untuk mengubah batin kita. Oleh karena itu berkaitan dengan batin, praktik kita bersifat internal alih-alih mengarah ke luar. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian lanjut memberikan transmisi bacaan. Sebelum melanjutkan penjelasan, Beliau mengingatkan para peserta untuk membangkitkan motivasi yang baik. Pertama-tama, kita membayangkan bahwa kita ingin memberikan kebahagiaan bagi semua makhluk. Namun, hanya seorang Buddhalah yang bisa memberikannya. Untuk itulah, kita kini berupaya untuk mencapai tingkatan Kebuddhaan. Sembari memikirkan hal tersebut, rasakanlah motivasi tumbuh dalam batin kita. Jika ketika membangkitkannya muncul sebuah pemikiran bahwa kita tidak bisa mencapai Kebuddhaan, kita harus meyakini bahwa Kebuddhaan bukanlah suatu kemustahilan. Kebuddhaan adalah sebuah kondisi ketika keburukan dihilangkan dan kualitas baik dikembangkan. Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa tentu saja kita bisa melakukan hal ini. Kita bisa melihat perkembangan diri kita. Dulu, kita adalah seorang anak kecil yang tidak bisa membaca sama sekali. Namun dengan belajar, kita perlahan bisa membaca. Lebih dari itu, kita bahkan kini bisa mempelajari banyak hal bahkan menjadi ahli di banyak bidang. Sama seperti perkembangan kita, Kebuddhaan bisa kita raih. 

Setelah membangkitkan motivasi, Guru Dagpo Rinpoche lanjut menjelaskan Instruksi Guru yang Berharga dengan mengutip sebuah bait pembuka.

“Oh Guru berharga dan sempurna dari welas asih universal yang agung, dengan rasa hormat yang mendalam aku bersujud di kaki-Mu dan berlindung pada-Mu. Dengan welas asih agung-Mu, aku memohon pada-Mu untuk melindungiku dalam setiap masa dan keadaan.”

Bait pembuka berupa penghormatan kepada Guru yang dilanjutkan dengan permohonan adalah ciri khas teks Buddhis. Bait penghormatan bertujuan untuk bisa meningkatkan kebajikan agar tujuan kita bisa tercapai dan semua penghalang bisa teratasi. Sesi kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai keagungan ajaran yang merupakan bab pertama dalam  Instruksi Guru yang Berharga. Mempelajari Dharma dari sumber yang murni adalah hal penting. Jika kita mempelajari Dharma dari sumber yang tidak jelas yang disusun oleh seseorang tanpa pengalaman spiritual, kita tidak akan mendapat berkah maupun realisasi.

Teks yang dipelajari dalam sesi pengajaran Dharma kali ini berasal dari silsilah turun-temurun yang tak terputus dari Buddha kepada Arya Maitreya, Arya Manjushri, Guru Atisha, Je Tsongkhapa hingga guru spiritual kita saat ini. Secara khusus, bab pertama menjelaskan riwayat hidup dari Guru Atisha:

  1. Keagungan sang pengarang, untuk menunjukkan kemurnian sumber ajaran
    1. Bagaimana Atisha terlahir dalam keluarga yang terhormat
    2. Bagaimana dalam kehidupan itu Beliau memperoleh kualitas-kualitas baik
    3. Setelah memperolehnya, bagaimana Beliau berkarya memajukan ajaran:
      1. Bagaimana Beliau berkarya di India
      2. Bagaimana Beliau berkarya di Tibet

Bab ini adalah bab yang penting. Jika kita tertarik untuk benar-benar mempraktikkan Dharma, mempelajari riwayat hidup guru-guru spiritual adalah hal yang penting. Kita bisa mempelajarinya dengan membaca biografi Guru-Guru spiritual seperti Buddha, Arya Maitreya, Arya Manjushri, Arya Asanga, dan Arya Nagarjuna. Guru Dagpo Rinpoche mendorong kita untuk membacanya agar kita memahami bahwa para Guru spiritual pun mempraktikkan Dharma, mendapat realisasi, dan dapat menolong makhluk lain. Hal ini akan memotivasi kita untuk praktik Dharma juga agar bisa mendapatkan hasil yang sama. Dengan membaca riwayat para Gurukita tidak hanya akan mendapat sukacita dan semangat, tetapi juga hati yang berani untuk melakukan praktik spiritual.

