Kronologi Perjalanan Dagpo Rinpoche di Indonesia
1989 - Guru yang kembali
Suatu hari di Bulan Februari, Lan Tjoa (Lie Tjhioe Lan), wanita Indonesia yang tinggal di Belanda, telah melakukan satu hal yang membawa perubahan besar. la yang telah mendengar bahwa reinkarnasi terdahulu Rinpoche adalah Dharmakirti, Maha Guru Buddhis di Sriwijaya, dengan beraninya memohon kepada Rinpoche untuk datang ke Indonesia.
Bhante Giri berkata kepada Lan Tjoa, “Anda harus mengundang Rinpoche setiap tahun ke negara kita.”
15 Agustus 1989
Demikianlah awalnya YM. Dagpo lama Rinpoche untuk pertama kalinya tiba di Indonesia, yaitu di Bali. Diringi oleh Rosemary Patton penerjemah-Nya dan Geshe-La sahabat-Nya.
Rinpoche mengisahkan… Di saat bulan purnama yang merupakan sebuah pertanda baik, Bhante Giri berkata kepada saya, “Anda adalah Bapak Buddhisme di Indonesia. Anda harus mengurus anak anda yang tercerai berai.”
17 Agustus 1989
Dagpo Rinpoche memberikan ceramah dharma pertama di Brahma Vihara, di bawah siraman bulan purnama.
Bhante Giri berkata kepada Lan Tjoa, “Anda harus mengundang Rinpoche setiap tahun ke negara kita.”
Rinpoche bercerita bahwa Lan Tjoa menulis surat kepada Lao She Sim Kong Siong (senior) di Surabaya tentang rencananya mengundang Beliau ke Indonesia dan ia mendapat jawaban positif.
“Memang Lama tersebut harus datang untuk mengajar di sini. Akan sangat baik untuk negara kita.” -Lao She Senior, 1989
Dari Bali ke Surabaya
Lao She Willy Sim, murid utama Lao She Senior dari Rumah Suci Bodhimandala, menemani Rinpoche ke Surabaya. Menurut penuturan Lao She Willy, waktu itu tak ada yang mengenal Rinpoche, mereka hanya tahu Beliau beraliran Tantra, karenanya seorang umat berinisiatif untuk membawa Rinpoche dan rombongan ke Vihara Lu Sheng Yen di Kedung Doro, Surabaya.
Setelah itu rombongan menuju Bodhimandala Rumah Suci (Genteng Sayangan).
Rinpoche mengenang, Lao She Senior menyambut kami dengan ramah, gaya penghormatan khas orang Cina zaman dulu, la tinggal dalam kelenteng besar di tengah daerah pegunungan. Ia adalah seorang yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk spiritualitas dan mengabdi kepada sesama.
“Kedamaiannya, getaran suara, dan gerakannya mengingatkan saya kepada guru saya yaitu Kyabje Trijang Rinpoche.” -Dagpo Rinpoche
19 Agustus 1989
Rinpoche memberikan penjelasan singkat sebagai persiapan Inisiasi Umur Panjang di Lawang.
20 Agustus 1989
Saya menguraikan dengan sejelas mungkin ajaran Lamrim di depan sekitar 600 orang umat kelenteng yang sebagian besar merupakan umat awam.
“Seperti semua Lama, saya mendengarkan umat yang mencurahkan isi hatinya serta mencoba untuk memahami kesulitan dan pertentangan yang menyiksa mereka dan membantu menolong mereka untuk mengatasinya.” -Dagpo Rinpoche
Lao She Senior yang mendengarkan pengajaran dari ruangan sebelah berkomentar, “Kami membutuhkan pengajaran seperti ini.”-Lao She Senior, 1989
Bertepatan dengan penanggalan Lunar ke-25, Rinpoche dan rombongan melakukan Pradaksina dan Guru Puja (Lama Choepa) di Candi Borobudur.
Rinpoche bercerita panjang… Di dekat Candi Borobudur, ada lima orang bhiksu tinggal di sebuah vihara kecil yang didirikan oleh Bhiksu Sri Pannavaro. Sifatnya sangat baik dan imannya kuat. Besoknya kami diundang makan.
