Hindari Kemarahan, Si Penghancur Kebajikan
Ada dua jenis kekurangan Kemarahan: yang terlihat dan tak terlihat.
Apa maksudnya kerugian yang terlihat? Sekali lagi Shantidewa dalam Bodhicaryavatarah menjelaskan bahwa kerugian utama dari kemarahan adalah hancurnya karma baik yang telah kita hasilkan dan kemarahan ini bersifat sangat merusak. Lebih mendalam, Beliau mengatakan bahwa kemarahan yang walaupun sekejap, yang ditujukan kepada makhluk yang unggul, akan menghancurkan berkah karma baik yang telah kita kumpulkan selama berkalpa-kalpa dengan praktik kemurahan hati, disiplin sila, kesabaran dan praktik lainnya.
Di dalam Madhyamakavatarah, Chandrakirti juga mengatakan hal yang sama. Beliau mengatakan bahwa semua kebajikan yang diperoleh dengan mempraktikkan kemurahan hati, disiplin moral, kesabaran, usaha yang bersemangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan, dan mungkin masih banyak lagi praktik-praktik lainnya, selama dua kalpa, akan hancur hanya dengan satu momen kemarahan yang ditujukan kepada seorang Bodhisatwa. Beliau lanjut mengatakan bahwa sulit untuk menemukan kejahatan yang lebih besar dari kemarahan. Jadi jika kita marah atau merasa marah terhadap seorang Bodhisatwa, maka, akibat tersebut akan benar-benar terjadi–kita akan menghancurkan semua kebajikan yang telah kita lakukan di masa lampau. Kita tidak bisa menjamin apakah makhluk yang kita marahi adalah Bodhisatwa atau bukan karena tidak tertulis di kening mereka, siapa yang Bodhisatwa, siapa yang bukan. Kita tidak pernah tahu siapa yang Bodhisatwa. Jadi, ini adalah sesuatu yang sangat harus kita perhatikan.
Contohnya, di dalam sutra, Sang Buddha mengajarkan manfaat besar dari sujud yang dilakukan di hadapan sebuah stupa yang berisi relik Buddha, seperti rambut, kuku, dan sebagainya. Beliau menjelaskan ketika Anda bersujud di atas tanah dan jika Anda sanggup menghitung jumlah partikel tanah atau debu yang ditutupi oleh tubuh Anda (tidak hanya yang ada di permukaan tapi tembus hingga ke inti bumi), dengan memberi hormat kepada relik Buddha dengan cara demikian maka Anda akan mengumpulkan karma sebanyak partikel tanah tersebut untuk dilahirkan sebagai seorang penguasa dunia. Katakanlah saat Anda melakukan sujud, terdapat satu triliun partikel tanah di bawah tubuh Anda, yang berarti dengan melakukan sujud ini, Anda mengumpulkan karma untuk terlahir sebagai penguasa dunia atau Chakravartin sebanyak ribuan triliun kelahiran. Oleh karena itu, setiap partikel tanah sama dengan seribu kelahiran sebagai penguasa dunia dan kita tahu bahwa itu adalah jumlah karma baik yang sangat besar. Oleh sebab itu, karena jumlah partikel tanah di bawah tubuhmu, baik di permukaan maupun di dalam tanah adalah sangat banyak, maka sudah jelas ini adalah karma baik yang luar biasa besar.
Seorang biksu dalam kumpulan para biksu yang mendengarkan sabda yang dibabarkan Sang Buddha saat itu bertanya kepada Sang Buddha, “Baiklah, kita telah memperoleh manfaat yang demikian besar. Tapi kenapa kita tidak bisa menunjukkan seberapa besarnya manfaat kesabaran? Contoh, mengapa tidak ada banyak Chakrawatin di dunia ini?” Buddha menjelaskan bahwa meskipun mereka telah mendapatkan karma positif dari menghormati Buddha, tapi karma positif tersebut telah dihancurkan oleh momen-momen kemarahan. Buddha kembali menjelaskan poin ini dikarenakan besar dan bahaya efek negatif dari kemarahan, maka seseorang seharusnya menghindari kemarahan kepada siapapun dan apapun. Tanpa perlu menyebutkan kemarahan yang ditujukan kepada makhluk hidup, seseorang bahkan juga harus menghindari melampiaskan emosi terhadap benda atau objek tak bernyawa.
Jika kita benar-benar memikirkan hal ini, kita harus mengerti bahwa kita akan menghadapi resiko besar apabila membangkitkan kemarahan dan akibatnya luar biasa besar. Kita harus berusaha untuk senantiasa bajik, mempraktikkan dharma dan melakukan kebajikan dengan segala cara. Tentu saja kita sudah melakukan kebajikan; kita telah berusaha membangkitkan batin pencerahan atau bodhicitta di dalam diri kita; kita mencoba mempraktikkannya dalam berbagai cara dan oleh karenanya kita menghasilkan banyak kebajikan. Tapi kita cenderung tidak bisa terlalu memperlihatkan hasil kebajikan yang sudah kita lakukan sebelumnya. Mengapa bisa demikian? Ini dikarenakan efek penghancur dari momen kemarahan kita.
Jadi, bagaimana kemarahan ini memiliki efek penghancur terhadap kebajikan kita? Seperti yang kita katakan, kita telah berusaha untuk menghasilkan kebajikan agar sanggup menikmati kelahiran yang lebih baik di kehidupan mendatang, untuk merealisasikan pembebasan ataupun Kebuddhaan. Karma yang telah kita bangkitkan adalah apa yang disebut dengan terakumulasi dan tercapai. Dengan kata lain, sebuah karma baik yang lengkap dan karma tersebut di kondisi yang semestinya akan menghasilkan tiga jenis akibat. Pertama, akibat yang matang sepenuhnya. Kedua, akibat yang serupa dengan sebab, dan yang ketiga, akibat yang menentukan lingkungan kita dilahirkan.
Efek perusak dari kemarahan terhadap karma baik kita memengaruhi akibat yang pertama dari tiga jenis akibat, dengan kata lain, kemarahan menetralkan kemampuan karma untuk menghasilkan akibat yang matang sepenuhnya. Akibat yang matang sepenuhnya biasanya merujuk kepada jenis kelahiran yang Anda miliki. Sebagai contoh, jika katakanlah Anda telah mengumpulkan karma baik untuk dilahirkan kembali sebagai orang Malaysia, Anda memiliki karma tersebut tapi jika Anda membiarkan diri Anda marah, maka yang terjadi adalah Anda menetralkan karma Anda untuk terlahir kembali di Malaysia. Umpamanya seperti benih yang dilempar ke lahan yang tidak subur, oleh karena itu akibat yang matang sepenuhnya yaitu terlahir sebagai manusia di Malaysia, akan terganggu.
Dua jenis akibat yang lain, yaitu: akibat yang serupa dengan sebab dan akibat yang memengaruhi lingkungan. Mereka mungkin bisa dirusak oleh kemarahan. Jadi, semua ini merupakan efek negatif dari kemarahan yang tak terlihat. Karma-karma ini bukanlah sesuatu yang bisa kita lihat sesungguhnya. Di sisi lain, jenis efek negatif dari karma yang bisa terlihat ketika kita marah atau memiliki kecenderungan gampang marah, ketika kita kurang kesabaran, kita menjadi tidak damai karena kemarahan merusak ketenangan batin kita. Ini adalah kasus yang gampang dimengerti oleh kita semua karena ketika kita marah dan gelisah, kita menjadi tidak tenang. Jadi, ketika kita marah, kita kehilangan kebahagiaan kita, kita kehilangan kegembiraan dalam hidup kita, dan ketika kita kehilangannya, akan sangat sulit bagi kita untuk menemukannya lagi. Kita tidak bisa tidur dengan nyenyak dan kita menjadi insomnia karena ketidakmampuan kita mengatasi kemarahan.
Intinya, apa yang akan terjadi jika Anda selalu marah setiap waktu, Anda akan gelisah hingga tidak bisa tidur dengan nyenyak; Anda tidak bisa santai; batin Anda sangat bermasalah hingga Anda tidak bisa mengendalikan diri Anda baik saat duduk, santai, dan sebagainya. Lebih jauh lagi, ketika Anda marah terus-menerus kepada orang yang sama, bahkan jika orang tersebut adalah seseorang yang telah banyak Anda tolong di masa lampau, baik membantunya di bidang keuangan, memberinya nasihat atau dengan cara-cara yang lain. Kemarahan akan menyebabkan putusnya hubungan dengan orang tersebut karena kecenderungan Anda untuk membangkitkan kemarahan terhadap orang tersebut sewaktu-waktu. Orang yang sama tersebut yang memiliki hubungan baik dengan Anda sebelumnya karena banyak dibantu oleh Anda juga akan berpaling dan menjadi seseorang yang tidak menghargai apa yang sudah pernah Anda berikan padanya. Dia mungkin akan menjadi seseorang yang akan menyakiti Anda. Jadi, seseorang yang pernah Anda tolong dan memiliki hubungan yang baik dengan Anda pun, akan muak dan memutus hubungan dengan Anda bila Anda selalu marah dan menyakitinya.