Dalam upaya kita untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik dan berbahagia, kita harus memahami bahwa sumber kebahagiaan sejati yang kita cari sesungguhnya ada di dalam batin kita masing-masing. Oleh karena itu, cara memperolehnya pun harus ada dalam diri sendiri. Membaca biografi Guru-Guru spiritual juga adalah salah satu caranya. Jika kita bisa meneladani jejak mereka, kita bisa mencapai kebahagiaan yang kita harapkan.

Guru Dagpo Rinpoche juga lanjut menjelaskan bahwa hal terpenting lain dalam mempelajari biografi Guru spiritual adalah cara membacanya. Jika melakukannya dengan tidak tepat, kita justru akan membangkitkan klesha. Berikutnya, aktivitas membaca biografi tersebut juga harus kita tindaklanjuti dengan analisis yang tepat. Sebagai contoh, kita membaca topik sejarah yang membahas kekuasaan para raja. Kita bisa mempelajari kekuasaan para raja. Semua raja akan menua dan kehilangan kekuasaan. Ini adalah ajaran tentang ketidakkekalan. Jika didasari dengan analisis yang tepat, hal ini bisa menjadi praktik Dharma karena kita belajar bahwa kejayaan di samsara tidak bisa diandalkan.

Sesi pengajaran kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai garis besar bab dua yang menceritakan keagungan Dharma untuk membangkitkan rasa hormat pada instruksi:

  1. Keagungan ajaran untuk membangkitkan rasa hormat terhadap instruksi
    1. Keagungan yang membuatmu menyadari tiadanya pertentangan dalam keseluruhan ajaran
    2. Keagungan yang membuatmu mengenali semua perkataan Buddha sebagai instruksi latihan
    3. Keagungan yang membuatmu memahami gagasan-gagasan pokok Sang Penakluk dengan mudah
    4. Keagungan yang membuatmu terhindar secara alamiah dari kesalahan-kesalahan besar

Guru Dagpo Rinpoche menekankan perlunya membangkitkan rasa hormat terhadap instruksi. Jika tidak muncul rasa hormat, kita tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Semua ajaran bebas dari pertentangan dalam artian ajaran Buddha yang mana pun, entah yang tercantum dalam kitab-kitab agung seperti Sutra Penyempurnaan, maupun dari kitab lainnya akan mengantarkan kita menuju pencerahan. Dengan mempelajari Lamrim, kita memahami hal ini sehingga akan meninggalkan kesalahan dari menolak Dharma. Guru Dagpo Rinpoche juga menambahkan bahwa masalah kecocokan dengan tradisi tertentu bukan menunjukkan ajaran lain tidaklah tepat, melainkan merupakan akibat dari koneksi yang kuat di masa lampau dengan tradisi tersebut.

Setelah sesi pengajaran Dharma, Guru Dagpo Rinpoche juga membuka sesi tanya jawab dengan peserta. Terdapat peserta yang bertanya mengenai apakah kita harus menghormati senior yang tidak mempraktikkan Dharma dengan benar. Terkait hal ini, Guru Dagpo Rinpoche menjawab bahwa ini justru adalah pertanda praktik Dharma kita yang tidak tepat. Bukan urusan kita untuk memperhatikan orang lain sudah mempraktikkan Dharma dengan tepat atau belum. Kita tidak memeriksa orang lain untuk mencari-cari kesalahan. Kita juga tidak bisa menilai sesuatu yang muncul di penampakan kita tepat atau tidak. Oleh sebab itu, kita juga tidak bisa benar-benar mengetahui senior kita melakukan praktik Dharma atau tidak. Guru Dagpo Rinpoche juga meluruskan bahwa inti dari segala fenomena adalah memperhatikan batin kita sendiri dan bukan mencari kesalahan orang lain.

Sesi pengajaran dua hari ini kemudian ditutup dengan pembacaan dedikasi untuk lestarinya dan berkembangnya ajaran Dharma, umur panjang Guru spiritual dan diri kita, serta kebahagiaan semua makhluk hidup.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *