Menilik Tiga Motivasi Lamrim Berdasarkan Instruksi Lamrim Jalan Cepat
oleh Silvi Wilanda
Setelah merampungkan pengajaran Dharma dan transmisi teks Instruksi Lisan Manjugosha, Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan nektar Dharma kepada para muridnya. Dimulai pada 13 dan 14 Maret 2021 lalu, ajaran dan transmisi teks Lamrim Jalan Cepat dikumandangkan oleh Rinpoche. Mengingat pandemi COVID-19 masih belum berakhir, pengajaran Dharma tersebut masih diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Zoom.
13 Maret 2021
Rinpoche membuka ajaran dengan kutipan motivasi dari Acharya Chandrakirti. Kutipan ini kurang lebih mengingatkan kita kembali mengenai potensi kelahiran manusia 18 permata yang kita miliki. Meskipun demikian, kita juga memiliki resiko untuk jatuh ke alam rendah. Jika kita jatuh ke alam rendah, kita tidak akan punya kebebasan sehingga akan sulit berpraktik Dharma. Untuk itu, selagi kita memiliki bentuk kelahiran manusia, kita harus memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. Lebih lanjut, Rinpoche menyarankan kepada kita salah satu cara memanfaatkan kelahiran manusia kita ini, yaitu mendengarkan Dharma dengan benar. Tidak hanya sekedar paham, kita juga perlu mengaitkan setiap bagian poin ajaran terhadap diri kita sendiri.
Setelah memberikan kutipan motivasi, Rinpoche berkisah bagaimana Beliau bisa memperoleh transmisi ajaran Lamrim Jalan Cepat ini. Rinpoche bertutur bahwa Beliau telah memperoleh transmisi ajaran tersebut sebanyak enam kali dari lima Guru yang berbeda. Dengan rendah hati, Rinpoche mengatakan bahwa banyaknya transmisi yang diperolehnya tersebut tidak sebanding dengan pemahaman yang Beliau peroleh, tapi sebanding dengan banyaknya berkah yang diperoleh. Kemudian lebih lanjut, Rinpoche menjelaskan bagaimana ajaran Lamrim Jalan Cepat ini dapat ditransmisikan dari Buddha hingga Yang Agung Je Tsongkhapa.
14 Maret 2021
Guru Dagpo Rinpoche kembali memulai sesi pengajaran Dharma dengan mengutip kutipan Guru besar terdahulu sebagai penyegar motivasi bagi kita yang hendak mendengarkan ajaran. Kali ini, Rinpoche mengutip dari Guru Bhavaviveka yang berbunyi sebagai berikut:
Tubuh jasmani ini tidak memiliki hakikat,
Seperti pohon pisang dan gelembung air.
Siapa yang tidak mau memberikannya substansi yang seperti Gunung Meru
Dengan menjadikannya sebagai kondisi untuk menolong orang lain?
Tubuh jasmani adalah dasar untuk penyakit, lanjut usia, dan kematian.
Mereka yang memiliki sifat baik dan welas asih
Setiap saat menjadikan tubuh jasmaninya
Sebagai dasar untuk mewujudkan kebahagiaan orang lain.
Kehidupan penuh kebebasan ini bebas dari delapan kondisi yang tidak bebas.
Dengan pelita ajaran mahamulia
Manfaatkanlah kebebasan ini
Melalui tindakan seorang makhluk berkapasitas agung.
Dengan kebaikan hatinya, Rinpoche juga memberikan penjelasan terhadap kutipan yang telah disebutkan. Rinpoche bertutur bahwa seperti halnya pohon pisang yang berisi lembaran-lembaran tanpa memiliki isi dan seperti gelombang air yang setelah pecah tidak memiliki isi, tubuh manusia juga serupa. Setelah meninggalkan kehidupan saat ini, tidak ada yang bisa kita bawa untuk kehidupan-kehidupan selanjutnya. Untuk itu, pergunakanlah tubuh yang tidak memiliki esensi ini agar dapat membawa manfaat bagi orang lain.
Selanjutnya, Rinpoche masuk ke dalam topik ajaran, yaitu bagaimana setelah bertumpu pada guru spiritual, seorang murid mengembangkan batinnya, yaitu dengan melatih diri bersama dengan praktisi motivasi awal, menengah, dan agung secara berurutan. Meskipun motivasi awal merupakan ajaran yang paling awal, topik-topik ajaran ini penting karena merupakan ajaran mendasar bagi ketiga jenis praktisi. Bila seseorang belum bisa membayangkan penderitaan bagi dirinya sendiri, maka seseorang tersebut tidak bisa membayangkan penderitaan orang lain.
Rinpoche juga sempat melontarkan pertanyaan bahwa jika memang ajaran motivasi awal dan menengah merupakan serangkaian kesinambungan ajaran menuju motivasi agung; mengapa keseluruhan ajaran tersebut tidak dapat dikatakan sebagai ajaran motivasi agung? Lebih lanjut, Rinpoche mengatakan bahwa ada dua tujuan besar mengapa ada pemisahan kategori ajaran menjadi ajaran motivasi awal, menengah, dan agung ini. Pertama adalah mengatasi kesombongan dari praktisi motivasi agung. Untuk itulah terdapat istilah “melatih batin pada tahapan jalan yang ditempuh bersama-sama dengan praktisi awal” dan “melatih batin pada tahapan jalan yang ditempuh bersama-sama dengan praktisi menengah”. Tujuan kedua adalah manfaat progresif dari tiap-tiap jenis praktisi, seperti praktisi motivasi awal dan menengah perlu memastikan diri mereka terlahir di alam yang baik agar bisa terus mempraktikkan Dharma. Untuk bisa mencapai pencerahan demi semua makhluk (motivasi agung), seorang praktisi harus membangkitkan motivasi awal dan menengah terlebih dahulu. Jika kedua jalan awal ini ditinggalkan (motivasi awal dan menengah), tidak akan ada jalan spiritual apapun yang muncul, apalagi jalan agung.
Terakhir, Rinpoche juga menjelaskan bahwa semua sabda atau ajaran Buddha yang ada pasti akan mengantarkan kita kepada dua tujuan, yaitu kebahagiaan di alam tinggi dan kebaikan yang pasti (pembebasan pribadi dan Kebuddhaan). Untuk itu, setiap ajaran dapat dimasukkan ke dalam kategori ajaran motivasi awal, menengah, dan agung.
Guru Dagpo Rinpoche kemudian mengakhiri sesi ajaran dengan mengajak kita untuk melakukan dedikasi yang mahaagung, yaitu mendedikasikan seluruh himpunan kebajikan kita di tiga masa (masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang) demi realisasi pemahaman semua makhluk terhadap Tahapan Jalan.
Leave a Reply