Dasar Buddhisme

Kelahiran Lampau yang Tak Bermula


Menurut Buddhisme, tak ada awal bagi rangkaian kelahiran kita. Sesungguhnya, kita telah terlahir kembali di dalam samsara sejak waktu tak bermula. Kita telah mengambil bentuk kelahiran kembali yang tak terhitung jumlahnya. Dalam rangkaian ini, kita tidak selalu terlahir kembali sebagai manusia, karena sering pula kita terlahir sebagai binatang. Kenyataannya, kita telah terlahir kembali dalam 6 bentuk kelahiran di dalam samsara.

Kenapa tak ada awal bagi rangkaian kelahiran kita? Karena kesadaran kita saat ini haruslah bersumber dari kesadaran yang lain, yang sebelumnya. Dengan logika ini, kita dapat mengerti bahwa takkan ada yang namanya titik awal kelahiran. Misalnya, Buddhisme mengenal konsep “bentuk” (“materi”), yang sebenarnya adalah fenomena yang terdiri dari kumpulan partikel. Fenomena ini tak pernah bisa bertindak sebagai sebab langsung atau sebab pendukung bagi kesadaran, karena keduanya berbeda hakikat. Dengan kata lain, kesadaran kita tak bersumber dari suatu zat tertentu, dan hanya bisa berasal dari kesadaran kita sebelumnya, yang jika dirunut terus ke belakang akan membawa kita ke suatu rangkaian yang tak bermula. Dengan demikian, jika suatu saat nanti kaum ilmuwan berhasil menghasilkan kesadaran dari bentuk (materi), maka kita harus meninggalkan pemikiran Buddhis ini. Kita harus menolak gagasan bahwa kesadaran kita tak berawal. Guru-guru pun kemudian akan pergi berlibur. Mereka akan kehilangan pekerjaan.

Kita tidak mengatakan bahwa materi tak punya peranan sama sekali. Tentu saja ia berperan dalam eksistensi batin, sehingga ia dikatakan sebagai salah satu aspek (meski dalam kategori yang berbeda). la adalah sebab penyokong yang berlawanan dengan sebab langsung. Sebagai perumpamaan, kita dapat melihat bunga. Agar bisa eksis, bunga memerlukan banyak sebab, namun sebab langsung dari sebuah bunga adalah benih dan sejenisnya. Sebab langsung adalah sesuatu yang dapat berubah menjadi bunga secara langsung. Di sisi lain, air, panas, cahaya, dsb adalah sebab penyokong, karena tanpa mereka, benih takkan berkecambah dan bunga pun takkan eksis. Dengan logika yang sama, bentuk adalah sebab penyokong bagi kesadaran.

Jika ada sebuah kesadaran yang bertindak sebagai sebab bagi kesadaran lainnya, ia haruslah kepunyaan seseorang; ia haruslah ditemukan pada satu makhluk hidup. Kesadaran tak dapat melayang begitu saja di sekitar kita tanpa dimiliki oleh satu makhluk hidup. lni adalah cara lain untuk membuktikan bahwa kehidupan haruslah dihasilkan dari kesadaran lain yang merupakan milik makhluk hidup yang lain. Jadi, ada kelahiran sebelum kelahiran kita saat ini, dan ada kelahiran sebelum kelahiran yang sebelumnya lagi, terus-menerus dalam rangkaian tak terputus tanpa ada satu titik awal.

Bagaimana kelahiran lampau kita dihabiskan? Kita menghabiskan seluruh waktu kita untuk memperoleh kebahagiaan dan menghindari penderitaan. Dalam semua bentuk kehidupan kita yang tak terhitung jumlahnya, inilah satu-satunya aspirasi kita. Namun, bagaimana keadaan kita sekarang? Sekarang kita telah lahir, dan tentunya pasti akan menjadi tua, sakit, dan akhirnya mati. Lalu kita akan lahir lagi, tua lagi, sakit lagi, dan mati lagi; dan seterusnya. Berputar tanpa akhir dalam siklus ini, kita telah melewati berbagai jenis keadaan dan pengalaman. Dalam beberapa kehidupan, kita adalah manusia seperti kondisi kita saat ini, dan keadaannya tentu lumayan menyenangkan. Dalam beberapa kehidupan yang lain, kita adalah dewa penghuni rupaloka dan arupaloka, sehingga hampir tak mengalami penderitaan yang signifikan. Namun, dalam beberapa kehidupan lainnya, kita juga sudah terlahir sebagai makhluk alam rendah yang harus menanggung penderitaan tak tertahankan untuk jangka waktu yang sangat lama.