“Bhante Pannavaro memberikan saya sebagian dari abu Guru Atisha yang membuat saya terkejut dan sekaligus bahagia.” -Dagpo Rinpoche
Dan sebagai balasannya Beliau memberikan buku Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan dalam Bahasa Tibet, yaitu Lamrim yang disusun oleh Guru Atisha. (Atisha adalah salah alah salah satu dan 7 pendiri satu dari 7 pendiri Buddhisme di Tibet yang meninggal di tibet pada tahun 1054. Sebagian abunya disimpan dalam stupa yang dihancurkan oleh Cina sewaktu terjadi revolusi kebudayaan).
Perjalanan kali ini diikuti banyak perjalanan lain. Berkat Lao She, Beliau berkenalan dengan banyak orang, terutama dengan Dokter Rahman yang mengundang Beliau untuk mengajarkan Buddhisme di Sulawesi.
1990 - Menjawab Panggilan Pertiwi
9 Juli 1990
Rinpoche datang lagi ke Bali. Kemudian rombongan terbang ke Ujung Pandang memenuhi permohonan Dokter Rahman.
16 – 18 Juli 1990
Di tempat Lao She di Surabaya,
Rinpoche memberikan ajaran dengan topik Untaian Permata Nasihat-nasihat Bodhisatva,
Karya Guru Atisha.
21 – 22 Juli 1990
Rinpoche memberikan inisiasi Avalokiteshvara untuk pertama kalinya di Lawang, Jawa Timur.
Lao She senior pernah menolak seorang Geshe yang diperkenalkan juga oleh anak angkatnya (Lan Tjoa) dan menjelaskan seperti ini, “Geshe ini tentu sangat terampil, tetapi ia tidak akan begitu berguna untuk Indonesia.”
Kepada Rio Helmi, fotografer yang tinggal di Bali, Bhante Giri berkata, “Pak Rio, ini baru yang bener. Kalau mau mengembalikan Vajrayana, mesti Beliau. Saya betul-betul merasa ini yang benar.” -Bhante Girirakkhito, 1990
28 Juli 1990
Rinpoche terbang dari Jakarta menuju Palembang ditemani oleh Bhante Ashin Jinarakkhita. Beliau sangat terkesan dengan keramahan dan janggut putih panjangnya. Sosok yang selalu diingat Rinpoche sebagai praktisi sejati yang lebih senior, bhante Indonesia pertama di masa modern yang memberi kontribusi besar bagi Buddhisme di Indonesia.
Pada malam harinya, Rinpoche memberikan ceramah mengenai Guru Atisha di Vihara Dharmakirti, Palembang.
1991 - Perjumpaan penuh makna
3 Agustus 1991
Di tahun ketiga ini, setelah pendaratan di Jakarta, rombongan Rinpoche mengunjungi Bhante Ashin Jinarakkhita di Vihara Sakyavanaram, di Pacet.
Di sini, Rinpoche juga bertemu dengan Bhante Vajra Sagara (Lobsang Gyatso).
Rupanya kunjungan ini adalah yang terakhir bagi Rinpoche. Bhante Ashin purna usia pada tanggal 18 April 2002 di Jakarta Salah satu karya besar yang diwariskannya adalah semangat non-sektarian Buddhayana bagi indonesia.
Agustus 1991
Rinpoche memberikan serangkaian sesi Dharma di berbagai kota. Mulai dari Inisiasi Amitabha Dzambhala di Lawang, ajaran Garis-garis Besar Lamrim di Malang, dan Inisiasi Avalokiteshvara di Vihara Buddhayana, Surabaya.
“Sukar dibayangkan bagaimana besarnya Bodhicitta. Dengarkanlah dia benar-benar karena dia adalah Buddha Dharma sebenar-benarnya.” –Lao she Senior, 1991
Mereka yang mengikuti ajaran di tahun-tahun awal di Surabaya merasakan kesan yang mendalam. Di kemudian hari mereka membentuk Yayasan Suvarnadipa.
“Dagpo Rinpoche, dulu Atisha mengambil ajaran dari Sumatera sehingga berlanjut terus, mohon kembalikan ajaran itu ke Indonesia.” -Lie Liong Han
Laoshe Tua purna usia di tahun 1991. Murid-muridnya membangun Stupa untuk Beliau. Rinpoche memberikan petunjuk tentang Dhyani Buddha dan memberikan teks Sutra Hati.
Di tempat Lao She di Surabaya, Rinpoche memberikan ajaran dengan topik Untaian Permata Nasihat-nasihat Bodhisatva, Karya Guru Atisha.
