Membangkitkan Sikap Penolakan Samsara

Mengingat Kerugian Melekat pada Kebahagiaan Kehidupan ini Saja

Sangat tidak benar kalau kita memusatkan perhatian sepenuhnya untuk mencapai kebahagiaan pada kehidupan saat ini saja, karena tujuan yang sempit ini sangat tidak mencukupi. Oleh karena itu, tidak cukup kalau Anda hanya mengumpulkan karma semata-mata untuk tujuan ini saja, karena motivasi yang melandasinya adalah motivasi yang cenderung egois dan mementingkan diri sendiri.

Apa yang salah kalau seseorang hanya memusatkan perhatian pada kebahagiaan pada kehidupan saat ini saja? Kesalahannya karena menimbulkan dua masalah. 

  1. ketika Anda memusatkan perhatian untuk mencapai kebahagiaan pada kehidupan saat ini saja, berarti Anda sepenuhnya terjebak pada urusan tersebut semata-mata, sehingga mengabaikan persiapan untuk kebahagiaan di kehidupan akan datang.
  2. Anda cenderung berpikir bahwa kehidupan saat ini akan berlangsung untuk selama-lamanya, sehingga abai untuk melakukan persiapan untuk kehidupan akan datang.

Jadi, permasalahan yang muncul kalau seseorang sepenuhnya terjebak dan terperangkap dalam urusan kehidupan saat ini saja adalah ia akan mengabaikan persiapan untuk kehidupan akan datang, padahal kehidupan akan datang pasti akan terjadi. Hal ini disebut dengan kemelekatan pada kehidupan saat ini. Diajarkan bahwa segala perbuatan yang dilakukan atas dasar kemelekatan pada kehidupan saat ini sebagian besar hanya akan menciptakan karma-karma untuk terlahir kembali di alam rendah. 

Kalau kita melekat pada kehidupan saat ini, kita ibarat menggali kuburan sendiri. Artinya, dengan melekat pada kehidupan saat ini kita menciptakan penderitaan di kehidupan yang akan datang. Untuk mengatasi kemelekatan pada kehidupan saat ini, kita harus memahami bahwa segala kebaikan pada kehidupan saat ini, semuanya tidak memiliki esensi dan tidak bermakna. Segala kebaikan itu pun tidak bertahan lama. Tak peduli seberapa banyak kenikmatan hidup saat ini yang berhasil Anda kumpulkan dan nikmati, apakah itu harta benda, persahabatan, dan seterusnya, tak satu pun dari semua hal tersebut yang bisa dibawa ke kehidupan berikutnya ketika kematian telah datang. Kalau kita bisa melihat dengan sisi demikian, maka kita bisa sedikit mengambil jarak terhadap kebaikan-kebaikan dalam kehidupan saat ini. Inilah yang disebut sikap menolak samsara, yaitu menolak kebaikan-kebaikan yang ditawarkan oleh kehidupan saat ini. 

Mengingat Manfaat mengurangi kemelekatan pada kebahagiaan saat ini

Manfaat lain dari mengurangi kemelekatan terhadap kebaikan-kebaikan hidup ini—dengan merenungkan manfaatnya yang terbatas dan ketiadaan esensi yang sejati—maka ketika tiba hari di mana kita berpisah dengan semua kepemilikan kita—keluarga, sahabat, dst—maka ketika kita berpisah dengan mereka semua (yang pasti akan terjadi suatu hari nanti, terutama pada saat kematian), maka kesedihan yang kita alami akan sedikit berkurang. Ketika mati, kemelekatan kita akan muncul. Sebelum mati pun, kita senantiasa melekat pada barang-barang kepemilikan kita, dan inilah yang menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan seterusnya. 

Kalau kita tidak mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi kemelekatan terhadap kehidupan saat ini, tentu saja kita masih tetap mempertahankan segala hal yang kita sebut sebagai ‘milikku,’ segala hal yang sangat kita sayangi, apakah itu harta benda, sahabat, anak-anak, istri/ suami, bahkan badan jasmani kita, dan ketika kita harus meninggalkan itu semua, maka kita akan merasakan kesedihan yang mendalam, termasuk kekecewaan yang mendalam. Kalau kita sudah berada pada kondisi demikian dan bertanya, ‘Apa lagi yang bisa aku lakukan?’ maka kita sudah benar-benar terpengaruh oleh kehilangan yang kita alami dan kalau sudah begini kondisinya tentu sangat sulit untuk dihadapi.

Sebenarnya, tidak ada kerugian sama sekali kalau kita mengurangi kemelekatan kita. Dengan mengurangi kemelekatan kita, bukan berarti mengurangi kepemilikan kita atau kita akan kehilangan semuanya. Mengurangi kemelekatan terhadap orang-orang yang kita cintai pun bukan berarti rasa sayang kita terhadap mereka menjadi berkurang. Jadi, sesungguhnya, kita tidak akan rugi kalau mengurangi kemelekatan. 

Mengingat Kerugian Melekat pada Kebahagiaan Samsara di Kehidupan Selanjutnya 

Lebih lanjut, perenungan bahwa bahkan konsekuensi samsara dalam kehidupan-kehidupan di alam tinggi tersebut pun masih dapat kita rasakan, yakni kita masih mengalami penderitaan akibat penuaan, jatuh sakit, dan kematian. Jadi, walaupun kita sudah terlahir di alam yang menyenangkan, kita masih berada dalam posisi beresiko menghadapi berbagai jenis penderitaan, ditambah dengan resiko munculnya kemelekatan pada sebuah kehidupan tertentu hingga kemelekatan terhadap samsara secara keseluruhan. Dari kedua jenis kemelekatan ini kita memiliki resiko terjadi ke alam rendah suatu hari nanti.

Walaupun kita bisa terlahir di alam tinggi dan menikmati kebahagiaan di sana, tapi tetap saja kita harus mengalami karakteristik penderitaan samsara yang berlaku di seluruh samsara, yaitu kekurangan samsara karena tidak adanya kepastian, kekurangan samsara karena ketidakpuasan, dan seterusnya. Terlepas dari kelahiran di alam-alam tinggi, selama kita masih berada di dalam samsara, kita akan terus mengalami penderitaan yang menjadi sifat dasar samsara.

Mengatasi Kemelekatan Kebahagiaan pada kehidupan saat ini

Hal utama untuk mengatasi kemelekatan pada kehidupan saat ini adalah harus merenungkan kematian dan ketidak-kekalan. Dengan merenungkannya, kita semakin teryakinkan bahwa kita pasti akan mati. Pemikiran kepastian kematian akan menuntun pada apa? Ini akan menuntun pada pemikiran terhadap kehidupan setelah kematian, yaitu kemungkinan alam-alam apa saja yang bisa didapatkan setelah meninggal. 

Misalnya kita melihat bahwa ada resiko sangat besar bagi kita untuk mengalami penderitaan di alam rendah, maka kita memutuskan untuk mencari perlindungan. Dari situ, kita akan berlindung kepada Triratna. Ingatan akan kematian memaksa seseorang untuk berpikir apa yang akan terjadi setelah kematian dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian tersebut. Kalau kita merasa kita akan mengalami penderitaan, maka kita akan berupaya untuk mencari perlindungan dengan mengambil trisarana. Selain berlindung, kita juga harus mempraktikkan sila-sila berlindung. 

Selanjutnya adalah membangkitkan sikap batin yang berpaling dari samsara secara keseluruhan, yaitu niat untuk terbebaskan dari samsara. Apakah penawar untuk mengatasi kemelekatan terhadap samsara secara keseluruhan? Je Rinpoche di dalam Tiga Kualitas Utama Sang Jalan mengatakan penawarnya adalah merenungkan kepastian hukum karma dan akibat-akibatnya secara berulang-ulang, serta merenungkan kerugian-kerugian samsara. Dengan realisasi kedua topik ini, kita bisa mengurangi kemelekatan terhadap samsara secara keseluruhan dan membangkitkan sikap menolak samsara (renunciation).

Penawar untuk kemelekatan terhadap kehidupan saat ini berikut segala kebaikan yang ditawarkan oleh kehidupan saat ini adalah perenungan kemuliaan terlahir sebagai manusia serta kematian dan ketidakkekalan. Setelah ini berhasil direnungkan dan direalisasikan, barulah seseorang bisa mengatasi kemelekatan terhadap samsara secara keseluruhan, yaitu dengan merenungkan kepastian hukum karma dan akibat-akibatnya, serta merenungkan kerugian atau kekurangan samsara. Kekurangan ini mencakup keharusan untuk terlahir kembali, mengalami penuaan, sakit, mati, dan seterusnya. 

Dengan demikian, perenungan terhadap kerugian-kerugian samsara pada akhirnya akan menuntun kita untuk mengembangkan sikap batin yang menolak segala bentuk kebaikan yang ditawarkan oleh samsara. Kemudian kita akan membangkitkan sikap batin yang berpaling dari segala kebaikan samsara, dan memahami bahwa solusi satu-satunya adalah membebaskan diri sepenuhnya dari samsara, yaitu renunciation atau penolakan samsara.

Tanda-Tanda Penolakan Samsara

Apakah tanda-tanda seseorang yang sudah membangkitkan sikap menolak samsara? Je Rinpoche menjelaskannya di dalam Tiga Kualitas Utama Sang Jalan. Kapanpun seseorang bertemu dengan kebaikan samsara, kalau ia tidak membangkitkan ketertarikan sedikitpun terhadapnya, dan hanya beraspirasi untuk membebaskan dirinya dari samsara, maka itulah tanda-tanda seseorang yang sudah menolak samsara.

Dengan kata lain, kapanpun seseorang bertemu atau memersepsi sisi-sisi baik dari lingkaran keberadaan (samsara), ketika ia tidak merasakan ketertarikan sedikit pun dan satu-satunya niat yang muncul dalam batinnya adalah berjuang untuk mencapai pembebasan, berarti orang ini sudah membangkitkan penolakan samsara atau niat untuk terbebaskan dari samsara. Ia sudah benar-benar tidak tertarik kepada samsara secara keseluruhan dan satu-satunya keinginannya hanyalah untuk terbebaskan darinya.

Mengingat Manfaat Membangkitkan Penolakan Samsara

Manfaat dari penolakan samsara adalah berhenti menciptakan sebab-sebab untuk terlahir di dalam samsara. Selain itu, ia juga merupakan basis pembangkitan welas asih agung. Hanya dengan penolakan samsara yang sejati, barulah seseorang bisa membangkitkan welas asih agung. Berikutnya, dengan kualitas penolakan samsara, maka apapun yang dilakukan, baik itu dengan fisik, ucapan, maupun  pikiran, hanya menjadi sebab untuk terbebaskan dari samsara, tapi belum memungkinkan seseorang untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Untuk itulah, mereka yang bijaksana berjuang untuk merealisasikan batin pencerahan yang berharga (bodhicitta).

Akan tetapi, Je Rinpoche juga lanjut menjelaskan, bahwa tak peduli seberapa besar kualitas penolakan terhadap samsaramu, dan tak peduli seberapa banyak Anda memeditasikan bodhicitta, kedua kualitas ini tidak bisa menghancurkan akar samsara. Untuk menghancurkan akar samsara, seseorang harus memeditasikan kesaling-tergantungan/ pandangan unggul. Pandangan unggul (penembusan kesunyataan) inilah yang bisa membusukkan akar samsara. Penolakan samsara dan bodhicitta tidak cukup untuk memotong akar samsara. Hanya pandangan unggul atau penembusan ketanpa-aku-an yang bisa memotong akar samsara. 

Kesimpulannya, untuk mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan pencapaian Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna, seseorang harus memeditasikan tiga kualitas utama pada jalan spiritual, yaitu:

  1. Penolakan samsara
  2. Batin pencerahan yang berharga
  3. Pandangan unggul

Perlu diketahui bahwa pencapaian kualitas-kualitas tersebut hanya bisa dicapai secara bertahap. Anda bisa mulai dari mengatasi kesalahan-kesalahan yang lebih kasar yang Anda miliki, baru kemudian bergerak untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang lebih halus. Demikianlah cara kita berkembang secara pelan tapi pasti. Jangan bayangkan bahwa orang yang tadinya adalah orang biasa yang penuh kesalahan tiba-tiba dalam waktu satu malam berubah menjadi seseorang yang memiliki kualitas sebaliknya. 

Anda dapat melihat artikel mengenai samsara lainnya disini.

Sumber: Transkrip Webcast sesi 3 Pengajaran Guru Dagpo Rinpoche di Nantes, Prancis, April 2011