Pentingnya Enam Praktik Pendahuluan
oleh Viriya Paramita
Pengajaran Guru Dagpo Rinpoche, 1 – 2 Mei 2021
Pada akhir pekan, 1 dan 2 Mei 2021, sesi pengajaran daring rutin bersama Guru Dagpo Rinpoche kembali diselenggarakan. Sesi ini merupakan kelanjutan dari sesi-sesi sebelumnya, yaitu pengajaran Lamrim (Tahapan Jalan Menuju Pencerahan untuk Tiga Jenis Praktisi) berdasarkan teks Lamrim Jalan Cepat. Pada sesi ini, Rinpoche sempat menjelaskan bahwa masing-masing teks Lamrim memiliki kelebihan masing-masing dan kecocokan pendengar terhadap setiap teks Lamrim bisa berbeda sesuai dengan koneksi karma masing-masing.
Hari 1
Sesi di hari pertama dimulai dengan pembacaan Sutra Hati, persembahan mandala untuk permohonan ajaran, dan doa umur panjang untuk para guru spiritual. Kemudian Guru Dagpo Rinpoche mengajak kita bersama-sama membangkitkan motivasi bajik. Beliau memaparkan bahwa kita semua telah memiliki tubuh manusia dengan kebebasan dan keberuntungan sehingga dengan kelahiran yang sangat baik ini, seharusnya kita bisa menarik manfaat yang sebesar-besarnya. Bagaimana cara menarik manfaat dari kelahiran yang berharga ini? Caranya adalah dengan mengembangkan batin hingga mencapai Kebuddhaan. Jika hal ini belum bisa kita raih, paling tidak kita bisa mencapai bodhicitta secara spontan, atau yang paling minimal kita bisa merealisasikan satu topik Lamrim atau mencapai kualitas-kualitas batin sesuai dengan Lamrim.
Mengapa kita perlu mencapai kualitas-kualitas batin ini? Saat ini, kita masih belum bisa mengendalikan batin. Namun, kita dan semua makhluk menginginkan kebahagiaan dan tidak menginginkan penderitaan. Kebahagiaan itu bisa kita raih dengan mengendalikan batin sesuai dengan instruksi yang telah diajarkan oleh guru-guru ktia. Dijelaskan juga bahwa dalam setiap sesi pengajaran Dharma, kita seharusnya senantiasa berpikir kita sedang mendengarkan sesuatu yang baru. Jika tidak begitu, batin kita akan bebal. Batin yang bebal ini ibarat kulit-kulit yang disimpan dengan mentega di panci besar. Jika sudah terlalu lama, mentega habis dan kulit-kulit tersebut akan mengeras dan tidak lagi lentur, sama seperti batin kita yang mengeras dan tidak bisa ditaklukkan dengan Dharma.
Guru Dagpo Rinpoche kemudian melanjutkan kembali pengajaran Lamrim Jalan Cepat yang sudah sampai pada topik “Enam Praktik Pendahuluan”, tepatnya mulai dari poin keempat, yaitu visualisasi ladang kebajikan. Tiga poin sebelumnya adalah: membersihkan ruangan meditasi; menyusun altar dan persembahan tanpa noda; dan duduk dalam postur vajrasana.
Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan secara terperinci kumpulan guru silsilah dalam ladang kebajikan dan cara memvisualisasikan mereka. Guru Dagpo Rinpoche juga memberikan penjelasan tentang Biksu Tang Xuanzang, tokoh penting yang menyebarkan Buddhadharma di Tiongkok. Beliau belajar di Nalanda di bawah bimbingan Guru Vinitasena (Dulweide). Guru Vinitasena ini juga merupakan guru dari Guru Santarakshita, salah tokoh penting yang mempelopori Buddhisme Tibet. Melalui pemaparan ini, Guru Dagpo Rinpoche memberitahu kita bahwa silsilah Buddhisme Tiongkok yang dipelopori oleh Biksu Tang Xuanzang memiliki kesamaan dengan Buddhisme Tibet, hanya saja silsilah di Tiongkok telah terputus sementara di Tibet masih lestari hingga hari ini.
Baca juga mengenai sejarah guru-guru besar dari Silsilah Emas Lamrim di sini.