1992 - Mengabdi untuk Dharma
5 April 1992
Yang Maha Suci Dalai Lama mengunjungi Indonesia untuk ke-2 kalinya, setelah datang di tahun 1982.
17 Juli 1992
Rinpoche datang lagi dan mendarat di Jakarta. Esoknya berangkat ke Palembang ditemani Rio Helmi dan Bhante Vajrasagara
26 – 26 Juli 1992
Di sebuah vihara kecil, di Solo, yang dikelola oleh Mas Pujo. teman Rio Helmi Rinpoche memberikan inisiasi Avalokiteshvara.
Untuk yang ke 4 kalinya Rinpoche mengunjungi Candi Borobudur dan pertemuan kedua dengan Bhante Pannavaro pun terjadi di Vihara Mendut.
28 Juli 1992
Di Vihara Mendut, Beliau membabarkan Dharma.
29 Juli 1992
Bersama rombongan Lie Liong Han, Rinpoche mengunjungi Stupa Borobudur dan memberikan penjelasan tentang Persembahan Mandala.
4 – 6 Agustus 1992
Di kota lawang, Rinpoche memberikan pelajaran Lamrim dan Inisiasi Vajrapani.
7 Agustus 1992
Dari Lawang, Rinpoche menuju Trawas Mojokerto rombongan Rinpoche disambut oleh Bhante Virya Nadi di Maha Vihara Mojopahit. Di sini Beliau memberikan pelajaran teks singkat karya Guru Atisha dan Inisiasi Tara Hijau.
13 – 14 Agustus 1992
Setelah itu, di tempat Bhante Nyana Supalo di Kendang Sari, Rinpoche pun membabarkan Dharma. Malamnya. Beliau mengajar di Vihara Lu Sheng Yen di Surabaya.
15 Agustus 1992
Rinpoche memberikan inisiasi Avalokiteshvara untuk ke-2 kalinya di Rumah Suci Bodhimandala, Genteng Sayangan.
Serangkaian inisiasi dan pelajaran Dharma ini berlanjut di kota-kota lainnya. Jadwal yang padat sepertinya tak membuat Beliau lelah.
“Rinpoche luar biasa sekali, tatapan matanya penuh cinta kasih. Beda dengan guru lain yang pernah saya temui.” -Bhante Nyana Kirti, 1992
1993 - Berkarya Tiada Lelahnya
Di akhir Juli, Dagpo Rinpoche tiba di Jakarta untuk mengajar Dharma lagi di Indonesia
2 Agustus 1993
Rinpoche mengajarkan Guru Devotion di Borobudur.
8 Agustus 1993
Beliau melakukan konsekrasi Stupa untuk Lao She senior.
9 Agustus 1993
Topik Praktisi Motivasi Menengah diajarkan di Surabaya.
16 Agustus 1993
Di Ujung Pandang, Beliau pun mengajar.
Di tahun 1994,
Rinpoche tidak datang ke Indonesia. Murid-murid yang menanti, ternyata tak hanya di Indonesia. Mereka yang di mancanegara, kali ini mendapatkan kesempatan menerima ajaran Dharma-Nya.
1995 - Ajaran yang Berharga
Hanya permohonan dari keteguhan hati dan kesungguhan praktiklah yang membuat guru datang kembali.
7 September 1995
Rinpoche terbang dari Amsterdam ke Jakarta.
16-17 September 1995
Sekali lagi, Rinpoche memberikan inisiasi Avalokiteshvara di Surabaya.
25 September 1995
Rinpoche pergi ke Ujung Pandang. Di sana Rinpoche mengajarkan meditasi selama 3 malam berturut-turut.
1996 - Guru yang Ditunggu-tunggu
3 – 4 Agustus 1996
Dagpo Rinpoche mengajarkan Lamrim di Gedung Sigala-gala, Jakarta.
7 Agustus 1996
Di tempat yang sama, Beliau juga memberikan inisiasi Dzambhala. Di sinilah seorang pemuda bernama Fong Kwang pertama kali menerima ajaran dari Rinpoche.
15 Agustus 1996
Untuk yang ketiga kali, Dagpo Rinpoche bertemu dengan Bhante Pannavaro.
10 – 25 Agustus 1996
Rinpoche memberikan inisiasi Vajrabhairava di Jakarta lalu Surabaya. Pemuda Fong Kwang mengikuti sampai ke Surabaya.
