Motivasi, Keyakinan, dan Praktik Pendahuluan
Pengajaran Guru Dagpo Rinpoche, 10-11 April 2021
Berkat kebaikan hati Guru Dagpo Rinpoche, pengajaran Dharma mengenai Lamrim Jalan Cepat (Nyurlam) kembali diberikan pada hari Sabtu dan Minggu, 10-11 April 2021. Sesi pengajaran dibuka dengan ajakan oleh Rinpoche bagi kita untuk kembali merenungkan cara kita menghabiskan hari demi hari yang kita lalui dalam kehidupan ini. Setiap hari, kita selalu mengejar objek kepuasan dan kenikmatan yang bisa memanjakan diri kita. Kita rela menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mengejar kebahagiaan yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sesaat. Padahal, hal-hal yang kita kejar ini tak pernah bisa memberikan rasa puas yang sesungguhnya. Hal ini karena segala sesuatu di dunia ini yang kita kejar tidak stabil dan tidak dapat diandalkan akibat sifatnya yang selalu berubah dari momen ke momen. Oleh karena itulah, kita seharusnya bertujuan untuk mencapai sesuatu yang lebih stabil dan lebih bermakna bagi diri kita, yaitu Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna.
Jika saat ini kita belum bisa menjadi seorang Buddha, bukan berarti kita harus pasrah dan menggantungkan diri pada nasib kita saat ini. Kita harus bisa mengukur perjalanan spiritual yang sedang kita tempuh saat ini. Apakah dalam kehidupan ini kita bisa mencapai tingkat kesucian tertentu? Kalau kita masih juga tidak merasa yakin, maka berusahalah untuk merealisasikan satu topik Lamrim dalam masa kehidupan kita saat ini. Hidup yang demikianlah yang sesungguhnya bermanfaat dan dapat membawa kita selangkah lebih dekat menuju kebahagiaan sejati yang kita nantikan. Kemudian, dengan menjalani hidup yang seperti itu pulalah kita akan setahap demi setahap menghentikan kelahiran kita yang selama ini berlangsung terus-menerus.
Setelah merenungkan hal ini, mungkin akan timbul pertanyaan dalam benak kita mengenai hal yang dapat kita lakukan untuk merealisasikan hal tersebut. Dalam hal ini, Guru Dagpo Rinpoche menerangkan bahwa kita harus mengubah sesuatu dalam diri kita. Sebab, jika tidak ada hal apapun yang berubah dalam diri kita, janganlah kita mengharapkan perubahan akan kondisi kita. Adalah batin kita yang bandel dan liar ini yang harus kita ubah. Kita harus pertama-tama mengamati batin kita, melihat jauh ke dalam, dan menyadari bahwa kesalahan yang selama ini timbul berasal dari cara pandang kita terhadap fenomena. Hanya dengan menyadari kesalahan pikir tersebutlah, kita bisa memperoleh pemahaman yang tepat mengenai kondisi kita saat ini dan menghentikan kondisi merugikan yang kita alami momen kini. Kita harus berusaha untuk memahami sifat dasar penderitaan kita dan tentunya ada metode tertentu yang harus kita jalani untuk memahaminya, yakni dengan bertumpu pada ajaran Buddha. Sebagai pemula, Instruksi Tahapan Jalan untuk Ketiga Jenis Praktisi, atau yang kita kenal sebagai Lamrim, adalah metode yang unggul dalam membantu kita mencapai hal ini.
Dalam sesi pengajaran kali ini, Guru Dagpo Rinpoche melanjutkan penjelasan salah satu kitab Lamrim, yaitu Nyurlam (Lamrim Jalan Cepat) yang dapat membantu kita memahami hal-ihwal batin kita. Pengajaran sudah sampai topik pertama dari bab keempat Lamrim, yaitu cara bertumpu kepada guru spiritual, akar dari sang Jalan, khususnya pada bagian praktik pendahuluan dalam sesi meditasi.
Dari berbagai poin penting yang kemudian dijelaskan oleh Rinpoche, salah satu hal yang amat membekas dan lagi-lagi berhasil mengingatkan saya adalah terkait motivasi. Meskipun motivasi adalah hal yang amat mendasar dan sering tidak dianggap sebagai praktik luar biasa oleh umat awam seperti saya, sesungguhnya membangkitkan motivasi yang murni, tepat, dan bajik akan sangat memperkuat praktik yang kita lakukan setelahnya. Rinpoche bahkan memberikan penekanan bahwasanya motivasi adalah hal yang amat penting untuk diajarkan sejak dini kepada orang lain agar kelak, ajaran ini tidak pupus dan bisa diteruskan kepada orang lainnya. Sebagai umat Buddha, kita semua mengetahui pentingnya melaksanakan Enam Praktik Pendahuluan, mulai dari melakukan bersih-bersih, mempersiapkan perlambang Triratna di altar kita, dan melantunkan puja serta bermeditasi. Ketika melakukan praktik harian seperti ini, kita semestinya berusaha untuk membangkitkan motivasi dan mengolah batin kita dengan bijak, yaitu dengan mengambil perlindungan yang tulus dan berupaya untuk membangkitkan batin pencerahan.
