Berita

Online Public Talk Guru Dagpo Rinpoche: Sifat Alami Batin

Diliput oleh Karina Chandra dan Shierlen Octavia

Pengajaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche, 3-4 Desember 2022

Bagaimanakah sifat dasar batin kita? Pertanyaan seputar batin merupakan pertanyaan yang tiada pernah habisnya dibahas. Selain membantu kita mengenal diri sendiri, pertanyaan mengenai batin juga dapat membantu kita untuk setahap demi setahap mengembangkan batin demi mencapai Kebuddhaan lengkap sempurna. Untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, atas permohonan dari institut Kadam Tashi Choe Ling dari Malaysia, Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma yang bertajuk “Sifat Alami Batin”. 

Sabtu, 3 Desember 2022

Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi pengajaran dengan mengingatkan kita akan kesempatan luar biasa untuk sekali lagi, bisa berkumpul bersama untuk membahas Dharma, dan secara khusus Lamrim. Untuk itulah, Guru Dagpo Rinpoche berpesan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini dan harus berupaya menarik manfaat sebesar-besarnya. Untuk mengondisikan agar manfaat bisa diperoleh, Rinpoche menjelaskan bahwa batin kita harus ikut hadir bersama-sama dengan tubuh kita ketika mendengarkan Dharma. Setelah itu, barulah kita membangkitkan motivasi bajik, yakni motivasi untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada diri sendiri dan semua makhluk. 

Menjawab banyaknya pertanyaan dari teman-teman Dharma di pusat Dharma Kadam Tashi Choe Ling, Malaysia, Guru Dagpo Rinpoche memulai pengajaran dengan membacakan  transmisi lisan dari teks 3 Kualitas Utama Sang Jalan yang digubah oleh Je Rinpoche. Setelahnya, Rinpoche mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk satu per satu.  

Pertanyaan pertama menanyakan mengenai apa yang menjadi sifat alami batin? Pertama-tama, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa kita perlu menyadari bahwa semua makhluk sama karena ingin bahagia dan tidak ingin menderita. Oleh karena itu, kita harus membahas sebabnya atau pendukungnya, yang tentu saja bergantung pada kondisi, sikap, dan sifat dasar batin. Ketika kita bilang bahwa kita ingin bahagia, maka kita harus mencari tahu penyebab tercapainya kondisi tersebut. Ada banyak tradisi yang berupaya menjelaskan mengenal asal-muasal kebahagiaan, terlepas dari ajaran Buddhis maupun bukan. Jika kita menelisik lebih jauh, bahagia tidaknya seseorang pada nyatanya disebabkan oleh batin. Kini, banyak orang yang mulai menyadari bahwa ajaran Buddha mengenai batin adalah ajaran luar biasa yang bisa memberikan jawaban atas pencarian kita mengenai kebahagiaan. Oleh karena itu, tertarik, mendengar dan membahas topik batin adalah hal yang penting bagi perkembangan batin kita. 

Guru Dagpo Rinpoche kemudian menjelaskan bahwa terdapat dua aspek yang dapat menjelaskan sifat alami batin, yaitu aspek kebenaran konvensional dan aspek kebenaran tertinggi. Secara sederhana, penjelasan berdasarkan kebenaran konvensional artinya adalah kebenaran yang sifatnya sementara. Sementara itu, kebenaran tertinggi menjelaskan kebenaran “pada akhirnya”. Sifat alami batin memiliki dua aspek, yaitu jelas dan mengetahui. Jelas dalam hal ini merujuk pada kemampuan batin untuk mengetahui sifat dasar dari apapun yang menjadi objek. Dengan aspek “jelas” yang dimiliki batin, penampakan sifat dasar objek tersebut selalu tampak jelas oleh batin. Contohnya adalah ketika kita melihat objek berwarna biru. Batin kita bisa dengan jelas memaknai objek tersebut sebagai berwarna biru. Sebelum bertemu dengan objek biru, batin kita tidak mengetahuinya. Akan tetapi setelah melihatnya, aspek jelas dalam batin kita bisa mengetahui atau memahami objek ini, yang merupakan aspek kedua yang dimiliki batin. Sementara itu, kebenaran tertinggi batin artinya batin kita berada pada tataran memahami bahwa tidak ada eksistensi yang bisa berdiri sendiri. 

