Berita

30 Tahun Kadam Tcheuling Bordeaux – Mengembangkan Batin Bersama di Pusat Dharma untuk Dunia

Minggu, 21 Februari 2021 adalah salah satu hari beruntung karena Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 30 tahun berdirinya pusat Dharma Kadam Tcheuling Bordeaux, Prancis. Pada kesempatan ini, ada begitu banyak poin berharga yang disampaikan oleh Guru Dagpo Rinpoche kepada kita semua. Guru Dagpo Rinpoche tidak lelah mengingatkan kita semua untuk berlatih mengembangkan bodhicita dalam setiap aktivitas sehingga segala hal yang kita lakukan menjadi penuh makna.

Salah satu hal paling berkesan bagi saya adalah pesan Beliau untuk benar-benar melafalkan bait Berlindung dan Membangkitkan Bodhicitta dengan perenungan yang tepat. Bagi saya yang sering kali luput dalam melakukan hal ini, perenungan akan kalimat-kalimat dalam doa yang saya lantunkan menjadi sebuah pengingat tersendiri bagi saya. Terkait berlindung, Rinpoche juga menjelaskan bahwa ketika membacakan bait perlindungan, perenungan terhadap kualitas Triratna dan sebab-sebab berlindung haruslah kita munculkan dalam batin kita. Ketika merenungkan kualitas fisik Buddha, kita tentu harus mengingat bahwa batin sukacita akan muncul kepada siapapun yang memiliki kesempatan amat baik bertemu dengan Buddha. Namun, tentunya untuk perkembangan batin kita pribadi, mengingat saja tidaklah cukup. Kita juga harus membangkitkan perasaan sukacita dan keyakinan ketika mengingat hal tersebut dan merenungkan kembali mengenai sebab-sebab yang bisa kita buat agar bisa mengikuti teladan Buddha. Ketika merenungkan kualitas Dharma mengenai Empat Kebenaran Arya, kita juga harus mengingat bahwa dengan merealisasikan Dharmalah kita dapat mengatasi klesha kita satu per satu. Terakhir, perenungan terhadap kualitas Sangha akan mengingatkan kita pada para makhluk yang sanggup mempraktikkan Dharma dan merealisasikan kualitas batin dalam hidup mereka.i

Meskipun merupakan praktik dasar, kita sama sekali tidak boleh menggampangkan praktik ini sebab praktik berlindung yang benar akan membantu kita untuk mengembangkan bodhicita. Dengan merenungkan penderitaan samsara secara umum dan khusus pada diri kita, lambat laun kita pun menyadari bahwasanya semua makhluk juga terjebak dalam penderitaan tiada akhir ini. Jika kita dapat merenungkannya dengan tepat, praktik berlindung kita akan membangkitkan keinginan untuk belajar dan berpraktik lebih dan lebih baik lagi. Melihat betapa banyaknya halangan dan klesha yang kita miliki, kita pun menyadari bahwa perjalanan spiritual ini amat berat untuk dilakukan jika kita tidak bertumpu pada seorang guru spiritual. Tak ayalnya dikatakan dalam teks Lamrim bahwa guru sebagai sosok yang welas asih dan sabar dalam membimbing kita dalam praktik spiritual yang kita lakukan adalah dasar dari semua kebajikan. Oleh karena itu, kita sebagai seorang praktisi Dharma, amatlah beruntung bisa bertemu dengan seorang guru yang penuh dengan kualitas bajik dan bersedia membimbing kita.