28 Agustus 1996
Di kediaman Dokter Rahman di Ujung Pandang, Rinpoche memberikan Inisiasi Bhaisajyaguru.
1997 - Dharma untuk Semua
Rinpoche memulai sesi ajarannya di tahun ini di negara-negara tetangga. Murid-murid berbagai penjuru senantiasa mengejar Sang Guru, termasuk dari Indonesia.
28 Agustus 1997
Rinpoche tiba di Surabaya dan tinggal di kediaman Chandra.
30 – 31 Agustus 1997
Di Rumah Suci Bodhimandala, Genteng Sayangan, Rinpoche menjelaskan Pengenalan Tantra dan memberikan inisiasi Manjushri.
2 September 1997
Topik-topik Dharma terus bertambah, berikutnya Rinpoche mengupas tentang Karma di Vihara Buddha Kirti, membahas Tenets dan Jorchoe di Genteng Sayangan.
12 September 1997
Rinpoche mengikuti rapat Yayasan Suvarnadvipa. Yayasan ini kemudian membantu mengurus perizinan Beliau untuk mengajar di Indonesia.
Jadwal perjalanan yang makin padat, justru membuat Rinpoche ingat untuk selalu menjaga kesehatan fisik dengan berolah raga, juga menjaga pola makan.
1998 - Tunas-tunas Bertumbuh
Tragedi kerusuhan di Bulan Mei, membuat Rinpoche urung berkunjung ke Indonesia.
Di tahun ini, Pemuda Fong Kwang telah mengambil pentahbisan samanera dengan nama Bhadra Ruci. la bersama sekelompok pemuda Vihara Vimala Dharma serius belajar dan praktik Dharma secara rutin.
1999 - Mengejar Guru Mengajar
Di awal Februari, Dagpo Rinpoche datang mengajar lagi di Indonesia.
8 Februari 1999
Genteng Sayangan kembali dipenuhi orang-orang. Di sini, Pak Atmadja Tjiptobiantoro, pertama kali mengikuti ajaran dari Dagpo Rinpoche. Kesan pertama Pak Atmadja tentang Rinpoche:
“Biasa saja malah sedikit kecewa. Karena orangorang begitu bersemangat mengajaknya, ia pikir hendak bertemu orang luar biasa yang bisa mengeluarkan cahaya. Namun ternyata sampai sekarang Pak Atmadja menjadi salah satu murid Rinpoche yang selalu hadir setiap Beliau mengajar.”
Namun ternyata sampai sekarang Pak Atmaja menjadi salah satu murid Rinpoche yang selalu hadir setiap Beliau mengajar.
12 – 13 Februari 1999
Inisiasi Avalokiteshvara digelar di Genteng Sayangan.
14 Februari 1999
Di Bali, Rinpoche menyampaikan pembahasan tentang Reinkarnasi serta Karma dan akibat-akibatnya.
Semakin hari, orang-orang makin menyadari betapa berharganya kesempatan memperoleh Dharma dari Rinpoche. Mereka yang ingin melengkapi, berusaha mengejar ke manapun Sang Guru mengajar.
“Beliau selalu menyampaikan ajaran Sang Buddha sepenuh hati. Konsisten, tanpa tendensi, tak pernah mengeluh apalagi meminta. Bahkan apapun yang dipersembahkan padanya tak selalu dibawa pulang, malah dibagikan lagi untuk banyak orang.” –Bhiksu Bhadra Ruci
2000 - Harum Dharmanya kian Menyebar
Februari 2000
Samanera Bhadra Ruci dan 7 mahasiswa dari kelompok belajar Dharma di Bandung mengikuti ajaran di Genteng Sayangan, Surabaya.
Surya Wijaya, salah satu dari mereka menjawab tantangan Samanera Bhadra Ruci untuk jadi juru bicara, memohon Rinpoche mengajar di Bandung.
Sepulang dari Surabaya, mereka merasakan manfaat dari ajaran Beliau. Mereka berupaya menjaga “bara” semangat dengan cara belajar dan praktik bersama, mendengarkan kaset rekaman ceramah Rinpoche dan diskusi bersama.
12 – 14 Februari 2000
Rinpoche mengajar di kediaman Rio Helmi di Bali, dengan topik Lamrim dalam keseharian.
2001 - Berkah bagi pencari Dharma
1 Februari 2001
Rinpoche mengajar topik Bagaimana Membuka Pintu Dharma di rumah Wieneke de Groot, Jakarta.