Membangkitkan motivasi dan praktik Dharma yang murni sebenarnya bisa kita lakukan misalnya sesederhana dengan melakukan Enam Praktik Pendahuluan dengan sungguh-sungguh. Pertama, ketika kita tengah membersihkan ruangan tempat kita akan melakukan puja, bayangkanlah bahwa kita pun tengah menyapu bersih kotoran batin. Meskipun saat ini kita mungkin mengandalkan teknologi untuk membersihkan ruangan dengan vacuum cleaner, praktik ini tetap dapat kita lakukan. Rinpoche mencontohkan bahwa ketika kita sedang membersihkan ruangan dengan pengisap debu, maka bayangkan penghisap debu ini sangat luar biasa dan merupakan penawar dari kesalahan kita. Bayangkan pula bahwa debu yang tengah diisap adalah penghalang untuk memahami topik yang sedang kita pelajari. Sebagai contoh, jika saat ini kita tengah belajar mengenai topik bertumpu pada guru spiritual, maka cobalah mengingat poin-poin yang belum kita lakukan dengan tepat. Seiring dengan debu dibersihkan, maka kesalahan yang kita lakukan berkaitan dengan topik tersebut pun tengah kita murnikan.
Kedua, saat kita tengah memberikan persembahan, kita juga bisa melakukannya dengan memberikan persembahan, wadah, dan batin terbaik kita untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya. Ketika kita telah merampungkan aktivitas pendahuluan ini, Rinpoche lagi-lagi mengingatkan saya untuk memeriksa dengan menyeluruh motivasi diri sendiri sebelum mulai belajar.
Berkaitan dengan enam praktik pendahuluan dan mendengarkan ajaran, salah satu hal berharga yang saya peroleh dari sesi pengajaran ini adalah perlunya membiasakan batin dengan pemikiran bahwa amatlah penting bagi kita untuk senantiasa mawas diri. Hal ini karena dalam satu momen di kehidupan kita, kita bisa melakukan karma buruk yang menyebabkan kita mengalami kemalangan. Namun, di sisi lain, kita juga punya kesempatan untuk mengumpulkan karma bajik untuk memurnikan karma buruk dan mengakumulasi kebajikan yang besar. Misalnya, jika kita melafalkan satu nama Buddha dengan sungguh-sungguh, maka dikatakan bahwa kita bisa memurnikan karma buruk selama 10.000 kalpa. Hal ini memberikan kita sebuah semangat bahwa kehidupan kita sebagai manusia mengandung potensi. Namun, permasalahannya adalah kita sendiri tidak merasa yakin terhadap potensi tersebut.
Pada sesi kedua, pembelajaran mengenai keyakinan adalah hal yang amat mengena di hati saya. Rinpoche lebih lanjut menerangkan bahwa keyakinan adalah kualitas yang amat bajik. Keyakinan yang kuat akan mewujud dalam perbuatan kita. Sebagai contoh, ketika kita yakin bahwa setiap saat kita mengumpulkan karma, maka kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk berbuat bajik. Kita akan lebih waspada untuk tidak berbuat buruk karena kita mengetahui bahwa pilihan kita pada kehidupan berikutnya hanyalah kelahiran di alam tinggi atau alam rendah. Oleh karena itu, dengan membangkitkan batin bodhicita yang dipenuhi keyakinan, kita bisa menciptakan sebab-sebab kelahiran di alam tinggi.
Poin penting lainnya yang disampaikan Rinpoche adalah terkait dengan tujuan kita dalam perjalanan spiritual di kehidupan kita saat ini. Sama halnya ketika kita tengah merencanakan perjalanan karier untuk masa tua yang lebih baik dan cerah, kita semestinya meletakkan tujuan kita jauh ke depan hingga ke kehidupan-kehidupan berikutnya. Dengan berharap dan merencanakan jauh ke depanlah, hasil yang bajik tidak hanya akan dapat kita peroleh pada kehidupan berikut, namun mencakup pula kehidupan saat ini. Namun, jika kita hanya menghabiskan waktu dan tenaga untuk kehidupan saat ini, tak ada hal yang bisa kita peroleh di masa depan.
Kita juga harus menaruh keyakinan terhadap Triratna. Ketika melafalkan bait berlindung, kita sebaiknya selalu memvisualisasikan sosok Buddha yang tengah mengalirkan amerta untuk memurnikan kesalahan yang kita perbuat dan dari sana pula kita mendapatkan berkah dari semua Buddha. Rinpoche juga mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam mengkategorikan kendaraan-kendaraan dalam Dharma. Jangan sampai dengan persepsi kita yang sering kali bias dan keliru, kita malah menolak ajaran dari kendaraan yang lebih tinggi karena kita mengkotak-kotakkan suatu tindakan sebagai tepat dan tidak tepat dari kacamata kita. Kita juga harus berhati-hati untuk tidak membeda-bedakan guru Dharma karena jika kita menolak guru yang berkualitas, bisa jadi kita malah tengah menolak Dharma yang ada dalam batin beliau.
Terakhir, Rinpoche juga berpesan pada kita semua untuk mengulang renungan yang kita peroleh dari sesi pengajaran Dharma sesering mungkin. Dengan mengulang topik yang kita pelajari, barulah kita bisa membangkitkan perenungan yang kuat, dan pada akhirnya membawa kita satu tahap lebih dekat menuju realisasi Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna.
Leave a Reply