Kualitas bajik tercemar seperti ketenangan batin dan berbagai jenis kewaskitaan lainnya bukanlah sesuatu yang belum pernah kita miliki. Kita  harus sadar bahwa sebenarnya kita pernah memilikinya beberapa kali sebelumnya. Meski demikian, sampai saat ini kita masih belum mencapai kebahagiaan yang stabil maupun mengakhiri semua penderitaan dengan pasti. Bukannya kita tak pernah mencoba, karena faktanya kita sudah menghabiskan seluruh hidup kita untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan menghindari penderitaan. Namun, kita gagal. Kita masih belum mampu mengakses kebahagiaan sejati yang takkan merosot lagi, dan kita juga belum bisa mengakhiri semua masalah dengan pasti. Dari sini, kita menyimpulkan bahwa kita belum menggunakan metode yang tepat. Jika kita tak mulai memakai metode yang efektif untuk mengakhiri penderitaan dan mencapai kebahagiaan sejati, satu-satunya hal yang menunggu kita hanyalah rangkaian kelahiran kembali lainnya, di mana kita terus terlempar dari alam tinggi ke alam rendah tanpa henti; dengan kata lain, kita harus mengalami semua jenis keadaan menyakitkan dan tak pernah terpuaskan dengan kebahagiaan yang kita miliki. Kita harus ingat bahwa penderitaan takkan berakhir begitu saja, dan kebahagiaan tidak dapat diperoleh begitu saja. Kita harus berusaha.

Jadi, kita harus melihat hal ini dari 2 sisi: kelahiran lampau kita yang tak terhitung jumlahnya (berikut aneka kesedihan dan penderitaan di dalamnya) dan kehidupan mendatang yang menunggu kita (juga dengan aneka kesedihan dan penderitaan di dalamnya). Di antara kedua sisi ini, apa yang kita punya? Kita punya kehidupan saat ini, yang sangat singkat jika dibandingkan dengan jangka waktu di masa lampau dan mendatang. Kehidupan saat ini bahkan bisa dikatakan hanya sepersekian detik jika dibandingkan dengan jangka waktu masa lampau dan mendatang. Kita pastinya telah melupakan semua kesengsaraan yang pernah kita alami di masa lampau; kita tak sadar akan apa yang telah kita alami sebelumnya karena kita memang tak ingat. Menyangkut masa mendatang, beberapa dari kita mungkin sedikit penasaran menantikan apa yang akan terjadi. Di antara kedua masa ini, kita punya masa sekarang yang terhitung sangat pendek. Jadi, kita benar-benar perlu memikirkan hal ini dan menyadari bahwa kita perlu menerapkan metode yang benar, sesuatu yang benar-benar membantu kita dalam mencapai tujuan kita di kehidupan saat ini. Jika tidak, maka kita harus mengalami jangka waktu yang sangat panjang dan sulit di kehidupan yang akan datang. Dalam 400 Stanza, Aryadewa meringkasnya sebagai berikut, “Penderitaan di dalam samsara tak ada akhirnya; bagaimana mungkin, O anak, engkau tak merasa takut?”