2 – 3 Februari 2001
Rinpoche mengajar Basic Buddhism di Red Top, Jakarta, Diorganisir oleh Yayasan Serlingpa dan kelompok Bhumisambhara pimpinan Romo Surya Mahendra.
4 Februari 2001
Rinpoche memberikan ritual pembangkitan Bodhicitta di Ekayana, Jakarta.
5 Februari 2001
Di Vila Pines Garden, Lembang – Bandung, Rinpoche memberikan nama bagi kelompok belajar Dharma, Kadam Choeling Bandung.
6 – 7 Februari 2001
Rinpoche memberikan ajaran Teks Permata Hati, Bodhisattva Maniavali, dan transmisi Instruksi Guru yang Berharga di Vihara Vimala Dharma, Bandung.
8 & 16 Februari 2001
Di Surabaya, Beliau mengajarkan Sumpah Bodhisatva, lalu di Bali menjelaskan Lima Puluh Bait Bakti kepada Guru.
2002 - Menanamkan Akar Sang Jalan
6 – 8 Februari 2002
Ceramah terbuka di Hotel Preanger, Bandung. Dengan topik Instruksi Guru yang Berharga.
10 Februari 2002
Transmisi dan ceramah 35 Buddha Pengakuan di Vihara Vimala Dharma, Bandung.
Topik-topik Dharma yang diajarkan Rinpoche di berbagai kota semakin banyak dan beragam. Mulai dari 46 Pelanggaran Sekunder Sumpah Bodhisattva, Sepuluh Paramita, hingga Batin dan Faktor-faktor Mental.
26 Februari – 3 Maret 2002
Rinpoche mengajarkan topik Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan di kediaman Pak Atmadja di Jakarta. Esoknya Rinpoche memberikan inisiasi Manjushri.
2003 - Di Tanah Subur, Benih Ditabur
Setiap kali kita hendak belajar Dharma, siapkan motivasi bajik dan kondisi batin yang bersuka cita.
Dagpo Rinpoche selalu mengingatkan murid-murid yang dikasihinya. Begitu pula dengan Beliau sendiri, selalu bersuka cita saat membagikan ajaran, apalagi kepada mereka yang bersungguh-sungguh mau belajar.
Acara retret pertama diadakan di Gambung, Bandung, dengan topik renungan Kemuliaan Terlahir Sebagai Manusia.
22 Desember 2003
Rinpoche memberikan ceramah umum di Jakarta, yang diorganisir oleh Yayasan Serlingpa.
2004 - Teladan yang tak Diucapkan
Tepat di awal tahun baru, di Surabaya diselenggarakan Upacara Umur Panjang untuk Dagpo Rinpoche
7 Januari 2004
Di tengah jadwal Rinpoche yang padat, Beliau menyempatkan diri mengunjungi Candi Muara Takus di Riau.
Kelompok belajar Dharma, Kadam Choeling Bandung (KCB) akhirnya menemukan rumah kontrakan di Jalan Sampurna yang dijadikan Dharma Center.
Di tahun ini Rinpoche mengajar di Bali, Surabaya, Palembang, Bandung dengan berbagai topik: Lima Kekuatan Praktik Bodhicitta dalam keseharian, dan Tujuh Poin Latihan Batin.
25 Desember 2004
KCB menyelenggarakan retret kedua di Gambung – Bandung, dengan topik renungan Kematian dan Ketidakkekalan.
2005 - Penerus Tradisi Lamrim
1 Januari 2005
Ritual Pembangkitan Bodhicita di Gambung, Bandung mengawali tahun ini.
2 Januari 2005
Saat peresmian Dharma Center Kadam Choeling di Jalan Sampurna 19, Bandung. Rinpoche melanjutkan dengan Inisiasi Jey Rinpoche dan penjelasan Gahden Lha Gyama.
8 Januari 2005
Di pertengahan tahun, Rinpoche meresmikan Biara Dagpo Shedrup Ling di Lembah Kais, Kullu – India. Biara Dagpo ini didirikan kembali oleh Beliau demi meneruskan tradisi Lamrim yang terjaga lestari seperti di Biara Dagpo aslinya di Tibet, sebelum invasi Cina tahun 1959.
21 – 22 Desember 2005
Rinpoche mengisi ceramah umum dengan topik Batin dan Faktor-faktor Mental, yang diorganisir Yayasan Serlingpa, Jakarta.
