Tahapan Jalan

Pengenalan Lamrim


Pada dasarnya ada dua tujuan utama yang diinginkan oleh semua orang. Pertama adalah menjadi bahagia dan kedua adalah sebisa mungkin menghindari penderitaan atau masalah apapun. [Pertanyaannya] mengapa sampai sekarang kita masih belum berhasil mencapai tujuan-tujuan ini sepenuhnya? Ada dua alasan. Pertama karena terdapat pola-pola tertentu dalam cara berpikir kita, yaitu cara-cara bereaksi terhadap sesuatu, yang sesungguhnya tidak tepat atau tidak benar. Ini semua merupakan penghalang. Jadi di samping kurangnya pemahaman, kita juga memiliki pola pemahaman dan pemikiran yang keliru, yang memperlambat upaya
kita dalam mencapai tujuan-tujuan kita tersebut. Oleh karena itu kita perlu memperbaiki cara berpikir kita, meningkatkan kualitas baik, dan
mengurangi hal-hal buruk dalam diri kita.

Ajaran Buddha merupakan sesuatu yang akan membuat kita bisa meningkatkan cara berpikir. Ajaran ini seperti alat yang akan menolong kita. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengaitkan diri kita dengan apa yang diajarkan, apa yang dijelaskan, membandingkan dengan pola pemikiran kita sendiri. Ketika kita melihat terdapat hal-hal dalam diri kita yang tidak tepat, kita bisa mencoba untuk memperbaiki sesuai dengan apa yang kita dengarkan atau baca.

Selama kurun waktu 45 tahun, Buddha Śakyamuni telah memberikan sejumlah besar ajaran. Pada dasarnya, kitab “Bodhipathapradīpa” atau “Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan” karya Guru Atiśa adalah karya yang menyarikan semua esensi pemikiran Buddha. Di samping itu juga terdapat karya lain yang merupakan ulasan sempurna atas Bodhipathapradīpa yaitu kitab yang dalam bahasa Tibet berjudul “Lamrim Chenmo” atau “Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan” yang disusun oleh seorang guru besar Tibet yaitu Je Tsongkhapa Losang Dragpa atau yang terkenal dengan julukan Je Rinpoche.[1]

Seluruh maksud dari ajaran yang kita temukan dalam karya Guru Atiśa Bodhipathapradīpa atau ulasan terhadapnya dalam kitab-kitab lain adalah untuk mengajarkan kita bagaimana meningkatkan pola pemikirankita, bagaimana meningkatkan kualitas baik, dan bagaimana mengurangi hal-hal buruk dalam diri kita. Akan tetapi bagi kita khususnya, kitab Bodhipathapradīpa ini tidak cukup jelas dan mudah untuk dilatih. Jika kita mempelajari Bodhipathapradīpa dan  memeditasikannya, kita tidak akan serta merta mengetahui secara tepat bagaimana memulai dan memeditasikan masing-masing tahapan, satu demi satu. Hal ini bukanlah karena kesalahan kitab tersebut. Ini semata-mata dikarenakan kekurangan kita. Kita tidak memiliki pemahaman bagaimana memeditasikannya
dengan tepat.
Oleh sebab itu, kitab yang ditulis oleh Je Rinpoche menjadi sangat penting bagi kita. Ajaran beliau telah membuat segalanya begitu jelas, bahkan bagi kita yang memiliki ‘batin penuh kabut’ dan kurangnya pemahaman untuk memeditasikan Bodhipathapradīpa. Kitab Bodhipathapradīpa karya Guru Atiśa dan Lamrim Chenmo karya Je Rinpoche bisa diumpamakan seperti berikut. Kita bisa mengambil perumpamaan “penyiapan makanan”, dengan menganggap bahwa Bodhipathapradīpa seperti sebuah dapur yang penuh dengan aneka bahan makanan. Semua bahan makanan tersedia dan kita mungkin tahu cara memasak dan memakannya, tetapi kita tidak melakukannya. Lamrim Je Rinpoche adalah ibarat makanan yang telah tersajikan. Yang tersedia di dapur tersebut bukan hanya bahan makanan, melainkan adalah masakan yang sudah diramu dan siap disantap. Apa yang perlu dikukus telah dikukus, apa yang perlu digoreng telah digoreng.
Kita hanya perlu duduk dan memakannya. Tentu saja jika kita tidak melakukan upaya untuk duduk dan memakannya, makanan tersebut tidak akan masuk ke dalam mulut kita. Sama halnya, Lamrim Chenmo sudah tersedia, demikian juga dengan ajaran, tetapi jika kita tidak mempelajari, merenungkan, dan memeditasikannya, maka ajaran tersebut tidak akan masuk ke dalam batin kita.

Je Rinpoche mempresentasikan Lamrim ke dalam empat bagian besar:
1. Bagian pertama berkaitan dengan keagungan sumber ajaran Lamrim ini, sehingga kita bisa memastikan bahwa penyusun ajaran ini adalah para guru unggul yang mempunyai silsilah tak terputus dari Buddha Śakyamuni sendiri.

2. Bagian kedua adalah penjelasan tentang keagungan ajaran Lamrim itu sendiri, yaitu keagungan topik-topik yang diajarkan, sehingga membangkitkan rasa hormat terhadap ajaran.

3. Bagian ketiga berisi penjelasan mengenai bagaimana cara mendengarkan (dari sudut pandang murid) dan cara memberikan (dari sudut pandang sang guru yang mengajar) ajaran yang mempunyai keempat keagungan.

4. Bagian keempat berisi penjelasan mengenai bagaimana para murid dibimbing kepada ajaran inti sepanjang tahapan jalan menuju pencerahan.

 

[1]Je Tsongkhapa (1357-1419) adalah pendiri silsilah Gelugpa dalam Buddhisme Tibet. Beliau adalah seorang biksu cendekiawan sekaligus seorang yogi agung yang berasal dari Tsongkha di Tibet. Beliau memurnikan kembali ajaran Buddha di Tibet, yang sekali lagi mulai mengalami kemerosotan, setelah empat abad sebelumnya dimurnikan oleh Yang Mulia Atiśa.

 

Transkrip Pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Bandung, Indonesia pada 2001
Transkrip selengkapnya terdapat dalam buku “Lamrim Buddhisme yang Lengkap dan Sistematis”

Penjelasan pembagian ajaran Buddha yang diurutkan ke dalam topik-topik yang terstruktur dan sistematis.
Bodhipathapradipa, teks akar dari Lamrim yang kini dipelajari.

Tahapan Jalan Menuju Pencerahan