Memeditasikan Karma
Di dalam topik hukum karma, poin “meyakini hukum karma; sumber segala kebahagiaan” terbagi menjadi dua, yaitu:
- Sesi meditasi
- Sesi di antara periode meditasi
Sesi meditasi terbagi menjadi 3: pendahuluan, meditasi yang sesungguhnya, dan penutup. Pendahuluan merujuk pada 6 Praktik Pendahuluan, yang di antaranya terdiri dari membersihkan dan menyiapkan ruang meditasi serta mengundang ladang kebajikan untuk keperluan praktik akumulasi, purifikasi, dan persembahan mandala. Setelah mengundang ladang kebajikan, kita mengajukan permohonan kepada mereka. Sebelum mengajukan permohonan, kita mengundang mereka untuk datang dan menyatu dengan Guru spiritual yang duduk di atas kepala kita. Ladang kebajikan dan Guru spiritual menyatu dan berubah menjadi sosok Buddha Shakyamuni di atas kepala kita. Kepada Guru spiritual dalam wujud Buddha Shakyamuni inilah kita mengajukan permohonan. Permohonan harus senantiasa disesuaikan dengan topik yang dimeditasikan. Dalam konteks kali ini, kita mengajukan permohonan untuk memeditasikan hukum karma.
Kita merenungkan dengan cara berikut: alasan mengapa kita dan semua makhluk sampai saat ini masih terus berputar-putar di dalam samsara dan belum bebas adalah karena kegagalan kita dalam memahami hukum karma serta mengembangkan keyakinan kokoh padanya. Kita semua masih belum berhenti melakukan karma buruk dan belum lagi mempraktikkan karma baik. Akibatnya, kita semua masih terus berputar-putar di dalam samsara.
Setelah perenungan ini, kita mengajukan permohonan kepada Guru spiritual yang ada di atas kepala untuk pertama-tama menghapuskan segala rintangan dan kemudian memunculkan semua kondisi yang menguntungkan bagi praktik. Caranya, pilihlah satu aspek penjelasan yang telah diberikan, misalnya poin kepastian karma. Sekarang, kita akan memeditasikan purifikasi dengan membayangkan munculnya cahaya putih kekuningan dan amerta sebagai jawaban dari permohonan yang kita ajukan kepada Guru spiritual di atas kepala kita. Beliau memancarkan cahaya dan amerta yang mengalir memasuki ubun-ubun dan memenuhi tubuh kita berikut semua makhluk yang ada di sekeliling kita. Cahaya dan amerta ini benar-benar memenuhi tubuh dan batin kita, serta dalam sekejap memurnikan semua penghalang dan karma buruk yang sudah dikumpulkan sejak waktu tak bermula.
Ibarat ruangan gelap berabad-abad yang tiba-tiba diterangi oleh pelita, maka kegelapan batin yang disebabkan oleh penghalang dan karma buruk pun sirna. Sebagai gantinya, tubuh kita menjadi bening dan bermandikan cahaya, begitu pula dengan tubuh semua makhluk. Bila ada orang yang menghadapi permasalahan berat, kita bisa memusatkan perhatian pada mereka. Secara khusus, kita membayangkan bahwa penderitaan mereka berakhir. Kita juga bisa memusatkan perhatian pada makhluk-makhluk yang sedang berada di alam bardo atau alam rendah seperti neraka, karena pastilah mereka yang berada di sana sedang dipenuhi oleh ketakutan dan penderitaan yang luar biasa. Jadi, pertama-tama, kita melakukan visualisasi purifikasi untuk menyingkirkan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan.
Berikutnya, sekali lagi kita membayangkan cahaya putih kekuningan dan amerta mengalir dari Guru spiritual yang mengambil bentuk Guru Munendra Wajradhara yang duduk di atas kepala kita. Cahaya dan amerta ini memasuki tubuh kita dari ubun-ubun dan menganugerahkan berkah dari tubuh, ucapan, dan batin beliau serta seluruh realisasi beliau atas Lamrim. Cahaya dan amerta mengalir memenuhi tubuh kita dan semua makhluk, memberkahi kita semua sehingga mencapai realisasi yang setara dengan Guru Munendra Wajradhara, meningkatkan semua kondisi yang mendukung perkembangan spiritual, serta tentunya menganugerahkan umur panjang, kebajikan, dan harta kekayaan untuk menunjang praktik kita.
Sebelumnya, kita telah membahas secara singkat aspek-aspek umum hukum karma, yakni:
- Kepastian karma
- Pertumbuhan karma yang pesat
- Kita takkan mengalami akibat dari karma yang tidak kita lakukan
- Karma yang telah dilakukan takkan hilang begitu saja
Meditasi yang sesungguhnya pada poin kepastian karma dilakukan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pertama-tama, munculkan dan resapi apa yang saat ini kita rasakan. Ini bisa berupa perasaan menyenangkan, tak menyenangkan, maupun netral. Apa pun yang kita rasakan, cobalah pertajam dan perjelas perasaan tersebut. Renungkanlah bahwa apa pun perasaan yang sedang kita hadapi, ia bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tapi merupakan konsekuensi dari karma yang telah kita lakukan.