25 – 31 Desember 2005
Acara retret menjadi acara rutin tahunan yang diselenggarakan KCB di Gambung – Bandung. Kali ini Rinpoche mengajak peserta merenungkan topik Berlindung.
2006 - Meniti jalan penuh harapan
Dharma Center yang berkembang membutuhkan ruang yang lebih lapang. Dagpo Rinpoche mengawal tahun baru dengan memberi restu untuk pembangunan Dharma Center Kadam Choeling, di Jalan Sederhana 83. Beliau kemudian memimpin Puja dan memberikan Dharma teaching.
Selesai Puja dan teaching, di langit muncul dua pelangi. Sungguh sebuah pertanda baik bagi KCB dalam menghadapi tahun-tahun mendatang yang penuh harapan.
2007 - Membangun Keyakinan
23 – 24 Maret 2007
Yayasan Serlingpa, kembali menjadi tuan rumah yang menyelenggarakan ceramah umum yang dibawa Rinpoche di Jakarta.
Dagpo Rinpoche memberi inisiasi Dewi Pelindung Dharma Phalden Lhamo di lokasi pembangunan Dharma Center di Jalan Sederhana. Selama inisiasi berlangsung, hujan turun lebat disertai petir bergemuruh. Menurut tradisi Tibet, ini merupakan tanda kehadiran Sang Dewi Pelindung.
29 Maret – 1 April 2007
Retret yang digelar KCB telah menjadi Retret Internasional yang diadakan di Hotel Bumi Makmur Indah, Lembang, Bandung, Rinpoche mengajarkan Tiga Prinsip Sang Jalan.
2008 - Bertakhta di Istana Payung Perak
Bertakhta di Istana Payung Perak Murid-murid Rinpoche di KCB telah bertambah lagi dan tersebar di beberapa kota. Mulai tahun ini KCB menjadi Kadam Choeling Indonesia.
25 Desember 2008
Dagpo Rinpoche memberkati bhaktisala Dharma Center KCI di Bandung yang dinamai Beliau, Istana Payung Perak, nama istana di zaman Kerajaan Sriwijaya.
“Saya hanya bisa mempersembahkan anak-anak ini ibarat boneka tanah liat dengan tangan dan kaki, tapi hanya Rinpoche yang bisa membukakan mata mereka.” -Bhiksu Bhadra Ruci, 2008
27 – 30 Desember 2008
Beliau memberikan ceramah umum di Graha Serba Guna, Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan topik Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan karya Guru Atisha.
31 Desember 2008
Rinpoche menghadiri peluncuran buku Pembebasan di Tangan kita di Gramedia, Bandung.
2009 - Dharma yang Luas dan Mendalam
Dagpo Rinpoche sangat gembira dan berpesan agar buku Pembebasan di Tangan kita ini dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk belajar dan praktik Dharma
Buku yang sejatinya adalah Lamrim ini akan memudahkan orang dalam memahami ajaran Sang Buddha Sakyamuni yang luas dan mendalam karena disusun secara bertahap dan sistematis,
9 – 13 Januari 2009
Rinpoche membimbing Retret dengan topik 12 Mata Rantai di Batu, Malang, Jawa Timur. Penyelenggaranya adalah Yayasan Suvarnadipa.
2010 - Membentuk Sangha, Mewujudkan Keyakinan
Pemahaman Dharma yang telah mencapai realisasi membawa perubahan batin di dalam diri. Mereka yang telah berhasil merealisasi memilih jalan yang lebih pasti untuk mencapai pencerahan yang hakiki.
1 Maret 2010
Di tanggal ini, persaudaraan Sangha KCI telah resmi terbentuk Sampai hari ini Sangha KCI telah beranggotakan 6 Bhiksu, 7 Samanera dan 3 Samaneri.
“Saya bersikeras memperkenalkan kembali ajaran Guru Atisha berikut silsilahnya kepada orang Indonesia, karena Anda semua jelas sekali memiliki koneksi yang sangat dekat dengan ajaran ini.” -Biksu Bhadra Ruci
Desember 2010
Acara yang paling dinantikan, yakni Retret Internasional bersama Dagpo Rinpoche digelar lagi. Merupakan tahun pertama diberikannya transmisi lisan Pembebasan di tangan kita.
2011 - Pesan untuk Kita Semua
8 – 9 Januari 2011
Ceramah umum di Jakarta, dilaksanakan oleh Yayasan Serlingpa. Dengan topik yang menarik, Bagaimana Mengubah Karma.