Selain itu, terdapat pula pertanyaan mengenai letak batin. Guru Dagpo Rinpoche menjawab bahwa batin terletak di makhluk. Di mana ada makhluk, di situlah batinnya berada. Batin tidak bisa menetap di satu tempat terus-menerus, melainkan akan mengikuti ke mana makhluk tersebut berada. Oleh karena itu, Guru Dagpo Rinpoche menjawab bahwa batin tidak berada di luar atau berada di tempat yang terpisah dari makhluk. 

Pertanyaan ketiga yang datang dari peserta adalah mengenai fungsi batin. Jika kita berbicara mengenai batin kita harus memahami terlebih dahulu bahwa batin bukanlah entitas. Kita bisa mengetahui bahwa ada batin utama dan faktor mental yang masing-masing memiliki fungsi. Fungsi batin adalah memahami sifat dasar objek. Batin utama berfungsi memahami objek secara umum. Sementara itu, faktor mental memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti mengetahui menarik tidaknya suatu objek, besar kecilnya objek, cantik jeleknya objek, perlu atau tidaknya sesuatu untuk diingat, dsb. Ketika batin utama dan faktor mental bekerja bersama, suatu objek bisa dipahami secara menyeluruh. Sebagai contoh, batin utama pertama-tama mencerap objek. Setelah itu, untuk menentukan menarik tidaknya suatu objek, faktor mental bernama prajna atau kebijaksanaan akan berperan di dalamnya. Ada pula faktor mental ingatan yang berfungsi untuk membantu kita menentukan harus atau tidaknya suatu hal dilakukan. Di balik proses kita memahami sesuatu, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa sebenarnya ada banyak sekali faktor mental yang tengah bekerja. 

Pertanyaan menarik berikutnya adalah pertanyaan mengenai yang dimaksud sebagai batin primordial. Sebelum menjawab, Guru Dagpo Rinpoche terlebih dulu memberikan penjelasan mengenai latar belakang istilah tersebut. Batin primordial adalah salah satu istilah yang berkembang secara khusus di Buddhisme Tibet. Hal ini merujuk pada batin yang pertama sekali atau batin awal. Batin awal yang dimaksud merupakan sebuah istilah yang lebih mengarah kepada sifat dasar batin yang alaminya bebas dari ketidakmurnian. 

Pertanyaan berikutnya yang datang dari umat pusat Dharma Kadam Tashi Choe Ling Malaysia adalah mengenai Tathagathagarbha. Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa Tathagathagarbha adalah istilah yang merujuk pada inti sari atau esensi. Tathagathagarbha merupakan hal yang banyak dibahas oleh cendekiawan Buddhis, yang merujuk pada keluarga Buddha (Tibet: rig). Hal ini menerangkan mengenai kondisi batin yang alaminya bebas dari ketidakmurnian, yang juga dapat dijelaskan pada tingkatan kebenaran konvensional dan kebenaran tertinggi. Sifat dasar batin yang tertinggi adalah bebas dari ketidakmurnian apapun. Pada saat semua makhluk belum mencapai Kebuddhaan, ia memiliki potensi untuk mencapai kualitas Kebuddhaan. Potensi inilah yang juga disebut sebagai Tathagathagarbha. 

Setelahnya, Guru Dagpo Rinpoche kembali menjawab pertanyaan dari peserta yang kali ini menanyakan mengenai cara mencapai Kebuddhan. Beliau kemudian melanjutkan bahwa Kebuddhaan adalah kondisi ketika semua kesalahan sudah ditanggalkan. Apa yang dimaksud dengan menanggalkan kesalahan? Dalam arus kesadaran batin makhluk, terdapat penghalang klesha dan ketidaktahuan, yang menyebabkan kita masih memiliki kesalahan. Ketika makhluk ini telah menapaki 10 bhumi dan 5 marga untuk menanggalkan penghalang, maka makhluk ini dikatakan tengah melalui proses mencapai Kebuddhaan. 

