Kelahiran Kembali

Sadaprarudita, Bodhisatwa yang Selalu Menangis


Kita tentu sudah sering mendengar kisah para Bodhisatwa seperti Awalokiteshwara, Manjushri, atau Ksitigarbha. Salah satu kisah Bodhisatwa yang mungkin jarang kita dengar adalah Bodhisatwa Sadaprarudita, juga dikenal sebagai Bodhisatwa Taktungu. Seperti Awalokiteshwara identik dengan welas asih dan Manjushri identik dengan kebijaksanaan, Bodhisatwa Sadaprarudita juga punya keunikan. Beliau juga dikenal sebagai “Bodhisatwa yang Selalu Menangis”. Selain itu, kisah Beliau juga tak lepas dari pelajaran tentang prajnaparamita atau kesempurnaan kebijaksanaan.

Mengapa Bodhisatwa Sadaprarudita menangis? Apa hubungannya dengan kesempurnaan kebijaksanaan? Berikut adalah kisah Beliau.

Kisah tentang Bodhisatwa Sadaprarudita merupakan bagian dari penjelasan Sang Buddha kepada Subhuti mengenai kesempurnaan kebijaksanaan. Bodhisatwa Sadaprarudita merupakan seorang yang menjalani kehidupan suci pada jaman Buddha Bhishmagarjitanirghoshasvara. Ia telah menghentikan ketertarikan terhadap 8 angin duniawi dan hidup melatih diri di hutan terpencil. Suatu hari, ia mendengar suara yang memberinya instruksi untuk pergi ke timur untuk melatih kesempurnaan kebijaksanaan. Ia tak sempat bertanya pada suara itu seberapa jauh ia harus berjalan. Sadaprarudita pun menangis sedih dengan pikiran yang merindukan Dharma, “Kapan aku bisa mendengar tentang kesempurnaan kebijaksanaan ini lagi?”

Di tengah kesedihannya, Tathagata menampakkan diri pada Bodhisatwa Sadaprarudita. Beliau mengarahkan Sadaprarudita untuk pergi ke tempat bernama Gandhavati dan menemui Dharmodgata, seorang Bodhisatwa yang merupakan ‘teman yang baik’ yang telah menjaga Sadaprarudita sejak kehidupan lampau selama ratusan ribu kalpa hingga bisa memiliki pencapaian spiritual seperti sekarang. Sadaprarudita kembali bersedih dan menangis karena menyadari bahwa ia tak memiliki apa pun yang dapat ia persembahkan untuk Dharmodgata. Ia pergi ke kota dan berseru, mencari orang yang mau membeli tubuhnya. Tak ada yang menghiraukan seruan Sadaprarudita selain raja para dewa yang mewujud sebagai manusia dan membeli jantung, darah, dan sumsum Sadaprarudita.

Bodhisatwa Sadaprarudita mulai memotong tubuhnya dan meremukkan tulangnya untuk dijual. Anak perempuan seorang pedagang melihatnya dan bertanya untuk apa Sadaprarudita menyiksa diri sedemikian rupa. Sang Bodhisatwa pun menjelaskan bahwa ia melakukan hal itu untuk menghormati gurunya dan mendapatkan Dharma tentang Kesempurnaan Kebijaksanaan yang akan membawanya menuju pencapaian Kebuddhaan sehingga bisa menolong semua makhluk. Sadaprarudita tak sedikitpun menyesali tindakannya. Sebaliknya, ia mengorbankan tubuhnya dengan gembira karena hal itu akan membawanya selangkah lebih dekat menuju penerangan sempurna demi semua makhluk. Dengan kekuatan kebenaran akan hal tersebut, tubuh Sadaprarudita kembali pulih seperti sedia kala.

Dharmodgata menerima Sadaprarudita sebagai murid dan mengajarkan Dharma tentang kesempurnaan kebijaksanaan kepadanya. Sadaprarudita menerima ajaran Dharmodgata dengan penuh keyakinan. Ia sepenuhnya bertumpu kepada gurunya dan tanpa ragu mengorbankan segala yang ia miliki untuk menghormati gurunya. Bakti terhadap guru dan penghargaan tinggi terhadap Dharma adalah dua sifat yang mencirikan Bodhisatwa Sadaprarudita.

 

Di mana Bodhisatwa Sadaprarudita sekarang?

Seorang Bodhisatwa adalah makhluk agung yang memilih untuk terlahir di samsara demi melatih diri dan menolong semua makhluk. Sangatlah mungkin ada Bodhisatwa terlahir di antara kita dan bekerja untuk menolong kita semua. Buddhisme Tibet memiliki tradisi melacak kesinambungan batin guru-guru Dharma, salah satunya adalah Bodhisatwa Sadaprarudita.

