Public Talk Guru Dagpo Rinpoche: Menjadikan Hidup Bermakna
Tanggal 3 Oktober 2021 merupakan salah satu tanggal baik karena Guru Dagpo Rinpoche kembali memberikan pengajaran Dharma secara daring dengan tajuk “Menjadikan Hidup Bermakna”. Pada sesi pengajaran kali ini, Guru Dagpo Rinpoche menjelaskan mengenai pentingnya menerapkan sikap batin yang tepat dalam memandang kehidupan. Saat ini, kita sudah berkesempatan untuk bertemu dengan kondisi baik, yakni bertemu dengan Dharma. Melalui Dharma, kita memahami bahwa selain mencapai kebahagiaan secara fisik dan batin bagi diri kita sendiri, kita juga butuh mencapai kebahagiaan demi orang lain yang dimulai dari orang tua, saudara, sahabat, dan perlahan memperluasnya kepada tetangga kita, warga satu bangsa, dan ke seluruh dunia. Namun tidak hanya manusia, kita juga butuh memikirkan kebahagiaan makhluk lainnya di dunia, seperti para binatang.
Meskipun saat ini kita mungkin belum bisa mewujudkan kebahagiaan orang lain, kita bisa berupaya untuk minimal mencapai kebahagiaan diri kita sendiri pada tataran fisik dan mental. Dari tataran mental, kita bisa memulai dengan belajar untuk memiliki cara berpikir yang tepat.
Guru Dagpo Rinpoche kemudian memaparkan salah satu contoh pola pikir yang keliru. Beliau mengambil contoh negara Prancis tempat Beliau tinggal. Negara ini cukup maju, sistem kesehatannya bagus, dan warganya sejahtera serta memiliki pendidikan tinggi. Bisa tinggal di negara seperti itu merupakan hasil dari kumpulan karma baik dari masa lampau. Kekurangan tentunya masih ada, namun ada orang-orang yang membuat keluhan tak berdasar, misalnya berpikir bahwa larangan berkumpul selama pandemi sebagai pelanggaran terhadap kebebasan. Ini adalah pola pikir yang keliru karena mementingkan kenyamanan sesaat dan mengabaikan keselamatan banyak orang.
Meskipun banyak dari kita yang mengenyam pendidikan tinggi, kita sering kali tidak memahami batin kita. Pendidikan tidak mengajarkan kita cara memahami batin. Akibatnya, seseorang bisa bersikap abai seperti contoh kasus di atas. Terdapat kekosongan besar dalam diri kita mengenai pengetahuan tentang batin dan cara memahaminya. Padahal, kalau saja kekosongan ini bisa dilengkapi, kita bisa membuat kehidupan manusia yang kita jalani ini menjadi sesuatu yang bermakna.
Ketidaktahuan kita tentang batin membuat kita memiliki pola pikir yang keliru: segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan harapan kita adalah hal baik dan yang tidak sesuai adalah hal yang buruk. Pola pikir seperti ini keliru dan bisa mendatangkan masalah karena tidak sesuai dengan realitas. Contohnya, kita mungkin berpikir tidak ingin mengalami penuaan. Padahal, penuaan adalah sebuah keniscayaan. Hal-hal yang tadinya bisa kita lakukan dan nikmati ketika muda, mungkin saja sudah tidak bisa kita lakukan dan nikmati di masa tua. Hal ini sebenarnya alami, karena kekuatan kita akan melemah ketika kita tua. Tanpa berusaha menyesuaikan batin kita dengan realitas, kita malah ribut dan menggunakan segala macam cara untuk mencegah penuaan. Masih banyak orang yang berusaha menghindari usia tua dan berharap ada keajaiban yang terjadi. Padahal, adalah alamiah segala sesuatu yang berkondisi mengalami perubahan dan memunculkan penderitaan. Dewasa ini, para ilmuwan juga telah mengkonfirmasi kebenaran perubahan dari momen ke momen yang sudah diajarkan Buddha sejak berabad-abad lalu.
Jika pola pikir seperti tadi adalah keliru, lantas bagaimana pola pikir yang benar? Kita bisa mulai dengan mengaitkan fenomena seperti usia tua ini dengan penderitaan samsara. Jika kita menghubungkan kerugian samsara dengan hal yang kita alami saat ini, kita bisa menyadari bahwa ini adalah ajaran Dharma pertama yang diajarkan oleh Sang Buddha, yakni kebenaran Arya mengenai dukkha. Dari situ, kita bisa menerapkan pola pikir yang tepat dan memahami segala kondisi dengan baik. Maka dari itu, ketika mengalami kesulitan, kita tidak akan sangat menderita ketika menjalaninya sebab kita paham bahwa segala sesuatu tidaklah kekal, termasuk penderitaan itu sendiri. Inilah kenyataan yang ditunjukkan oleh Buddha kepada kita.
Alangkah pentingnya untuk belajar menyelaraskan cara berpikir kita dengan kenyataan. Jika tidak, kita cenderung akan memelihara harapan-harapan kosong. Cara menyesuaikan batin kita dengan realitas adalah dengan mempelajari batin dan faktor mental. Kemampuan untuk bisa memahami batin kita sendiri adalah keunggulan kelahiran kita sebagai seorang manusia. Guru Dagpo Rinpoche juga berpesan bahwasanya kita harus bisa menjadi pembimbing dan pelindung bagi diri kita sendiri dengan menguasai topik batin dan faktor mental.
Di samping memahami batin, penting pula bagi kita untuk senantiasa berjuang melestarikan ajaran Buddha yang mengajarkan kepada kita cara memahami batin demi kebahagiaan makhluk lain. Selama masih ada satu orang makhluk yang membutuhkan pertolongan, selama itu pula ajaran Buddha harus tetap dipertahankan. Terakhir, Guru Dagpo Rinpoche juga menasihati kita untuk menghindari aneka bentuk pikiran yang tidak tepat dan tidak bermakna, begitu juga dengan segala bentuk harapan kosong kita yang ingin menghindari perubahan. Penderitaan yang kita rasakan sudah cukup berat. Kita tidak perlu menambahkan penderitaan kita dengan menerapkan pola pikir keliru tersebut.
Di abad ke-21 ini, kita memiliki keunggulan untuk mengatasi kesulitan. Secara khusus, kita memiliki kemampuan untuk mengubah batin dan menyesuaikan cara berpikir kita. Dengan memaksimalkan kemampuan tersebut, barulah penderitaan bisa berkurang dan kebahagiaan bisa bertambah.
Di penghujung acara, Guru Dagpo Rinpoche mendoakan para peserta agar bisa mencapai seluruh aspirasi yang sedang diupayakan. Terima kasih kepada Guru Dagpo Rinpoche. Semoga pengajaran ini bisa kita terapkan dan membuat kehidupan yang kita jalani semakin bermakna.
Leave a Reply