Lebih lanjut, Guru Dagpo Rinpoce menjelaskan mengenai arus kesadaran. Ketika seseorang mengalami kematian, arus kesadarannya berubah menjadi arus kesadaran baru yang mewujud menjadi makhluk yang terlahir kembali. Kalau kita telusuri ke belakang, maka pola ini akan kita temukan pula di berbagai kelahiran. Di alam samsara ini, terdapat urutan arus kesinambungan batin yang memunculkan kelahiran kembali. Kita bisa melihat betapa makhluk dapat terlahir berulang-ulang yang disebabkan dari mewujudnya arus kesinambungan batin makhluk yang sebelumnya. Arus kesinambungan ini tidak memiliki awal, namun memiliki akhir, yaitu pencapaian Kebuddhaan lengkap sempurna. 

Guru Dagpo Rinpoche juga melanjutkan penjelasan mengenai kondisi kelahiran. Dalam Buddhadharma, terdapat istilah yang disebut sebagai fenomena komposit yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bentuk (rupa), kesadaran (nyana), dan faktor-faktor komposisional tak berasosiasi yang secara khusus bukan rupa dan bukan kesadaran. Rinpoche menjelaskan bahwa baik binatang maupun manusia sama-sama memiliki batin. Akan tetapi, binatang tidak memiliki kondisi batin yang dapat berpikir luas. Binatang tentunya bisa melakukan hal-hal untuk mencapai kebahagiaan bagi dirinya, namun hanya dalam batasan tertentu karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk memikirkan kelahiran yang akan datang maupun memikirkan manfaat yang lebih besar. Berbeda halnya dengan manusia, manusia memiliki landasan pendukung batin dengan kekuatan besar dan juga jasmani manusia yang mampu menghasilkan kondisi luar biasa. Terlahir sebagai manusia dengan kekuatan batin luar biasa membuat kita dapat memikirkan beraneka macam hal secara luas dan mendalam. Namun, jika arus kesinambungan batin manusia kita berubah menjadi binatang, maka kemampuan batin kita sudah berbeda dan tidak lagi mampu melakukan banyak hal seperti ketika memiliki jasmani manusia. Meskipun hanya mengubah kondisi jasmani, terdapat perbedaan yang sangat besar di antara keduanya. Oleh karena itu, memahami betapa beruntungnya kondisi yang saat ini kita miliki adalah hal yang amat penting.

Minggu, 4 Desember 2022

Pada hari kedua pengajaran Dharma, Guru Dagpo Rinpoche membuka sesi dengan sapaan Tashi Deleg dan mengajak kita untuk mensyukuri kondisi baik yang kita miliki saat ini, yaitu dapat berkumpul untuk mengikuti pembabaran Dharma. Beliau kemudian mengajak kita semua merenungkan betapa beruntungnya kita bisa bangun di pagi hari setelah tertidur lelap malam sebelumnya. Jika kita gagal bangun hari ini, kita bukan hanya akan melewatkan sesi pengajaran Dharma. Kemungkinan besar, kita sedang menderita di alam rendah saat pengajaran Dharma ini berlangsung.

Setelah mendorong seluruh peserta untuk membangkitkan motivasi bajik–mengubah batin demi kebaikan semua makhluk–Guru Dagpo Rinpoche lanjut menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para murid tentang Dharma secara umum dan sifat alami batin secara khusus yang telah terkumpul di hari sebelumnya.

Pertanyaan pertama adalah tentang bagaimana kita bisa memberikan manfaat dengan mendoakan orang lain. Rinpoche menjelaskan bahwa saat kita mendoakan orang lain, kebajikan tumbuh dalam batin kita dari memikirkan orang lain sehingga tercipta sebab bagi terkabulnya doa tersebut. Kondisi pendukungnya adalah fakta bahwa makhluk yang kita doakan memiliki batin yang bisa berubah sehingga dapat terpengaruh oleh doa kita.