Komunitas Kadam Choeling Indonesia melakukan perayaan 10 tahunnya di Bandung, Rinpoche mengirimkan ucapan lewat sebuah rekaman video.
“Saya sungguh bahagia bahwa ada begitu banyak orang yang bisa bertemu dengan ajaran Buddha.” -Guru Dagpo Rinpoche, 2011
Desember 2011
Acara retret tahunan, kini berganti nama menjadi INTERNATIONAL LAMRIM FESTIVAL (ILF), Di Vila Istana Bunga, Lembang – Bandung, Beliau memberikan transmisi lisan Pembebasan di Tangan kita bagian II.
Untuk pertama kalinya, Rinpoche disambut arak-arakan yang panjang dan megah, diiringi alunan gamelan Bali. Prosesi meriah namun khidmat ini mengawali dan menutup sesi perenungan.
2012 - Kebaikan Hati Guru
Orang-orang yang mengharapkan Dharma disadarkan Beliau dengan kearifan dalam nasihat-nasihatnya.
Desember 2012
Dagpo Rinpoche memberikan ceramah umum di Jakarta, memenuhi undangan dari Yayasan Serlingpa.
23 – 30 Desember 2012
Beliau mengajar lagi dalam acara ILF 2012 dengan transmisi Pembebasan di Tangan kita bagian III, di Vila Istana Bunga, Lembang – Bandung.
Begitu banyak kata-kata Beliau yang telah mengetuk hati. Bahwa seberapa banyak kebajikan yang telah kita lakukan untuk menemukan Dharma patut kita renungkan.
“Saya pribadi akan berdoa. Di sisi Anda, tentu saja Anda juga harus mengeluarkan upaya.” -Guru Dagpo Rinpoche, 2012
2013 - Berkarya Sepanjang Waktu
Tepat di hari Tahun Baru, Dagpo Rinpoche memberikan inisiasi Avalokitesvara Tangan Seribu di Wisma Bhayangkara, Bandung.
Sebuah awal yang baik menandai tahun ke-25, Dagpo Rinpoche menyebarkan harumnya Dharma di Indonesia.
2014 - MENGEMBALIKAN DHARMA NUSANTARA
Rinpoche kembali melanjutkan transmisi dan pengajaran Dharma dari teks “Pembebasan di Tangan Kita”. Kali ini pengajaran memasuki bab motivasi agung tentang Bodhicita.
Rinpoche memberikan penjelasan tentang “Terima Kasih” atau juga dikenal sebagai instruksi latihan batin menukar diri dengan makhluk lain, sebuah ajaran unik yang diwarisi oleh Mahaguru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya yang membuat Guru Atisa Dipankara menempuh perjalanan panjang demi mempelajarinya.
Melalui topik ini, Dharma Nusantara yang telah lama hilang dikembalikan oleh Dagpo Rinpoche kepada umar Buddha Indonesia.
2015 - Mengukir Sejarah
Sebuah upaya teramat mulia untuk menghidupkan kembali, mewarisi, dan meneruskan Silsilah Emas Suwarnadwipa
10 Januari 2015
Merekonstruksi ulang sejarah Dhammacakkappavattana Sutta zaman Sang Buddha Sakyamuni, Dagpo Rinpoche melakukan Pemutaran Roda Dharma Pertama di tanah Pusdiklat Jina Putra Tushitavijaya, Malang, Jawa Timur.
OKTOBER 2015
Dagpo Rinpoche mengalami serangan jantung ringan di Biara Dagpo Shedrupling, Kais, Himachal Pradesh, India, pada Oktober 2015, yang berakibat pembatalan jadwal Retret dan Transmisi Lamrim tahun kelima yang diagendakan di Vila Istana Bunga, Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Sebagai pengganti, Suhu Bhadra Ruci dan komunitas KCI menyelenggarakan Maha Pranidhana Puja (MPP) yang kedua, dengan tujuan utama mendoakan kesembuhan dan panjang umurnya Dagpo Rinpoche.
2016 - 2018 - MENANTI DAN MENJAGA TRADISI
Dari Desember 2016 hingga Desember 2018, selama tiga tahun berturut-turut, Suhu Bhadra Ruci mengisi pengajaran Lamrim tahunan di Prasadha Jinarakkhita, Puri Kembangan, Jakarta, menjaga tradisi ajaran tahunan yang dirintis oleh Guru Dagpo Rinpoche untuk Indonesia.
