Kelahiran Kembali

Longdol Lama Ngawang Lobzang, Seorang Sarjana Tibet, Guru dan Yogi Agung


“Tahun baru! Tahun baru! Apa artinya! Pikirlah sedikit! Ini berarti umur kita semua tambah satu tahun lagi. Kalian lebih baik merenungkan kematian daripada berpesta seperti orang tolol!”

Longdol Lama Ngawang Lobzang lahir di Wenpu Doti, sebuah tempat di dekat Biara Jampa Ling di Chamdo pada tahun 1719, pada bulan purnama hari Go dawa bulan kesebelas penanggalan lunar pada tahun babi tanah. Ayahnya Ngakchang Wang Bum adalah Tantrika dan berasal dari keluarga bangsawan, dan ibunya bernama Jangsa Bumkyi.

Ngawang Lobzang menerima sumpah pra-penahbisan pada usia tujuh tahun dari Gelong Lobzang Gendun di pertapaan Puta Lago di Chamdo. Karena kecerdasan dan minatnya dalam spiritual, Beliau diajukan bahwa Beliau adalah reinkarnasi dari Zhiwa Lha Ketiga, Zhiwa Zangpo (1625-1717), tetapi Beliau tegas menolak identifikasi tersebut. Dari usia 4 hingga 17 tahun, Ngawang Lobzang diajarkan membaca dan menulis, menghafal teks doa dan teks akar lain dari sutra penting dan teks tantra oleh ayahnya.

Ketika Ngawang Lobzang berusia 12 tahun, Lama Sera Agung Purchok Ngawang Jampa (1682-1762) memberikan kepadanya sumpah Samanera di Chamdo Jampa Ling. Karena kekeringan di wilayah Chamdo ketika Beliau berusia 18 tahun, Beliau dan keluarganya pindah ke daerah Tsawarong dalam upaya terakhir untuk melarikan diri kelaparan. Di sana Ngawang Lobzang selamat dalam pertapaan namun orang tuanya kehilangan lima anak-anak lain karena penderitaan dan penyakit.

Pada usia 20 tahun, Ngawang Lobzang kembali ke Chamdo Jampa Ling dan mendaftar di biara Lingto Sangdu tempat Beliau menguasai ritual dengan mudah karena Beliau sudah hafal berbagai teks doa. Selanjutnya, ia diawasi oleh Drayak Chubar Lama Gendun Tashi. Cendekiawan ini percaya bahwa Ngawang Lobzang adalah reinkarnasi dari almarhum gurunya, Litang Khenchen Nyakri Lobzang Chodrak (1626), dan melihat bahwa identifikasi secara resmi telah dikonfirmasi.

Mengikuti konfirmasi, Lama Gendun Tashi mengantarkan Ngawang Lobzang ke Biara Drayak Chubar di mana Beliau melanjutkan pendidikannya. Gendun Tashi segera memutuskan untuk mengirim pemuda ini ke Lhasa untuk studi lebih lanjut, tetapi Lama Gendun Tashi meninggal pada 1741 dan sebagai gantinya, seorang kerabat mengatur perjalanan Ngawang Lobzang ke U-Tsang pada tahun berikutnya dengan delapan asisten.

Setibanya di Lhasa, setelah ziarah singkat, Ngawang Lobzang mendaftarkan diri sebagai murid di Lhopa House of Serje College of Sera Monastic University, tempat Beliau berbagi kamar dengan Zhiwa Lha Keempat, Pakpa Gelek Gyeltsen (1720-1799), dan Chakra Tulku Keenam Ngawang Trinle Pelzang (1730-1794).

Beliau memulai pembelajarannya dengan guru bernama Tsondu dan dikatakan telah belajar keras serta mengasingkan diri sehingga biksu lain memanggilnya “Biksu Gila dari Lhopa.” Pembacaan bait pujian dan doa untuk 21 Tara adalah praktek sehari-hari utamanya. Dikatakan bahwa Beliau bermimpi jelas bertemu Tara yang memberinya beberapa bait dari instruksi untuk meditasi yang secara signifikan membantu Beliau.

Pada usia 30 tahun, Ngawang Lobzang diberikan sumpah penahbisan biksu sepenuhnya oleh Purchok Ngawang Jampa Pertama. Darinya, Beliau menerima ajaran, inisiasi dan pembangkitan, dan instruksi pada berbagai topik sutra dan tantra serta juga mengulang ajaran pada topik-topik tertentu seperti Lamrim, Delam, Yamantaka, Cakrasaṃvara, Guhyasamāja, Chod, dan sebagainya.

Pada 1749, Beliau melanjutkan ziarah di wilayah Tsang dengan beberapa sahabat termasuk Zhiwa Lha Keempat. Beliau menerima audiensi dengan Panchen Lama Keenam, Lobzang Pelden Yeshe (1738-1780) dan menerima ajaran dan inisiasi darinya. Mereka juga bertemu dengan Gelong Yeshe Taye dan Zhalu Ripug Lama Jampel Chochok dan menerima ajaran dan transmisi dari mereka. Beliau kembali ke Lhasa setelah mengunjungi beberapa biara lainnya di Tsang.

Di kemudian hari, Ngawang Lobzang menerima banyak inisiasi dan pembangkitan pada beberapa istadewata tantra termasuk Hayagriva dan Mahakala dari Zhiwa Lha Keempat. Beliau juga menerima banyak ajaran termasuk transmisi komentar pada Lamrim Chenmo oleh Tsongkhapa dan komentar Madhyamika dari Dalai Lama Ketujuh, Kelzang Gyatso (1708-1757). Sementara itu Beliau menerima gelar “Kachu” di Sangpu, setara gelar Geshe di wilayah Tsang.

Pada usia 38 tahun, Ngawang Lobzang pergi berziarah lagi dengan beberapa temannya, termasuk Trehor Geshe Tenphel, di wilayah Penbo. Mereka kembali ke Sera melalui Samyas dan melanjutkan pembelajaran filsafat. Beliau berhasil menyelesaikan studinya mengenai Madhyamaka, Abhisamayālaṃkāra, dan Vinaya dalam 15 tahun di Sera, dan kemudian mendaftar di Gyuto Dratsang dan mempelajari tantra tingkat lanjut secara intensif di bawah Lama Chubzang Ngawang Chodrak (1710-1772), Ganden Tripa ke-59, selama beberapa tahun. Beliau juga menerima sejumlah pembangkitan, inisiasi dan instruksi batin pada beberapa istadewata dari Changkya Rolpai Dorje (1717-1786).

Ngawang Lobzang kemudian menerima inisiasi dan ajaran tentang tantra dari Takpu Lobzang Tenpai Gyeltsen, Ngakrampa Lobzang Chopel, dan Kachen Tabkhe Gyatso. Beliau dikatakan telah belajar dan menerima ajaran dari lebih dari 40 guru spiritual. Nama-nama guru terkenal lainnya antara lain Yongdzin Yeshe Gyeltsen (1713-1793); Jamyang Zhepa Kedua Konchok Jigme Wangpo (1728-1791); dan Ganden Tripa ke-54, Ngagwang Chokden (1677-1751).

Selama pembelajarannya, terutama pada bidang tantra, Beliau menjalani sebagian besar hidupnya sebagai pertapa dalam retret.

Ngawang Lobzang pindah ke Nyetang Mokchok dan duduk retret meditasi intensif selama tiga tahun. Beliau kemudian pindah ke pertapaan Nyetang Longdol dan menghabiskan jangka waktu lama untuk berlatih Lamrim. Pertapaan ini awalnya milik Tsangpa Gyare Yeshe Dorje (1161-1211), pendiri tradisi Drukpa Kagyu. Dikatakan bahwa sebelumnya pertapaan memiliki pasokan air yang buruk, dan bahwa Ngawang Lobzang menggunakan kemampuan supranatural untuk membuka mata air di dekat situs pertapaan. Dikarenakan Beliau menetap lama di Longdol, Beliau mendapatkan gelar Longdol Lama yang menjadi nama Beliau yang paling dikenal.