Rinpoche kemudian menjawab beberapa pertanyaan lain yang berkaitan dengan definisi batin. Beliau menjelaskan bahwa batin bukan energi karena energi termasuk materi sementara batin bukanlah materi atau rupa. Batin memiliki fungsi mencerap objek serta bersifat jelas dan mengetahui. 

Baca juga: “Batin dan Faktor Mental” oleh Guru Dagpo Rinpoche (Jilid 1 dan Jilid 2)

Guru Dagpo Rinpoche juga menjawab pertanyaan mengenai metode terbaik untuk menolong orang lain meningkatkan kualitas batin. Beliau menjelaskan bahwa kita perlu mulai dari meningkatkan kualitas batin diri sendiri. Kemudian, kita bisa mengamati kondisi batin orang yang kita tolong. Dari situ, kita akan menemukan cara terbaik untuk membantunya.

Ada pula peserta yang menanyakan faktor mental apa yang membuat seorang praktisi Dharma cenderung cocok dengan tradisi Hinayana, Mahayana, atau Vajrayana. Rinpoche menjawab bahwa ini tergantung pada jejak karma dari kehidupan lampau. Namun, meskipun praktisi itu bisa diberitahu bahwa ia memiliki kecocokan dengan tradisi tertentu, dirinya sendirilah yang dapat memutuskan jalan mana yang akan dia tempuh.

Berikutnya, ada pertanyaan mengenai ada atau tidaknya jeda dalam kesadaran. Rinpoche menjelaskan bahwa kesadaran kita terus berkesinambungan dari momen ke momen sehingga tidak ada sesaat pun waktu kosong tanpa kesadaran. Ini berkaitan dengan pertanyaan dari peserta lain mengenai cara mempertahankan batin yang bajik untuk meningkatkan kesehatan mental. Guru Dagpo RInpoche menjelaskan bahwa batin kita bisa terus dalam kondisi bajik selama kita tidur jika kita membangkitkan pikiran bajik sebelum tidur.

Sebagai jawaban untuk pertanyaan lain, Guru Dagpo Rinpoche memberikan tips sederhana untuk meningkatkan daya ingat. Tips pertama adalah belajar setiap hari sedikit demi sedikit, mengulang kembali apa yang telah dipelajari di hari sebelumnya sambil menambah pelajaran baru. Tips yang kedua adalah mengandalkan Istadewata yang berkaitan dengan kecerdasan, misalnya dengan melafalkan mantra Arya Mañjuśrī (OM A RA PA TSA NA DHIH).

Satu lagi pertanyaan yang menarik adalah tentang cara membantu orang yang memegang pandangan salah. Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan bahwa orang yang berpandangan salah tersebut harus memiliki kemauan untuk berubah. Dari luar, yang bisa kita lakukan adalah memberi nasihat sesuai dengan kondisinya. Satu hal yang pasti, kita perlu berhati-hati dengan cara kita menyampaikan nasihat tersebut, jangan sampai bersikap menggurui atau menceramahi.

Demikianlah sebagian pertanyaan yang dibahas dalam sesi kedua pengajaran Dharma tentang “Sifat Dasar Batin” besama Guru Dagpo Rinpoche. Sebagai penutup, Rinpoche mengatakan bahwa kita semua memiliki kebajikan besar. Buktinya kita bisa bertemu dengan Dharma serta bisa mempelajari, merenungkan, dan memeditasikan Lamrim. Beliau kemudian mengajak kita bersuka cita serta membuat resolusi untuk meraih Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Jika itu dirasa terasa sulit, kita bisa bertekad untuk merealisasikan Bodhicitta (batin pencerahan) atau setidak-tidaknya merealisasikan satu topik dalam Lamrim atau Tahapan Jalan Menuju Pencerahan dalam kehidupan ini.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *