Tahapan Jalan

Menjadi Buddhis


Mempelajari ketidakkekalan, kelahiran kembali, karma dan berlindung, kita dibimbing  oleh Guru Spiritual untuk menarik esensi kelahiran untuk meraih kebahagiaan bukan di kehidupan ini saja.

Bagi sebagian orang, terutama mereka yang tidak percaya akan adanya kehidupan yang berikutnya, tentu sudah merasa cukup hanya dengan menambah kebahagiaan dan kesejahteraan batin dan jasmani dalam kehidupan yang sekarang ini saja. Namun bagi sebagian orang yang yakin dan percaya akan adanya kehidupan berikutnya setelah kehidupan ini, mereka melihat tidaklah cukup hanya bahagia dalam kehidupan sekarang. Karena itu, mereka mulai berpikir bagaimana caranya mempersiapkan kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang.

Akan tetapi, jika kita ingin bahagia di kehidupan yang akan datang, maka kita perlu menghimpun sebab-sebab agar bisa terlahir kembali dalam kehidupan yang lebih tinggi, dalam arti sebagai manusia atau dewa-dewi surgawi. Dengan demikian, kita dapat menikmati kebahagiaan. Untuk itu, tentunya kita harus menghindari  melakukan sesuatu yang mengakibatkan kelahiran di alam rendah, seperti binatang, hantu kelaparan, dan sebagainya; karena dalam alam kehidupan tersebut sulit sekali untuk mencapai suatu kebahagiaan. Jaminan agar kita mendapatkan kelahiran atau kehidupan yang lebih baik adalah dengan menjalankan disiplin moral yang murni dan suci, atau berpegang pada etika (sila) tertentu. Selain itu kita juga harus menghindari sepuluh tindakan yang tidak bajik. Bila kita tidak mampu menghindari kesepuluh tindakan tersebut, minimal kita menghindari sebagiannya, misalnya berupaya untuk tidak membunuh.

Jadi, sumber utama penyebab kebahagiaan di kehidupan yang akan datang adalah melaksanakan disiplin moral yang murni dan menghindari sepuluh tindakan tidak bajik. Namun, hal itu hanya akan menyebabkan terlahir kembali sebagai manusia. Apakah itu cukup? Tentunya terdapat kondisi-kondisi lain yang dibutuhkan, bukan hanya menghindari sepuluh tindakan tidak bajik tersebut, tetapi kita juga perlu melakukan kebajikan yang lainnya. Contohnya, apabila kita ingin mendapat suatu kehidupan yang berkecukupan pada kehidupan yang akan datang, maka kita harus mulai praktik berdana (kemurahan hati). Bila kita ingin mendapatkan tubuh yang menarik, maka kita perlu melatih kesabaran. Bila kita ingin memiliki kemampuan untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan tuntas, maka kita perlu melatih upaya yang bersemangat. Bila kita ingin memiliki suatu kemantapan (kestabilan) batin, maka kita perlu melatih konsentrasi dalam kehidupan saat ini. Bila kita ingin mendapatkan suatu kearifan dan kekuatan dalam berpikir atau intelegensi, maka kita perlu melatih kebijaksanaan. Jadi, semua hal itu ditambah dengan etika (sila) yang telah disinggung sebelumnya, menjadi suatu penyebab kehidupan yang lebih baik yaitu terlahir sebagai manusia dengan semua faktor pendukung yang menguntungkan.

Bilamana kita tidak melengkapi etika (sila) dengan kebajikan yang lainnya, seperti yang telah disebutkan di atas, maka kita akan mendapatkan kehidupan sebagai manusia namun tidak lengkap atau serba kekurangan. Misalnya, jika kita kurang berdana, kita akan tidak cukup makan atau miskin. Bila kita kurang bersabar, kita akan mendapatkan bentuk tubuh yang tidak menawan atau bahkan menakutkan. Bila kita tidak melatih upaya bersemangat, kita tidak akan berhasil mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang kita lakukan tidak akan terselesaikan. Bila kita tidak melatih diri dalam konsentrasi, kita tidak akan mendapatkan kemantapan (kestabilan) batin dalam hidup. Bila kita tidak melatih kebijaksanaan, kita tidak akan mendapatkan suatu kearifan dan intelegensi. Oleh karena itu, tanpa kondisi yang lengkap, kita akan sulit menikmati keberuntungan terlahir sebagai manusia.

Apabila setelah mendengarkan (membaca) hal ini, kita tidak tergerak sama sekali karena kurang yakin, maka hal ini tidak akan membawa manfaat dan hasil apa pun. Satu hal yang penting adalah seharusnya kita tidak hanya mendengarkan (membaca) kesepuluh tindakan tidak bajik dan faktor-faktor pendukung yang lainnya itu, tetapi kita juga harus menumbuhkan keyakinan akan hal-hal tersebut. Dengan keyakinan, pasti kita akan tergerak untuk melakukannya, sehingga hal-hal tersebut akan membawa manfaat bagi kita. Manfaat lainnya adalah kita menjadi lebih yakin dan memahami hukum sebab-akibat (hukum karma) yang mengatur akibat dari perbuatan-perbuatan itu. Jadi, kita tidak perlu ragu apalagi malas untuk melakukan hal-hal tersebut.

Hal utama agar kita dapat memiliki keyakinan yang kuat pada hukum sebab-akibat, yaitu aktivitas positif akan menghasilkan akibat yang baik sedangkan aktivitas negatif akan menghasilkan akibat yang buruk, adalah kita perlu terlebih dahulu menumbuhkan keyakinan kuat terhadap guru yang mengajarkan  hal ini. Guru yang dimaksud di sini adalah Sang Buddha. Untuk membangkitkan keyakinan yang kuat terhadap Sang Buddha, kita perlu menumbuhkan keyakinan akan mutu atau kualitas-kualitas Sang Buddha. Dengan demikian kita akan yakin pada apa yang diajarkan, yaitu ajaran Sang Buddha atau Dharma. Lebih jauh lagi, kita perlu yakin juga pada komunitas yang mempraktikkan Dharma, yaitu Sanggha. Dengan kata lain, bila kita berlindung secara mantap terhadap Sang Triratna, maka ini akanmenjadi sumber keyakinan terhadap ajaran-ajaran Sang Buddha yang inti ajarannya adalah hukum sebab-akibat (hukum karma).

Mungkin dalam benak Anda muncul pertanyaan sebagai berikut:“Mengapa kita harus berlindung pada Sang Triratna? Sebenarnya kita berlindung dari apa?” Jawabannya adalah pada suatu saat pasti kitaakan mati. Saat ini kita tidak memiliki suatu kepastian mengenai apayang akan terjadi pada diri kita setelah kematian nanti. Oleh karena itu, pada saat tersebut, kita memerlukan bantuan (perlindungan). Sebelum kita mulai berpikir untuk mencari perlindungan, kita perlu benar-benar menyadari bahwa suatu saat kelak kita pasti akan mati. Jika kita tidak membuat kesadaran yang kuat akan hal itu di dalam memercayakan diri dan masa depannya kepada Triratna ini untuk hidup bahagia dan terbebas dari penderitaan diri kita, maka kita tidak akan terdorong atau menaruh minat untuk berlindung karena kita tidak merasa memerlukan bantuan pada saat kematian kita. Bilamana kita tidak memikirkan hal tersebut dan tetap menutup mata akan hal ini, maka pada saat ajal tiba, kita sudah terlambat untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, kita semestinya memiliki kesadaran yang kuat bahwa suatu saat kita pasti mati, sehingga kita terdorong untuk mencari perlindungan (bantuan) untuk saat tersebut. Kita bisa membayangkan kematian kita dan merenungkan apa yang akan terjadi pada kita saat mati. Kemudian kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa suatu hari kelak, kita akan mati dan menyadari dengan sepenuhnya bahwa kita tidak mempunyai kepastian kapan itu akan terjadi. Ini adalah berkat kemampuan kita sebagai manusia, yaitu kemampuan berpikir (intelegensi) dan kapasitas dalam merenungkan hal itu. Namun jika kita terlahir sebagai binatang, maka tidaklah mungkin bagi kita untuk berpikir (merenungkan) bahwa suatu saat kita akan mati, seperti yang telah disebutkan di atas. Seekor binatang mungkin akan merasa takut atau khawatir bilamana diserang, tapi tidak ada kemampuan untuk merenungkan kematian.

Berkat kondisi dan kelahiran sebagai manusia, kita dapat merenungkan apa yang akan terjadi dan kita bisa mengupayakan kebahagiaan baik jasmani maupun batin dalam kehidupan ini. Berkat kemampuan ini juga, kita bisa menghimpun sebab-sebab kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang dan selanjutnya.

Transkrip Pembabaran Dharma oleh Guru Dagpo Rinpoche di Bali, Indonesia pada 2000
Transkrip selengkapnya terdapat dalam buku “Buddhisme & Kebahagiaan”

Metode Membimbing Murid dalam Instruksi Sesungguhnya

Perlunya Bimbingan Guru Spiritual

Bertumpu pada Guru Spiritual, Akar dari Sang Jalan

Kelahiran Manusia yang Berharga

Memanfaatkan Tubuh Manusia untuk Meraih Tujuan Tertinggi

Topik-topik Motivasi Awal

Berlindung

Pintu Gerbang Memasuki Ajaran

Karma dan Akibatnya

Akar dari Kebahagiaan

Tahapan Jalan Menuju Pencerahan