Dasar Buddhisme

Apa itu Kebahagiaan?


Kebahagiaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebahagiaan jasmani dan kebahagiaan batin. Pandangan Buddhis lebih mengutamakan kebahagiaan batin daripada kebahagiaan jasmani. Kadangkala ada orang yang berkecukupan, memiliki banyak harta, teman, dan kerabat, akan tetapi belum tentu orang tersebut
bahagia. Sebaliknya, ada orang yang miskin secara materi, namun orang tersebut bahagia. Kita tentu bisa menilai contoh yang pertama sebagai orang yang tidak bahagia, sedangkan yang kedua bahagia. Memiliki kesehatan yang baik, namun apabila hatinya tidak tenteram, pada akhirnya itu semua tidak akan membawa
kebahagiaan. Sebaliknya, bila memiliki sikap batin yang baik, positif, mudah membangkitkan kebajikan, sebenarnya jauh lebih menjamin kebahagiaan kita. Meskipun kita sakit dan lemah, jika kita memiliki sifat yang positif maka faktor atau kondisi eksternal dapat diatasi. Kita masih memiliki perasaan tenteram dan sejahtera pada saat itu. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kebahagiaan batin jauh lebih penting dan berharga.

Di samping pembagian kebahagiaan secara batin dan jasmani, kebahagiaan juga dapat dikategorikan menurut kurun waktu yaitu kebahagiaan sekarang dan kebahagiaan yang akan datang atau di masa depan. Jika kita membandingkan keduanya, sebetulnya kebahagiaan yang kita alami dalam kehidupan yang sekarang
sangatlah singkat waktunya dibandingkan dengan kebahagiaan yang dapat kita alami di kehidupan yang berikutnya. Sebagai contoh singkatnya waktu kebahagiaan dalam kehidupan saat ini adalah ketika kita bekerja dan mendapatkan libur selama dua minggu. Tentunya kita merasa bahagia atas libur tersebut, namun hal ini
tidak dapat menambah kebahagiaan karena setelah dua minggu itu kita tahu bahwa kita pasti akan kembali bekerja membanting tulang. Pernyataan di atas tentang adanya kehidupan yang akan datang berlandaskan pada paham Buddhis mengenai kelahiran kembali atau reinkarnasi. Bila kita tidak mempunyai paham itu maka
ceritanya tentu akan lain.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari dapat dilihat bahwa derajat kebahagiaan setiap makhluk hidup berbeda-beda. Ada yang merasa kurang bahagia, ada yang merasa cukup bahagia, ada yang merasa sudah bahagia, dan sebagainya. Menurut pandangan Buddhis adalah sangat mungkin bagi kita untuk mengubah derajat kebahagiaan
tersebut menjadi lebih baik. Karena tingkat kebahagiaan itu tidak tetap, bagaimana kita dapat memastikan tingkat kebahagiaan kita bertambah? Caranya bergantung pada masing-masing pribadi untuk terus-menerus menghimpun sebab-sebab dan kondisi kebahagiaan tersebut. Contohnya, ada seseorang yang tidak bahagia karena dirundung kemalangan. Apabila ia melihat dan memeriksa dengan jujur ke dalam dirinya, maka dapat diketahui bahwa ketidakbahagiaannya itu terjadi karena sikap dan cara berpikir yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Jika ia ingin mengubah sikap dan cara berpikir tersebut, maka ia dapat keluar dari situasi tersebut. Dengan terus menerus menghimpun sebab-sebab kebahagiaan, yaitu mengubah sikap dan pola pikir yang salah tersebut, maka ia akan memperoleh kebahagiaan yang lebih pada masa yang akan datang.

Kondisi yang ideal adalah kita bisa bahagia dalam kehidupan saat ini dan bahagia dalam kehidupan yang akan datang, berikutnya dan seterusnya. Bilamana kita tidak mengakui adanya kehidupan yang akan datang paling tidak kita semua di sini sepakat bahwa alangkah baiknya jika kita bisa bahagia sepenuhnya dalam kehidupan ini.

 

Dikutip dari pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di di Bali, Indonesia pada 2000

Transkrip lengkap dapat dibaca dalam buku “Buddhisme & Kebahagiaan”.
Buku fisik ini dapat didapatkan di sini.