Dalam Jataka yang menceritakan kisah kehidupan Buddha sebelum menjadi Buddha, terdapat versi yang disusun oleh guru India, Ashvaghosha. Beliau menjelaskan hal yang sama seperti yang telah kita bahas di mana wajah seseorang yang dipenuhi dengan kemarahan, dengan kata lain, wajah yang benar-benar berubah karena marah, tak peduli berapa banyaknya perhiasan yang dikenakannya, dia tetap saja jelek. Sekali lagi di Jataka, guru yang sama juga menerangkan bahwa ketika Anda diganggu dan dibingungkan oleh kemarahan, bahkan jika Anda memiliki ranjang paling empuk di dunia, jika Anda marah, Anda tidak akan sanggup menikmati ranjang empuk tersebut.
Lebih jauh lagi, apabila Anda terus-menerus menyerah pada kemarahan, pada akhirnya Anda akan menghancurkan reputasi baik Anda, dengan menjadi seorang pemarah. Kemarahan juga akan mengacaukan semua tujuan yang telah Anda susun untuk diri Anda sendiri. Jika Anda menyerah pada kemarahan, akan sangat sulit untuk menyelesaikan tugas Anda, apapun itu.
Akibat negatif lainnya dari kemarahan adalah kecenderungannya untuk menghalangi kecerdasan dan pemahaman Anda. Ketika Anda marah, Anda akan kehilangan kemampuan untuk merenung dan memahami. Umpamanya seperti pandangan kita yang terhalang awan sehingga tidak bisa membedakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Anda seperti dibutakan olehnya, dan ini juga dinyatakan oleh Ashvaghosha dan Chandrakirti. Hal ini cukup jelas karena ketika Anda benar-benar marah, sangatlah gampang untuk mengatakan sesuatu yang kasar dan menyakiti orang lain. Mengapa demikian? Karena kemampuan Anda untuk membedakan apa yang harusnya dikatakan dan apa yang tidak seharusnya, menjadi hilang. Anda kehilangan kemampuan untuk melihat apa yang harusnya dilakukan dan apa yang tidak. Inilah mengapa Anda cenderung melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan ketika Anda marah. Chandrakirti juga mengatakan bahwa kemarahan adalah seperti sesuatu yang akan dengan cepat melempar kita ke kelahiran di alam rendah.
Ketika Anda benar-benar memikirkan semua akibat buruk dari kemarahan, apakah saat Anda mulai marah—ataupun efek yang dihasilkannya dalam kehidupan ini, atau di kehidupan yang akan datang, kemarahan sebenarnya musuh paling parah. Anda tidak akan memiliki musuh seperti ini di kehidupan sekarang. Contohnya seseorang yang Anda sebut sebagai musuh yang menyakiti Anda bahkan lebih baik dibandingkan dengan kemarahan Anda sendiri. Faktanya, kemarahan adalah musuh kita yang paling buruk.
Oleh karena itu, Shantideva mengatakan, “Tidak ada kejahatan yang lebih buruk daripada kemarahan dan tidak ada praktik pertapaan yang lebih baik daripada kesabaran.” Jadi, efek negatif dari kemarahan adalah dua kali lipat. Pertama, dengan marah, Anda menciptakan karma buruk yang kuat sekali di dalam diri Anda. Lebih jauh lagi, efek yang kedua adalah Anda menghancurkan karma baik yang telah Anda peroleh. Tapi bila demikian apakah berarti hanya kemarahan satu-satunya yang memiliki efek yang kuat terhadap akibat karma kita yang matang sepenuhnya? Berbicara mengenai akibat jenis ini, jenis perbuatan apa lagi yang menentukan kelahiran kembali kita? Kemarahan hanya satu dari beberapa. Seperti yang dijelaskan oleh Shantideva dalam karyanya yang lain yang berjudul Shrikshasamucharya. Ada perbuatan lain yang memiliki efek negatif yang sama dengan kemarahan, contohnya, beberapa jenis pandangan salah seperti karma mengabaikan Dharma memiliki efek negatif yang setara. Lebih jauh lagi, ketika dikuasai oleh rasa angkuh, Anda lantas memaki guru Anda, ini juga memiliki efek karma yang sangat, sangat negatif.
Baca juga: https://dagporinpoche.id/ajaran/dasar-buddhisme/melatih-kesabaran/