Karena masalah kesehatan, Longdol Lama harus pindah ke tempat yang lebih hangat di dekat Biara Rato di Drayab yang telah disiapkan untuknyaboleh pengikut warga setempat, Guru Chodrak, ayah dari Drayab Chetsang. Beliau tinggal di sana dari usia 50 tahun sampai mencapai nirwana, menghabiskan sebagian besar waktunya dalam meditasi dan retret tetapi juga melakukan kunjungan ke tempat-tempat lain untuk ajaran dan menunjukan Dharma.

Longdol Lama melakukan perjalanan ke Lhasa untuk menerima ajaran-ajaran dari Ganden Tripa ke-60, Lobzang Tenpa dan berkah dari Dalai Lama VIII Jampel Gyatso (1758-1804) di Drepung. Beliau diangkat ke kantor resmi patron Guru dengan Bupati Tibet Gyeltsab Demo, namun Beliau mengundurkan diri dan menghilang dari Lhasa. Kemudian, Beliau ditemukan di Lhodrak membuat banyak persembahan kepada keluarga Jetsun Marpa dan berdoa untuk realisasi pandangan Madhyamaka.

Longdol Lama menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam praktek spiritual: meditasi, retret, ritual, dan menerima serta memberikan ajaran, pembangkitan, inisiasi, transmisi, dan sebagainya. Berita tentang pencapaiannya tersebar luas di seluruh Tibet, bahkan hingga Mongolia, dan Beliau memikat sejumlah besar murid dan pengikut. Beberapa murid terkenal termasuk Tulku Lobzang Tendzin Gyatso; Tongkor Lobzang Tendzin Gyatso; Takpu Lama III, Lobzang Chokyi Wangchuk (1765-1792); Tsotri Tulku II, Lobzang Gyeltsen (1757-1849); Lingtul Lobzang Tenpai Gyeltsen (1770-1845); dan kedua Senior dan Junior Denma Ranyak Tulku. Selain itu, ia membimbing sebagian besar guru yang menjabat sebagai Ganden Tripa pada paruh kedua abad XVIII.

Sumber menyebutkan bahwa ada dua volume karya yang ditulis Longdol Lama yang meliputi beberapa topik penting dari sutra dan tantra, dan juga beberapa teks pengetahuan umum. Sumber lain menyebutkan bahwa ada tiga jilid karya-karyanya yang mencakup karya puisi, biografi, katalog, daftar Guru dan biara-biara Gelug, dan sebagainya berjumlah 96 teks dalam tiga jilid. Dikatakan bahwa teks-teks diukir pada blok kayu tradisional untuk dicetakan di Kundeling Lhundrub Dechen. Namun, masih ada blok-blok teks dari seluruh volume yang tidak diketahui; sekitar 32 risalah yang saat ini tersedia.

Pada 1794, pada usia 76 tahun, Longdol Lama memasuki nirwana. Beliau tidak dikremasi, tapi tubuhnya diumpankan ke burung bangkai dalam ritual tradisional “pemakaman langit”. Tulangnya dikumpulkan dan dibakar menjadi abu dan digunakan untuk membuat patung-patung. Sebuah stupa relik dibangun dan dipasang di beranda Rinchen Ling. Sebuah patung lama yang mengandung kepalanya juga dibangun oleh Tatsak Lama VIII, Yeshe Tenpai Gonpo (1760-1810).

Sumber:
Artikel terjemahan dari https://sanghakci.wixsite.com/sanghakadamchoeling/single-post/2017/01/17/Longdol-Lama-Ngawang-Lobzang-Seorang-Sarjana-Tibet-Guru-dan-Yogi-Agung

Artikel asli dari http://www.himalayanart.org/search/set.cfm?setID=698

Tentang Dagpo Rinpoche