Penting bagi kita untuk benar-benar memahami bahwa jika kondisi di kehidupan saat ini tak diubah, sesuatu yang buruk akan menunggu kita di masa depan. Dengan menyadari apa yang telah kita lalui di kehidupan lampau, kita harus memahami bahwa jika kita tidak mengubah sesuatu, kita akan mengalami pengalaman menakutkan yang sama di kehidupan yang akan datang. Lihat saja kemampuan kita dalam mengatasi penderitaan sekarang. Terhadap sesuatu yang sedikit panas atau sedikit dingin, kita sudah tak bisa tahan. Ketika terasa panas, kita akan mengeluh, “Panas sekali!” Ketika terasa dingin, kita akan mengeluh, “Dingin sekali!” Tampak jelas bahwa kita bahkan tak mampu mengatasi ketidaknyamanan yang kecil. Jadi, bagaimana kita bisa tahan menghadapi apa yang akan terjadi di kehidupan yang akan datang jika kita tidak mengubah sesuatu mulai dari sekarang? Beberapa dari kita mungkin berpikir, “Kenapa membuat semua ini jadi repot? Semuanya toh tak terlalu buruk  saat ini. Untuk apa kita susah-payah memikirkan apa yang akan terjadi di kehidupan yang akan datang?”

Keadaan kita sekarang mungkin tidak terlalu buruk, namun ia juga takkan bertahan lama. Kita harus sadar bahwa kehidupan saat ini akan berakhir dalam beberapa tahun. Sekitar 50-60 tahun dari sekarang, barangkali hampir tak ada seorang pun yang menyimak ajaran kali ini yang masih tetap hidup. Lebih lanjut, bahkan walaupun kita berada dalam keadaan sehat dan bebas saat ini, semua itu takkan bertahan lama. Beberapa tahun dari sekarang, kita akan kehilangan kesehatan kita. Kita akan kehilangan kemampuan kita untuk mendengar, melihat, dsb. Karena kehidupan saat ini akan segera berakhir, pahamilah bahwa apa yang paling penting saat ini adalah menerapkan tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa kita tidak akan mengalami rangkaian penderitaan di kehidupan yang akan datang.

Jalan Keluar

Kalau begitu, apa tugas kita? Tugas kita adalah memberi kekuatan mental atau kapasitas yang lebih besar pada diri kita untuk mengatasi keadaan ini. Tak banyak yang bisa kita lakukan terkait penuaan, kematian, dan penyakit, karena mereka tak terhindarkan. Namun, apa yang dapat kita ubah adalah perasaan terhadap mereka. Dengan kata lain, kita mampu mencapai suatu kondisi yang mereka takkan lagi memengaruhi atau membuat kita menderita. Kita memiliki kemampuan untuk melakukan hal ini – mengakhiri penderitaan dan meraih kebahagiaan yang stabil. Sebagai tambahan, kita juga punya kemampuan untuk menerapkan metode yang sama untuk membantu makhluk lain.

Namun saat ini, pandangan atau cara berpikir kita sangat dangkal. Mengapa demikian? Karena kita benar-benar tak dapat melihat sesuatu di luar kehidupan saat ini. Pandangan kita sangat sempit dan pemikiran kita sangat terbatas pada kehidupan saat ini. Demikianlah kasus sebagian besar makhluk. Namun, ada juga beberapa makhluk yang telah memperluas cakupan pemikiran mereka dan mencapai tujuan tertinggi, yaitu pencerahan lengkap dan sempurna – Kebuddhaan. Mereka telah membebaskan diri dari samsara dan mengakhiri penderitaan dengan mencapai tingkatan Arya; artinya, mereka telah mampu mengakhiri kelahiran kembali, penuaan, penyakit, dan kematian, yang terjadi di bawah pengaruh karma dan klesha mereka. Jadi, tak ada alasan mengapa kita tak bisa mencapai hasil yang sama jika kita menggunakan metode yang sama seperti mereka.

Seorang Arya tak selalu lahir sebagai Arya. Mulanya, ia juga makhluk biasa seperti kita, namun bedanya, ia melakukan sesuatu untuk mengubah kehidupannya. Tentu hasilnya tidak dapat dicapai dengan segera; ini adalah pencapaian yang progresif. Ia mulai dengan mengatasi klesha dan memperluas cakupan pemikiran yang menyasar kebahagiaan di kehidupan yang akan datang. Namun kemudian, setelah beberapa waktu, ia dapat melihat bahwa semua itu hanya hasil jangka pendek dan bukan benar-benar sebuah penyelesaian akhir. Selama masih berada di dalam samsara, ia sadar bahwa penderitaan dari satu bentuk ke bentuk lain tetap akan dialami; ia tetap akan berada dalam keadaan yang tak stabil dan rapuh.