Satu doa yang tak henti diucap, mendedikasikan segala kebajikan yang dikumpulkan berkat inspirasi dari 30 tahun Dagpo Rinpoche berkarya di Nusantara untuk kesehatan dan umur panjang Sang Guru, agar Sang Guru dapat kembali menyinari Bumi Pertiwi dengan amerta Dharma yang membawa semua makhluk menuju kebahagiaan sejati.
2019 - Kembali Mengukir Dharma di Tanah Air
Setelah 3 tahun Guru Dagpo Rinpoche tidak berkunjung ke Indonesia, tahun ini merupakan sebuah jodoh karma yang baik untuk bertemu kembali dengan beliau yang akan memberikan sesi pengajaran Dharma lanjutan pada topik motivasi agung merujuk pada teks “Pembebasan di Tangan Kita”
11 – 17 November 2019
Melalui rangkaian retret “Southeast Asia Lamrim Festival”, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan memberikan transmisi lisan berdasarkan kitab “MĀRGA-KRAMA-VIMOCANA-HASTA” atau “Pembebasan di Tangan Kita” karya Phabongkha Rinpoche.
Guru Dagpo Rinpoche memberikan transmisi lisan sembari memberikan bimbingan kepada para murid dengan penuh kesabaran melalui serangkaian aktivitas retret seperti belajar, merenung dan meditasi, setahap demi setahap berdasarkan urutan topik.
2020-2022 - Pandemi Menciptakan Jarak Sosial
Munculnya virus corona yang berkembang menjadi pandemi COVID-19 di seluruh dunia menyebabkan setiap orang harus menjaga jarak di masyarakat. Termasuk pengajaran Dharma yang dilakukan Guru Dagpo Rinpoche terpaksa dilakukan secara daring melalui konferensi video.
Selama pandemi, Guru Dagpo Rinpoche memberikan berbagai pengajaran dalam bentuk public teaching secara daring yang diselenggarakan berdasarkan permintaan murid dari seluruh dunia, mengisi retret untuk pengajaran Lamrim, maupun mengadakan pengajaran rutin berkelanjutan.
Sekarang…
Kita sangat beruntung Guru Dagpo Rinpoche terus mengajarkan Dharma secara daring.
Apabila anda berminat untuk mendengarkan ajaran Beliau, anda dapat menghubungi Call Center Kadam Choeling Indonesia (0815-7321-0000).
10-21 Agustus 2020
Penyelenggaraan retret Lamrim diselenggarakan pertama kali secara daring melalui aplikasi ZOOM dan diikuti oleh seluruh murid di berbagai negara. Topik utama yang diangkat adalah “Bertumpu kepada guru spiritual” yang merujuk kepada buku “Pembebasan di Tangan Kita” karya Phabongkha Rinpoche dan “Goemchen Lamrim” karya Geshe Ngawang Drakpa.
Membahas topik ini sangat bermanfaat karena sulit untuk memahaminya hanya dengan penalaran semata. Topik ini perlu diulas lebih mendalam dengan menggunakan contoh-contoh keseharian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
5-6 Desember 2020
Pengajaran bersama murid-muridnya di seluruh dunia diadakan kembali secara daring via ZOOM pada tanggal 5-6 Desember 2020. Dalam kesempatan ini beliau melanjutkan penjelasan Lamrim berdasarkan kitab “Instruksi Jamyang Lama Tsongkhapa” (Instruksi Lisan Manjugosha/Jampel Shelung) yang sudah dimulai di bulan-bulan sebelumnya.
3-14 Agustus 2021
Retret Lamrim daring kembali dilaksanakan melalui aplikasi Zoom yang diikuti oleh murid-muridnya di berbagai negara. Guru Dagpo Rinpoche kembali membawa topik lanjutan mengenai pentingnya merealisasikan bertumpu pada guru spiritual sebagai landasan dari seluruh praktik Dharma yang kita lakukan.
19-28 Juli 2022
Retret Lamrim daring yang diisi oleh Guru Dagpo Rinpoche tahun 2022 membahas topik akar dari sang jalan, “cara-cara untuk bertumpu pada guru spiritual”. Selama sesi, Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan akan kerugian tidak bertumpu secara benar dan bagaimana cara kita memandang seorang guru.