Kadam Tcheuling Bordeaux bersama-sama mendengarkan pengajaran dari Guru Dagpo Rinpoche

Berkaitan dengan hubungan guru dan murid, Rinpoche juga membabarkan beberapa kisah di zaman dulu yang menjelaskan bahwa perjalanan dalam mempraktikkan Dharma sejak semula adalah sebuah perjuangan. Ketika mendengar hal ini, saya pribadi merasa sangat tertampar sebab dengan begitu banyak kemudahan untuk mendapatkan pengajaran Dharma di masa kini, saya tidak juga bisa berpraktik segigih orang-orang di zaman dulu. Dibutuhkan banyak pengorbanan dan perjuangan mereka dalam mencari Dharma sama sekali tidak main-main. Salah satu contoh yang diberikan Rinpoche misalnya Pakmodrupa Dorje Gyelpo. Ketika beliau ingin berangkat ke India untuk mengajar, para siswanya begitu sungguh-sungguh dalam mengurungkan tekad sang guru dikarenakan kondisi India yang berbahaya kala itu. Demi menjaga keselamatan sang guru, murid-murid bahkan mempersembahkan mandala, mengajukan permohonan, dan memperlihatkan tekad yang sangat kuat untuk mencegah kepergian guru. Teladan para murid tersebut menjadi sebuah cambuk bagi saya: lantas bagaimana praktik saya sebagai seorang murid?

Ketika saya tengah merenungkan kualitas saya sebagai seorang murid yang masih sangat jauh dari murid-murid tersebut, Rinpoche kembali memberikan semangat dengan menjelaskan bahwa pada dasarnya, kita semua memiliki harapan untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik secara spiritual. Hal ini karena terdapat dua jenis praktisi dalam hal bertumpu pada guru spiritual. Praktisi pertama dalah yang telah bertumpu pada seorang guru di kehidupan sebelumnya dan telah membuat jejak karma yang kuat akan memiliki kebajikan yang lebih banyak sehingga perenungan terhadap topik-topik Lamrim yang dilakukan pun akan lebih mudah. Kendati demikian, terdapat pula praktisi jenis kedua, yakni praktisi yang mungkin baru memulai praktik di kehidupan ini sehingga membutuhkan penjelasan yang lebih rinci mengenai setiap topik. Meskipun sebagian besar dari kita mungkin merupakan praktisi jenis kedua, Rinpoche tetap berpesan bahwa kita tak seharusnya berputus asa sebab perenungan akan topik yang telah dijelaskan pun pada akhirnya akan membuat kita dapat berpraktik dengan baik. Dengan latihan perenungan tersebut, kita perlahan akan semakin memahami batin kita–warnanya, cara kerjanya, fungsinya–yang pada gilirannya bermanfaat supaya kita bisa menggunakan batin kita untuk hal-hal yang bermanfaat bagi banyak makhluk.

Pesan terakhir dari Rinpoche yang amat bermakna bagi saya dalam pengajaran hari ini adalah saya diingatkan kembali mengenai betapa beruntungnya saya dan kita semua yang bisa berkesempatan bertemu dengan pusat Dharma dan guru. Baik di belahan dunia Barat maupun Timur, kita mengetahui bahwa begitu banyak orang yang mendapatkan manfaat dari Buddhadharma, tak terkecuali kita di Indonesia. Melalui kegiatan bajik yang selalu digaungkan oleh pusat Dharma, instruksi dari guru, serta teman-teman komunitas pusat Dharma yang saling menguatkan dalam berpraktik, kita bisa mengatasi satu demi satu kesulitan hidup yang kita alami dengan jauh lebih baik. Lebih jauh dari itu, kita juga dapat mengadopsi sudut pandang yang jauh lebih baik dan dewasa dalam memandang masalah yang kita hadapi. Kita mengingat bahwa Buddhadharma begitu memberikan manfaat bagi diri kita dan kita ingin hal baik ini diketahui dan bisa bermanfaat juga untuk orang lain. Oleh karena itu, bersyukur dan mengingat keberuntungan ini seyogyanya kita jadikan sebagai bahan bakar bagi diri kita untuk tidak menyerah dan terus-menerus melanjutkan tindakan yang bermanfaat untuk lebih dan lebih banyak makhluk hingga kita mencapai Kebuddhaan yang lengkap sempurna. Semoga pembelajaran yang kita dapatkan bersama hari ini bisa memberikan kita semangat dalam perjalanan spiritual kita, detik ini, detik berikut, dan hingga kita tersadarkan sebagai seorang Sammasambuddha.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *