Dasar Buddhisme

Mengapa Ada Berbagai Aliran dalam Buddhisme?


Sebagai pengenalan atau penjelasan ihwal Tahapan Jalan Menuju Pencerahan atau Lamrim, pertama-tama saya ingin mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Buddha setelah beliau mencapai pencerahan adalah memutar roda Dharma, yaitu mengajarkan Dharma selama kurang lebih 45 tahun. Terkait tata cara Buddha memberikan ajaran selama 45 tahun, tentu saja penjelasan yang diberikan berbeda-beda, tergantung pada tradisi mana yang memberikan penjelasan tersebut. Akan tetapi, secara umum, tentu saja Buddha tak memberikan ajaran yang sama persis dan berulang-ulang selama 45 tahun. Buddha mengadaptasikan dan menyesuaikan ajarannya sedemikian rupa dengan para pendengar atau muridnya. Kalau pendengar memiliki hal tertentu yang dibutuhkan, tentu saja Buddha akan menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Demikianlah, selama 45 tahun, Buddha memberikan ajaran yang berbeda-beda, seturut kebutuhan pendengar atau muridnya. Sebagai contoh, kondisi yang dialami ketika itu juga terjadi pada kondisi kita saat ini. Walaupun kita semua memiliki ketertarikan yang sama terhadap ajaran Buddha, tentu saja ini tidak berarti bahwa kita semua sama persis. Sebaliknya, kita semua berbeda satu sama lain. Kebutuhan kita berbeda-beda, begitu pula pemahaman kita.

Tak hanya keperluan atau kebutuhan yang berbeda, kita juga memiliki kelemahan dan kekuatan kita masing-masing yang berbeda satu sama lain. Ada orang yang amarahnya lebih kuat, ada orang yang iri hatinya lebih kuat, ada orang yang kemelekatannya lebih kuat, dst. Masing-masing pun memiliki kelebihannya sendiri. Ada orang yang keyakinannya lebih kuat, ada orang yang kebijaksanaannya lebih kuat, dst. Dengan demikian, kita bisa memahami atau mengamati bahwa setiap orang itu berbeda-beda.

Buddha secara alamiah memberikan ajaran yang begitu bervariasi. Ajaran yang diberikan Buddha sangat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan pendengarnya. Sebagai contoh, jika Buddha bertemu dengan seorang murid yang memiliki jejak karma yang sangat kuat dengan praktik dana, maka secara alamiah Buddha akan menggarisbawahi betapa pentingnya praktik dana kepada si murid.

Misalnya, Buddha akan mengatakan, “Penting sekali bagi kita untuk berdana, ada begitu banyak manfaat berdana.” Dengan begitu, batin si murid bisa didorong untuk membangkitkan keyakinan yang sangat kuat, dan ajaran tentang praktik dana pun bisa muncul dengan sangat jelas di dalam batinnya. Contoh lainnya, jika Buddha memberikan ajaran kepada seorang murid yang memiliki jejak karma yang sangat kuat dengan praktik sila, tentu saja Buddha akan menggarisbawahi betapa pentingnya praktik sila kepada si murid, sehingga praktik ini pun bisa muncul dengan sangat jelas di dalam batinnya. Jadi, Buddha menyesuaikan dengan kebutuhan murid yang muncul di hadapannya dan mengamati apa saja kecenderungan ataupun kebutuhan kuat yang dibutuhkan oleh si murid.

Kemampuan Buddha yang sempurna ini menyebabkan beliau dapat menyesuaikan diri dan ajarannya dengan segala macam murid. Inilah alasan mengapa kita punya begitu banyak ajaran Buddha yang sangat bervariasi dewasa ini. Ada begitu banyak aspek berbeda di dalam ajaran Buddha. Aspek Sutra dan Tantra, misalnya, bisa dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa sub-aspek; dalam tradisi Sutrayana, ada aspek Pratimoksayana dan Mahayana, dan dalam tradisi Tantrayana, ada 4 kelas tantra – ini belum termasuk aneka pandangan filosofis di dalam Buddhisme. Buddha memberikan ajaran filosofis yang berbeda-beda – ada 4 pandangan filosofis – untuk disesuaikan dengan kemampuan murid-murid yang menerima ajaran tersebut.

 

Dikutip dari pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta, Indonesia, tanggal 20 -21 Desember 2014.

Transkrip lengkap dapat dibaca dalam buku “Lamrim Intisari Tripitaka.”
Buku fisik ini dapat didapatkan di sini. Tersedia juga dalam bentuk ebook di sini.

Baca juga: https://dagporinpoche.id/ajaran/dasar-buddhisme/