Hakikat Kebuddhaan
Apa hakikat Kebuddhaan? Di satu sisi, kita bisa mengatakan Kebuddhaan adalah kondisi ketika Anda telah menghilangkan semua kualitas buruk, dan di sisi lain, ketika semua kualitas baik Anda telah sempurna. Cara lain untuk mengatakannya adalah kondisi yang menggabungkan dua tubuh (kaya) – tubuh kebenaran (dharmakaya) dan tubuh bentuk (rupakaya).
Ketika kita menyebut rupakaya, ini mengacu pada makhluk hidup seperti Buddha Shakyamuni atau Buddha lain seperti Wajradhara. Ada beberapa jenis rupakaya – tubuh kenikmatan sempurna, tubuh emanasi yang unggul, dan seterusnya. Aspek lain dari seorang Buddha, dharmakaya, mengacu pada kualitas yang dimiliki oleh seorang Buddha, salah satunya adalah batin Buddha. Aspek lain dari dharmakaya adalah kesunyataan batin seorang Buddha. Aspek lain adah kebenaran ihwal penghentian seorang Buddha, yang mengacu pada aspek hilangnya semua penghalang. Dharmakaya mempunyai berbagai aspek ini dan mereka adalah kualitas seorang Buddha.
Kualitas utama seorang Buddha adalah kebijaksanaan dan kemahatahuan Buddha – persepsi Buddha yang memahami semua fenomena pada dua tingkatan. Ini adalah kualitas utama dari Sang Buddha. Akan tetapi, kualitas ini tidak secara langsung membantu kesejahteraan makhluk hidup; mereka harus mempunyai kendaraan untuk dapat bertindak, dan itulah yang dinamakan rupakaya. Rupakaya meliputi bentuk-bentuk berbeda di mana kebijaksanaan Sang Buddha dapat terealisasi untuk membantu makhluk hidup – sebagai tubuh emanasi unggul seperti Buddha Sakyamuni; dapat pula dalam bentuk Buddha lain; atau bisa jadi dalam bentuk manusia biasa.
Di dalam kitab, ada dua aspek Kebuddhaan yang digambarkan dalam cara berbeda. Dharmakaya disebut ada untuk diri sendiri; dengan kata lain, untuk Buddha sendiri secara pribadi; di sisi lain, rupakaya ada demi makhluk lain. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dharmakaya memiliki dua aspek – kebijaksanaan yang dapat mengetahui semua hal yang ada (oleh karena itu, disebut kemahatahuan) dan aspek penghentian di mana semua ketidaksempurnaan dihilangkan. Dengan demikian, dari sudut pandang personal, dharmakaya mempunyai dua kualitas ini. Sebagai pengikut Mahayana, kita bercita-cita mencapai kondisi kesempurnaan dengan dua aspek dari Kebuddhaan demi kesejahteraan makhluk lain. Jika salah satu aspek tidak ada, cita-cita ini mustahil tercapai.
Untuk mendapatkan kondisi kesempurnaan ini, Anda harus menghasilkan berbagai sebab. Sebab-sebab ini dapat dikategorikan menjadi dua – latihan metode dan latihan kebijaksanaan. Cara lain untuk menyebutnya adalah himpunan kebajikan dan himpunan kebijaksanaan. Untuk mencapai rupakaya, Anda utamanya harus melatih aspek metode, tetapi Anda juga harus melatih aspek kebijaksanaan. Untuk mencapai dharmakaya, Anda utamanya harus melatih penyempurnaan kebijaksanaan sekaligus penyempurnaan lain yang merupakan metode aspek.
Namun, ada sebab dasar yang sangat dibutuhkan untuk melatih semua penyempurnaan ini agar menjadi sebab dari dharmakaya dan rupakaya, yaitu bodhicita – aspirasi spontan untuk mencapai Kebuddhaan demi makhluk lain. Jika Anda tidak memiliki ini, maka latihan kebajikan sebanyak apa pun yang Anda lakukan tidak akan menjadi latihan penyempurnaan. Terlebih lagi, jika Anda tidak menghubungkannya dengan latihan sila, maka alih-alih rupakaya atau dharmakaya, latihan Anda bahkan tidak akan menjadi sebab untuk mendapatkan kelahiran yang lebih tinggi dalam samsara. Oleh karena itu, dasar untuk mengubah latihan penyempurnaan Anda menjadi sebab-sebab untuk mendapatkan dharmakaya dan rupakaya adalah bodhicita.