Salah satu emanasi dari Bodhisatwa Sadaprarudita yang tercatat adalah Guru Swarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya. Dalam kelahiran sebagai Guru Swarnadwipa, Beliau mengajar ribuan biksu Nusantara maupun mancanegara di universitas monastik yang kini kita kenal sebagai Candi Muaro Jambi. Salah satu ajaran Beliau yang bertahan hingga kini adalah “Terima Kasih”, praktik menerima penderitaan dari makhluk lain dan memberikan kebahagiaan kepada makhluk lain untuk mengurangi ego dan mengembangkan welas asih yang harus kita miliki untuk mencapai pencerahan sempurna. Praktik ini diwarisi oleh guru besar Atisa Dipankara yang membawanya ke Tibet dan dilestarikan di sana. Emanasi lain yang dikenal luas adalah Marpa Sang Penerjemah, guru dari meditator agung Milarepa. Bodhisatwa Sadaprarudita juga diyakini telah mengemanasikan diri sebagai guru-guru dan kepala biara ternama dengan realisasi tinggi dan karya yang membawa manfaat bagi banyak makhluk.

Di zaman sekarang, ada sosok guru Dharma yang diyakini merupakan emanasi atau kelahiran kembali dari Bodhisatwa Sadaprarudita. Sosok itu adalah Yang Mulia Dagpo Rinpoche Jampel Jhampa Gyatso. Beliau adalah guru Dharma dari Tibet, murid dari dua tutor Yang Maha Suci Dalai Lama XIV yang kini berdomisili di Prancis dan aktif mengajar di berbagai negara. Seperti Bodhisatwa Sadaprarudita yang amat berbakti pada Guru Dharmodgata, Dagpo Rinpoche juga menunjukkan bakti yang besar kepada guru-guru Beliau. Rinpoche menempuh perjalanan sulit dari Tibet ke India melintasi pegunungan Himalaya demi menyusul guru-gurunya yang mengungsi akibat pendudukan Cina. Dagpo Rinpoche juga amat menghargai Dharma. Ketika harus meninggalkan Tibet, barang yang diprioritaskan untuk dibawa adalah teks-teks Dharma. Dagpo Rinpoche sangat sedih karena terpaksa meninggalkan sebagian teks Dharma miliknya. Tidak hanya itu, seperti Bodhisatwa Sadaprarudita yang mewujud sebagai Guru Swarnadwipa dan mengajarkan Dharma di Nusantara, Dagpo Rinpoche juga telah 30 tahun mengajarkan Dharma di Indonesia, tepatnya sejak tahun 1989 lalu. Selama tiga dasawarsa, Dagpo Rinpoche bekerja untuk mengembalikan Dharma dari silsilah emas Swarnadwipa kepada bangsa Indonesia agar kita semua dapat mengembangkan kebijaksanaan dan welas asih hingga membawa kebahagiaan bagi semua makhluk, persis seperti yang dicita-citakan oleh Bodhisatwa Sadaprarudita ketika menjual tubuhnya untuk mendapatkan Dharma Penyempurnaan Kebijaksanaan.

Di masa sekarang ini, kita hidup di Indonesia dan tak kekurangan akan Dharma. Banyak guru-guru Dharma berkualitas yang mengajar, banyak buku Dharma yang tersedia, bahkan kita bisa menemukan Dharma di internet dengan mudah. Kita tak perlu lagi sampai memotong tubuh untuk mendapatkan Dharma seperti yang dilakukan oleh Bodhisatwa Sadaprarudita. Ini merupakan salah satu keberuntungan luar biasa yang menyertai kelahiran kita sebagai manusia yang langka dan amat berharga. Jangan sampai kemudahan ini membuat kita mengurangi penghargaan terhadap Dharma dan guru Dharma. Kita harus senantiasa mengikuti teladan Bodhisatwa Sadaprarudita dan memberikan penghargaan tertinggi untuk ajaran Sang Buddha yang dapat membebaskan kita dari penderitaan samsara serta kebaikan guru-guru Dharma yang membangunkan kita dan membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua makhluk.

Sumber:

  • The Prajna Paramita Sutra on the Buddha-Mother’s Producing the Three Dharma Treasures, Spoken by the Buddha (http://www.fodian.net/world/0228_30.html)
  • Lama dari Tibet
  • Perihal Guruku oleh  Biksu Bhadra Ruci

Tentang Dagpo Rinpoche