Dengan kesadaran ini, ia menetapkan bahwa satu­satunya jalan keluar adalah membebaskan diri seutuhnya dari samsara. Demikianlah seorang Arya mengaspirasikan kebahagiaan yang stabil. Setelah memperluas pandangan sampai ke tingkat tersebut, ada beberapa dari mereka yang mampu mengembangkan pandangan lebih jauh lagi. Mereka tak hanya memikirkan kesejahteraan diri sendiri, melainkan juga kesejahteraan makhluk lain. Mereka tak hanya beraspirasi untuk mendapatkan kebahagiaan pribadi, melainkan juga kebahagiaan semua makhluk. Dengan tujuan ini, mereka berusaha menghapus dan membuang semua kesalahan dan halangan mereka, serta mengembangkan kualitas bajik mereka sampai menjadi makhluk yang tercerahkan sepenuhnya: Buddha. Dari sini, barulah mereka mampu membantu pihak lain dengan efektif untuk mencapai hasil yang sama. Buddha mengajarkan berbagai jenis metode dan teknik untuk mencapai hasil yang sama seperti beliau. Salah satu instruksi yang ideal bagi sebagian besar dari kita adalah Lamrim.

Bagi kita, halangan utama kita sekarang ini adalah kemelekatan pada kehidupan saat ini dan ketergantungan kita padanya. Inilah yang mengikat kita sekarang. lnilah halangan utama yang mencegah kita memperluas pandangan untuk menjangkau sesuatu yang lebih jauh, seperti kebahagiaan kita di kehidupan yang akan datang. Lamrim, utamanya tahapan jalan yang dijalankan bersama makhluk motivasi kecil, bisa dipakai untuk membebaskan diri kita dari kemelekatan pada kehidupan saat ini. Namun, kelahiran kembali yang baik di kehidupan yang akan datang takkan mampu mengatasi kemelekatan kita pada samsara secara umum, apalagi membebaskan kita dari penderitaan samsara. Agar terbebas dari penderitaan samsara, kita harus melatih tahapan jalan yang dijalankan bersama makhluk motivasi menengah. Namun, ini pun bukan tujuan tertinggi yang mungkin bisa kita capai. Masih ada keterbatasan, dalam artian bahwa kita masih belum memikirkan pembebasan makhluk lain. Jadi, untuk melampaui pembebasan pribadi, kita harus melatih tahapan jalan yang dijalankan bersama makhluk motivasi agung. Dari sini, tujuan tertinggi pun bisa dicapai: Kebuddhaan.

Tujuan utama kita menyimak ajaran adalah melatih tahapan jalan yang ketiga ini, namun kita tak bisa loncat begitu saja ke sana. Untuk mempersiapkan diri, kita harus terlebih dulu melatih kedua tahapan jalan yang pertama. Demikianlah caranya memahami tahapan jalan yang diperuntukkan bagi ketiga jenis praktisi. Tujuannya adalah memperoleh realisasi spiritual atas tahapan jalan yang diperuntukan bagi ketiga jenis praktisi. Pada kehidupan saat ini, jika kita tidak berhasil meraihnya, langkah terbaik selanjutnya adalah meraih apa yang dinamakan ‘realisasi yang diperoleh dengan usaha dari setiap tahapan jalan.’ Jika kita tidak berhasil meraihnya, langkah terbaik selanjutnya adalah meraih pemahaman yang benar dari setiap tahapan jalan; dengan kata lain, meletakkan jejak Sang Jalan yang kuat dalam arus batin kita.

Dikutip dari pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di  Kadam Tashi Choe Ling, Kuala Lumpur, Malaysia pada 3-10 Desember 2011

Transkrip lengkap dapat dibaca dalam buku “Jalan Mudah Menuju Kemahatahuan Jld. 1”

Baca juga: https://dagporinpoche.id/ajaran/tahapan-jalan/menjadi-buddhis/kelahiran-manusia-yang-berharga/kelahiran-manusia-yang-berharga-lanjutan/