Hari 2
Sama seperti di hari pertama, setelah pembacaan Sutra dan sebagainya dilakukan, sesi pengajaran juga dimulai dengan motivasi dari Guru Dagpo Rinpoche yang senantiasa mengingatkan kita untuk memiliki membangkitkan motivasi bajik saat mendengarkan Dharma, bahwa ini semua demi kebahagiaan semua makhluk ibu-ibu kita. Demi hal ini, kita saat ini mendengarkan dan mempraktikkan Lamrim dengan sebaik-baiknya. Melanjutkan sesi sebelumnya, pembahasan enam praktik pendahuluan telah sampai pada poin ke 5 yaitu Doa 7 Bagian. Doa 7 bagian terdiri dari:
- Penghormatan
- Persembahan
- Pengakuan
- Bermudita
- Permohonan Ajaran
- Permohonan tidak Parinirwanaa
- Dedikasi
Guru Dagpo Rinpoche secara khusus memberikan pemaparan lebih panjang tentang bagian pengakuan. Beliau menjelaskan bahwa guru-guru di masa lampau sangat menekankan praktik ini. Contohnya adalah Guru Atisha. Saat beliau melakukan pelanggaran kecil di tengah perjalanan panjang, Beliau langsung menghentikan perjalanannya dan melakukan praktik pengakuan kesalahan. Ketika ditanya oleh pengikutnya mengapa pengakuan diprioritaskan, Guru Atisha menjelaskan bahwa ketidakbajikan sekecil apapun bisa membawa seseorang ke alam rendah setelah mati nanti sehingga pengakuan ini jadi sangat penting. Praktik pengakuan seharusnya dilakukan pada semua ketidakbajikan yang mencakup ketidakbajikkan diri sendiri, ketidakbajikkan makhluk lain yang kita sebabkan, dan suka cita atas ketidakbajikkan makhluk lain. Ini semua merupakan ketidakbajikkan yang harus dimurnikan dengan pengakuan.
Dalam melakukan praktik pengakuan, ada empat kekuatan penawar yang harus kita terapkan, yaitu menyesali perbuatan, berjanji tidak mengulangi, melakukan tindakan penawar, serta berlindung dan membangkitkan bodhicitta. Dijelaskan pada teks pada poin “berjanji untuk tidak mengulangi”, kita seharusnya bersikap realistis dan menyesuaikan dengan kemampuan kita. Untuk ketidakbajikan yang mudah kita hindari, kita bisa berjanji menghindarinya dalam jangka waktu yang panjang. Untuk kebiasaan buruk yang masih sulit diubah, kita sebaiknya mengatur jangka waktu yang lebih pendek, misalnya 1 hari. Ini tujuannya adalah menghindari kesalahan karena mengingkari janji yang kita buat.
Guru Dagpo Rinpoche juga menjelaskan tentang bagian keempat, yaitu bermudita. Bermudita seharusnya dilakukan sepenuh hati tanpa kesombongan. Bermudita merupakan praktik paling mudah untuk mengumpulkan kebajikan yang sangat besar. Kemudian, pada bagian permohonan ajaran dan permohonan agar guru tidak parinirwana, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan cara-cara visualisasi, teknik dalam menggunakan mandala, dan sikap yang harus diterapkan saat mengajukan permohonan. Permohonan ini tidak hanya penting untuk umur panjang guru serta kelangsungan Buddhadharma, tapi juga merupakan praktik unggul bagi praktisi untuk berumur panjang.
Bagian terakhir adalah dedikasi. Dijelaskan bahwa seharusnya semua kebajikan sekecil apapun ditujukan untuk pencapaian Kebuddhaan yang lengkap sempurna demi semua makhluk. Akar kebajikan ini akan sangat kuat dan besarnya tak terhingga, sebanding dengan jumlah semua makhluk yang tak terhingga.
Pada akhir sesi, Guru Dagpo Rinpoche menyimpulkan bahwa doa 7 bagian merupakan penyatuan semua praktik terbaik untuk akumulasi kebajikan dan purifikasi ketidakbajikan. Pada akhir sesi, Rinpoche mengajak kita semua untuk mendedikasikan kebajikan yang telah dikumpulkan selama sesi pengajaran Dharma ini untuk umur panjang semua guru silsilah Buddha, meluasnya aktivitas mereka, meredanya pandemi, serta untuk kebaikan semua makhluk.
Leave a Reply