Kalau perasaannya menyenangkan, berarti itu adalah akibat dari karma baik yang telah dilakukan di waktu lampau. Bila perasaannya tak menyenangkan, tak nyaman, dan menderita, maka itu adalah akibat dari karma buruk yang telah dilakukan di waktu lampau. Sebab dan akibat tak mungkin tercampur aduk satu sama lain.
Jadi, ketika memeditasikan kepastian karma, kita bisa melakukannya dengan mempertajam perasaan apa pun yang sedang kita alami pada saat bermeditasi, apakah itu perasaan menyenangkan, tak menyenangkan, ataupun netral. Ingat kembali apa yang diajarkan oleh Buddha, yaitu bahkan aspek penderitaan terkecil yang dialami seorang Arhat merupakan akibat dari karma buruk masa lampaunya. Sama halnya, semilir angin sejuk singkat yang mengipasi seorang makhluk neraka merupakan buah dari karma baik yang pernah dilakukannya di masa lampau. Inilas alasan kenapa karma itu bersifat pasti, dan dari sini kita membangkitkan keyakinan bahwa memang perasaan menyenangkan muncul dari karma baik dan perasaan tak menyenangkan muncul dari karma buruk. Kebalikan dari hal ini adalah sesuatu yang mustahil terjadi.
Setelah merenungkan kepastian karma, berikutnya kita membangkitkan keyakinan pada pertumbuhan karma yang pesat. Sebuah karma akan berkembang dan berlipat ganda. Begitu diciptakan, karma akan terus bertumbuh dan menghasilkan akibat yang jauh lebih besar walaupun ia dimulai dengan sebuah sebab yang kecil. Sebuah benih yang kecil bisa menghasilkan tumbuhan yang besar, namun pertumbuhan karma bahkan jauh lebih besar dan pesat lagi. Walaupun seseorang hanya melakukan karma buruk yang kecil, tapi kalau karma buruk ini tidak dimurnikan, maka esok harinya karma itu telah berlipat ganda. Pada hari berikutnya lagi, karma yang telah berlipat ganda akan mengalami perkembangan lagi, demikian seterusnya. Jadi, sebuah karma yang kelihatannya kecil bisa berkembang menjadi sangat besar seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu, kita harus bertekad untuk tidak melakukan karma buruk yang paling kecil sekali pun. Kalau sudah melakukannya, karma buruk itu tidak boleh diabaikan begitu saja, tapi justru harus diberikan penawarnya.
Selanjutnya, kita merenungkan bahwa kita tidak bisa mengalami akibat dari karma yang tidak kita lakukan. Selain itu, karma yang telah diciptakan juga tidak akan lenyap begitu saja. Jadi, selama kita tidak menciptakan sebab bagi sebuah karma, maka kita tidak akan mengalami akibatnya. Dan kalau kita sudah melakukan sebuah karma, maka terkecuali ada faktor-faktor yang mengintervensi, karma itu akan tetap eksis hingga tiba saatnya untuk berbuah dan memberikan dampaknya. Dua sifat karma yang terakhir ini cukup jelas dan mudah dipahami.
Berikutnya, kita akan merenungkan aneka jenis karma secara terpisah. Ada 2 pembagian, yaitu: penjelasan inti dan akibat-akibatnya. Kita harus menyadari bahwa daftar 10 jalan karma adalah 10 perbuatan yang paling penting, baik itu jalan karma hitam maupun karma putih, yang mencakup perbuatan melalui fisik, ucapan, dan mental. Penting sekali bagi kita untuk menghindari jalan karma hitam, yaitu dengan menjalankan sila menghindari ketidakbajikan yang merupakan inti ajaran Buddha. Kalau kita mendaku diri sebagai pengikut ajaran Mahayana, maka kita harus menjaga sila ini. Berpura-pura menjadi pengikut Mahayana tanpa menjaga sila ini adalah kesalahan yang sangat serius.
Selanjutnya, kita memeditasikan jalan karma hitam, yaitu penjelasan tentang masing-masing jalan karma hitam dan berbagai akibatnya yang serius. Kita akan menganalisis masing-masing tahap, mulai dari basis, pemikiran di balik sebuah tindakan, tindakan itu sendiri, dan penyelesaian. Dengan merenungkannya, kita akan semakin memahami masing-masing jalan karma hitam serta membangkitkan pemahaman yang kuat untuk menghindarinya. Hasil dari perenungan seperti ini akan sangat bermanfaat.
Transkrip Pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Biezenmortel, Belanda pada 21-24 Februari 2013
Transkrip selengkapnya terdapat dalam buku “Karma dan Akibatnya”